14; The Home

356 28 5
                                    


"Ada beberapa keadaan seseorang jadi bertanggung jawab atas sesuatu. "


7 September 2013

Jalan Ramkhamhaeng, Hua Mak,

Bang Kapi, Krung Thep Maha Nakhon

Pukul 08.23

Hari ini tidak lebih baik dari kemarin. Panas teriknya sama. Keramaiannya pun sama. Orang - orangnya masih sama. Ibu penjual camilan di seberang juga masih bergosip ria dengan para pelanggannya. Tak ada yang berbeda dengan hari biasa. Namun hari ini cukup berdampak bagi Ohm. Pagi, pukul delapan ketika itu ia rusuh di kamarnya, mengumpulkan buku dan alat tulis, mempersiapkan keperluannya untuk ujian hari ini. 

Ohm adalah manusia yang ceroboh. Entah bagaimana barang - barangnya tercecer di mana - mana sementara menyentuhnya saja tidak. Ia sangat mudah mengalami kesialan. Mungkin saat berjalan ia terperosok, Ban motornya kempes. Hal - hal yang begitu berpotensi untuk membuatnya terlambat. Seperti pada pagi ini, saat ia mencari di mana kunci motornya, kemudian pamannya muncul dari balik pintu dengan wajah mabuk, melemparinya dengan kunci itu. 

Laki - laki ceroboh itu merampas dengan cepat. 

"Bisakah paman tidak mabuk di pagi hari begini?," protesnya. "Atau setidaknya jangan bawa motor itu."

"HEH!," bentak pamannya. "MOTOR ITU MILIKKU! JANGAN LUPA DIRI. KAMU SEKOLAH SAJA ITU SUDAH CUKUP BEBAN UNTUKKU. DASAR YATIM PIATU!"

"Aku harus berangkat sekolah. Hari ini aku ujian. Sampai nanti.," lalu melangkah keluar dari rumah kontrakan. 

Pamannya meraung - raung. "MANIAK SEKOLAH!! MENDING KAU KERJA CARI UANG UNTUKKU!!"

Ohm tidak peduli. Ia melangkah terburu - buru menuju motornya, mulai menyalakan mesin, meluncur. 

Sama hal dengan pamannya, ia juga berpikir sebaliknya. Punya paman temperamen, tukang mabuk, dan pengangguran sudah sangat sial baginya. Maka setidaknya untuk meraih cita - cita, ia tidak boleh sial. Ia harus lulus dengan nilai yang baik untuk mendaftarkan diri ke akademi kepolisian. Maka ia berangkat dengan penuh harap masih ada sisa keberuntungan di dalam dirinya, yang setidaknya masih cukup untuk dipakai melalui hari ini. Namun siapa sangka, saat ngebut dengan mantap keluar dari Jalan Ramkhamhaeng, di tengah ramainya  orang - orang, gadis  kecil melintas di depan motornnya, terjatuh.

Keramaian itu sedikit histeris, berpikir bahwa Ohm yang menabraknya. Ia ingin berteriak pada semua orang jika itu bukan perbuatannya. Namun, apa buktinya? Orang - orang mempercayai apa yang mereka lihat. Terlepas dari alasan apa saja yang ada di baliknya. Orang - orang mudah untuk terprovokasi. Setelah tiba - tiba pamannya keluar, berseru dengan lantang mengatainya 'pembawa sial' di muka jalan. Kini keadaan terlihat  seolah mereka mendapatkan bukti bahwa Ohm memang anak pembawa sial. Kini semua orang membencinya. Menatapnya aneh. Seperti buronan kabur yang sudah membunuh gadis kecil di depannya. Begitulah keadilan di atas masyarakat bekerja. 

Ohm yang malang. Ohm yang mlarat berlutut di depan kenyataan. Turun dari motornya, mendatangi gadis mungil tidak berdosa. Tubuhnya kurus kering, kulitnya pucat, begitu lemas, tidak bergerak. Anak gadis yang jatuh menimpa aspal hangat begitu saja di depan motornya. Anak gadis yang mungkin lapar sudah lima hari, menyerah pada saat - saat yang salah. Saat seorang siswa terburu - buru menuju sekolah yang akan melangsungkan ujian. 

Ohm yang nelangsa. Ohm yang murung dalam angan di tangannya. Tak punya pilihan selain mengangkat gadis itu lalu  membawanya menuju pusat kesehatan terdekat untuk digapainya. Diikatnya gadis itu dipunggung, ia lajukan kembali motornya menuju Kasemrad Ramkhamhaeng Hospital. Ia memikul tanggung jawabnya, seberat angan yang ditinggalkannya di atas aspal hangat tempatnya berlutut.

HOLD ME TIGHT  a joongdunk alternative universeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang