9; The Funeral

432 35 3
                                    


"Tidak semua yang kau harapkan menjadi indah akan benar - benar indah pada akhirnya."


Jalan Chaturamit No. 11
Samut Prakan

Pukul 23.01

Gelap. Berkas - berkas cahaya masuk dari ventilasi ruangan menjadi satu - satunya penerangan. Tampak kapak - kapak tergantung di dinding. Beberapa tali digulung rapi di sudut, seperangkat belati terasah tertata berjajar di meja. Tas - tas kulit dan koper disimpan di samping meja, bersebelahan dengan terpal dan kardus bekas dengan bercak kemerahan.  Lalu ia datang membawa kotak perkakas tukang, diletakkannya bersama kardus dan terpal. Setelah selesai, ia keluar dan tak lupa untuk mengunci pintu. Berjalan pergi dari halaman menemui mobil Nissan Navara NP 300 hitam miliknya yang terparkir di tepi jalan aspal.  

Jalan selebar kurang lebih lima meter lebih tempat ia berdiri terasa begitu akrab. Aroma tanah basah setelah hujan beberapa menit lalu masih harum. Mengembalikan kenangan beberapa tahun silam, di waktu yang sama, saat ia melihat seorang wanita berbadan dua, berpakaian lusuh penuh dengan bercak darah, berjalan gontai. Ingatan yang selalu berusaha ia hapus namun tak pernah tuntas. Yang membuat luka keringnya basah lagi. 

Bayang - bayang itu adalah alasan ia berdiri di sana. Menatap seonggok rumah tua yang sudah lapuk, ditutupi semak tanaman liar yang sudah tinggi. Di sini terakhir kali ia melihat kebahagiaan datang untuknya. Melihat keluarganya yang bahagia. Tetangga yang ramah dan teman bermain yang asik. Hidup masa kecil penuh senyuman yang tak pernah ia lupakan. Sekaligus satu malam yang menjadi awal kehancuran hidupnya. Yang membuat seorang anak belia jadi tak punya pilihan selain masuk panti asuhan. 

Kini ia sudah dewasa. Tak ada yang bisa memaksanya untuk memutuskan ini dan itu. Hidupnya benar - benar miliknya sendiri. Yang jadi miliknya akan tetap menjadi miliknya. Seperti pilihan ia berada di depan rumah itu setelah menyimpan alat perkakas yang ia gunakan untuk menyelesaikan urusan beberapa hari yang lalu. Melihat pencapaiannya sendiri, ia tersenyum. Ia yakin semua akan indah pada waktunya. 

Retrologi dalam otaknya buyar saat merasakan getar di saku mantelnya. Ditarik keluar ponsel, diangkat  panggilan. 

"Pulanglah. Aku sudah mendapatkannya untukmu.," 

Senyumnya semakin merekah. 



Esok harinya pukul sebelas siang, seorang remaja laki - laki keluar dari rumahnya setelah mendengar bel berbunyi nyaring. Seorang kurir baru saja menaruh kotak paket di depan pintu pagarnya. Ia keluar, mengambil paket itu dan membaca alamat pengirim dan penerimanya. Dahinya mengernyit. 

"Institut Forensik? Benarkah ini untukku?," tanyanya heran. Karena merasa itu bukan miliknya, ia berjalan menuju rumah tetangganya berniat menanyakan apa mungkin pengirimnya salah alamat. "Permisi! Paket!,"

Belum lama, seorang pria bertubuh jangkung keluar dari rumah itu, menyambut. "Ada paket untuk saya?," tanyanya.

"Ya, saya pikir begitu. Tapi, pengirim mungkin salah ketik alamat. Apa Anda sedang menunggu paket dari Institut Forensik?," pemuda itu memberikan paketnya.

Pria itu menerimanya. "O-Oh iya! Tentu. Itu sangat penting. Ehe. Kupikir kau sedang magang jadi  kurir, memakai seragam hitam putih tapi mengantar paket.,"

Pemuda itu tertawa. "Oho, tidak. Saya baru saja ingin berangkat ke kampus. Ngomong - ngomong, sepertinya saya mengenal Anda. Apa Anda Dunk Natachai?,"

"Bagaimana Anda tau?,"

HOLD ME TIGHT  a joongdunk alternative universeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang