17; The Invitation

344 30 10
                                    


"Yang terlihat normal bisa saja tidak senormal kelihatannya."


Fakultas Kedokteran
Universitas Chulalongkorn
Jalan Rama IV No. 1873
Pathum Wan

Pukul 15.34


"Profesor Jimmy itu benar - benar luar biasa, ya.," sahut pria gemuk dengan kemeja garis - garis perpaduan biru dan putih mengenakan jas putih selutut berjalan ke luar gedung fakultas bersama dua temannya. Wajahnya lelah. Bulir - bulir keringat bermunculan di puncak dahinya mengalir ke tepi dan berhenti di pangkal dagu. "Padahal mayat itu sudah usia beberapa minggu. Kalau aku menanganinya aku pasti sudah gila duluan."

"Maka dari itu, Profesor Jimmy datang kemari untuk mengajari kita bagaimana menjadi luar biasa sepertinya.,"  ucap temannya yang nyaris sama gemuknya dan perawakan yang lebih tinggi. "Tapi jujur saja kalaupun berhasil nanti mungkin tidak akan kulanjutkan. Urusan seperti ini sangat melelahkan."

"Yah, itu dia. Mana tugas akhirku belum kusentuh sama sekali. Pekerjaan akhir bulan ini menumpuk. Oh, bagaimana denganmu, anak muda?," tanya pria gemuk itu pada pemuda tinggi tegap ramping di sampingnya yang dari tadi hanya merespon percakapan mereka dengan senyum karir. "Kau sudah memulainya?"

Pemuda itu tersenyum lagi. "Saya tidak tau apakah saya benar  - benar sudah memulai tugas akhir saya atau belum. Saya hanya membuat halaman judul untuk laporan saya tapi tanpa ide.,"

Pria gemuk itu tertawa. "Bagaiman bisa begitu? Hei. Kau bisa membuat laporan itu setelah melakukan penelitian. Kau ide saja tidak ada, bagaimana, sih?,"

"Ehe, saya terlalu takut untuk menyentuh yang tidak - tidak. Bagaimana jika arwah dari mayat itu adalah arwah penasaran? Bagaimana jika nanti arwah itu mengikuti saya?,"

"Ya, deritamu.," jawab teman pria gemuk itu. "Lagipula yang seperti itu tidak benar - benar ada, kau tau. Toh tujuanmu adalah untuk studi. Tidak masalah kurasa."

"Tapi yang seperti itu benar - benar ada, loh. Saya tau betul. Saya pernah melihat yang seperti itu. Saya tidak bisa tidur saat itu karena takut arwah itu akan membunuh saya.,"

Mereka sampai di lahan parkir. Dua pria gemuk itu mendatangi mobil masing - masing.  "Lalu, bagaimana kau akan menyelesaikan tugasmu?," tanya pria gemuk pertama. 

"Mmmmmmm, saya akan  pikir - pikir dulu. Pasti ada sesuatu yang bisa saya kerjakan untuk itu.,"

Pria gemuk itu menepuk pundaknya. "Kau masih muda, nak. Kau pasti kuat menjalani yang seperti ini. Demi residen.," 

"Ahahaha, baik, Pak. Saya akan berjuang.," 

"Kau pulang naik apa? Mau kami antar?," tanya teman pria gemuk itu. "Sepertinya tidak akan ada orang yang keluar lagi setelah ini."

"Jangan khawatir, Pak. Tempat tinggal saya tidak jauh dari sini. Saya hanya perlu berjalan sedikit dari sini.," 

"Baiklah, kami pergi dulu. Ada anak dan istri yang menunggu di rumah.," jendela pengemudi ditutup, roda mulai berputar melajukan mobil. 

"Hati - hati di jalan!," pemuda itu melambaikan tangan tinggi - tinggi. 

Lahan parkir menyepi. Hanya ada ia dan sinar matahari jingga mengintip di antara gedung - gedung tinggi di sekitar Fakultas Kedokteran.  Sepi itu membuat pilihan baginya untuk berjalan santai keluar dari wilayah kampus,  melewati jembatan penyeberangan yang menurunkannya di trotoar Taman Lumphini. Tak jauh dari sana, sederet dengan rumah - rumah toko milik orang - orang China, sebuah flat kecil dua lantai bernuansa putih menunggu dengan anggun. Di sanalah tempat ia tinggal. Flat dengan biaya sewa seribu dua ratus tiga puluh lima baht per bulan, terjangkau bagi mahasiswa sepertinya. Pulang dengan dompet makmur, makan teratur, tentu sudah membuatnya bahagia. 

HOLD ME TIGHT  a joongdunk alternative universeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang