3; The Colleague

678 44 2
                                    


"Sesuatu yang disembunyikan pasti terungkap pada waktunya. Entah itu dilakukan oleh orang lain, atau kau sendiri yang datang menyerahkan diri.,"


Jalan Henri Dunant no. 492

Pathum Wan, Bangkok

 "Orang ini adalah wanita.," ucap seorang dokter spesialis odontologi forensik, Nadeleine Letratkosum, wanita dua puluh tujuh tahun, menyerahkan amplop putih pada Phuwin. "Usianya sekitar empat puluh tahunan. Aku melakukan tes DNA pada kuku dan gigi - gigi itu, mereka cocok. Berarti ini datang dari orang yang sama. Kukunya bersih, tidak ada tanda-tanda perlawanan. Mungkin orang lain sudah membersihkannya. Kalau kalian kurang paham, baca saja dokumen yang kuberikan."

Phuwin membuka amplop itu, menarik keluar beberapa lembar kertas berisi laporan penelitian forensik, membaginya dengan Dunk. "Jadi, korban adalah wanita empat puluh tahunan?," tanya Phuwin memastikan.

"Ya. Wanita sehat empat puluh tahunan. Dan satu lagi, gigi ini kelihatan sengaja dibersihkan setelah dilepas dari pemiliknya. Harusnya setidaknya ada satu plak. Usia empat puluh tahunan sudah melalui banyak hal.,"

"Katamu dia sehat, kan?," sahut Dunk.

"Ya, maksudku 'wajarnya' sesehat apapun setidaknya ada satu plak. Tapi di sini aku hampir tak dapat apa - apa.,"

"Lalu, apa lagi?,"

"Apanya yang apa lagi?,"

"Kau tak tau siapa dia?,"

"Aku bisa tau kalau orang ini punya rekam medis gigi. Aku tak punya itu. Kalau kalian mau tau, ya bawakan itu untukku. Di mana dia ditemukan?,"

"Di Taling Chan.,"

"Ya kemungkinan dia punya rekam medis di rumah sakit sekitar sana. Aku tau kalau tidak salah ada beberapa rumah sakit swasta di sana.,"

" Dan rumah sakit harus membandingkan satu data dengan ribuan data milik orang lain. Tidak adakah cara yang lebih efektif untuk menemukan siapa dia?,"

"Aku bukan detektif. Kalian harus punya suspek, daftar orang-orang yang mungkin adalah wanita ini. Mungkin dari daftar orang hilang, buron, atau mungkin diambil dari mayat yang masih baru. Terserah.,"

"Kau tau kapan dia mati?,"

"Tidak. Itu bisa diketahui dari darah. Tak ada darah, tak ada tubuh, nol. Kita bahkan tak bisa mengatakan pemilik gigi dan kuku ini sudah meninggal.,"

Dunk menyangga kepalanya, jemarinya bermain di dagu. Matanya menatap ke arah amplop putih di tangan Phuwin.

"Baiklah, terimakasih, P'Ned. Kami akan kembali ke markas, aku harus memberikan ini pada Detektif Ohm.," pamit Phuwin pada dokter itu, lalu berpaling.

"Eh, sampaikan salamku pada Ohm. Terimakasih sudah berlangganan.," Dokter itu tersenyum cerah dengan mimik wajah aneh. "Atau lain kali kau bisa membawanya bersamamu."

Phuwin menatapnya heran. "Hah?,"

"Sudah sana sampaikan saja. Makasih.," Dokter itu tampak girang.

Phuwin keluar dari gedung Institut Forensik tersebut, diikuti Dunk. Dahinya mengerut, merasa ada yang salah dengan dokter tadi.

"Apasih aneh.," gumamnya. "Ayo, P'Dunk. Kita ke markas, sekaligus aku akan memperkenalkan kau pada rekan - rekanku.,"

Dunk mendongak, menghadap Phuwin. "Aku tak mau diketahui polisi. Ingat? Itu akan membawa masalah untukku.,"

HOLD ME TIGHT  a joongdunk alternative universeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang