Tubuh basah terguyur hujan gerimis itu melipir ke sebuah bangunan minimalis bernama Nice Cream. Nuansa warna hijau pastel membuat toko es krim ini lebih mencolok dari ruko-ruko lainnya.
Ahsan heran, di musim hujan begini, toko es krim yang berdiri tidak jauh dari salah satu Yayasan Sekolah TK hingga SMA Swasta ternama di Bandung itu selalu ramai. Tidak ada satu meja yang kosong, semua terisi oleh pengunjung.
Bibirnya menyungging senyum, membaca satu per satu nama-nama unik dari beberapa menu di dalam etalase. Dewa Asmara untuk es krim coklat, Sang Dewi Cinta menggambarkan warna merah muda dari es krim stroberi, Lembaran Baru adalah es krim rasa vanila, Jejak Masa Lalu untuk es krim green tea, dan Rindu Asmara untuk rasa ceri, hingga Jatuh Cinta adalah satu kap jumbo berisi perpaduan antara kelima es krim andalan toko es yang berdiri semenjak enam tahun lalu itu.
Semua bersua ria, sama seperti dua orang pegawai di sana. Satu orang pegawai perempuan bertopi sudah melambaikan tangan lebih dulu. Menyambut, sejak detik pertama kedatangannya. Sisa seorang pegawai laki-laki yang sudah duduk menunggunya di privat room.
Dua Kakak beradik itu duduk bersebelahan di sofa panjang menghadap tembok kaca. Otomatis pemadangan ramai di luar ruangan pun tak luput dari perhatian mereka.
"Rame banget, padahal musim hujan. Lu pakai jimat apa, sih?" Ahsan melirik sekilas kakaknya yang tengah menghisap sebatang rokok.
"Tampang doang,"
Ahsan tersenyum mendesah. "Masuk akal,"
Baginya tak perlu panjang lebar mengeluarkan kalimat tanggapan. Dua kata barusan cukup menggambarkan kalau kakaknya memang unggul dari segi luar. Wajahnya terlihat tampan dan lebih putih bila dibandingkan dengan dirinya yang memiliki kulit sawo matang.
"Jadi?" Ahsan tidak mau banyak berbasa-basi lagi. Dia lekas menagih alasan sang Kakak yang memintanya datang siang ini.
"Lu lagi malas di kantor, kan?"
Ahsan mengangguk.
"Jaga di sini ya?"
Keningnya mengerut samar. "Lu mau ke mana?"
"Mau jemput orang,"
"Cewek?"
"Cowok,"
Mata Ahsan melebar. "Lu jemput cowok?" dua tiga-detik kemudian, Ahsan bergidik ngeri. Mengingat Agan yang tak pernah berpacaran selama hidupnya. Pikiran negatif muncul berseliweran.
Melihat respon Ahsan, pemuda berusia 28 tahun bernama Agan itu menoyor kepala adiknya yang dua tahun lebih muda dari usianya. "Dia masih TK, anak-" Lidah Agan tertahan. Ada sesuatu yang menahannya dan cepat-cepat ia memikir ulang kalimat selanjutnya.
"Anak, lu?"
Agan menghela napas dan tersenyum lantas mengangguk pelan.
"Jangan bercanda lu, ya?!" Ahsan menunjuk kakaknya.
"Dia anak sahabat gue. Usianya lima tahun. Dan gue udah menganggap dia sebagai anak sendiri."
Agan menoleh. "Kasihan, dia sudah ditinggal bapaknya, semenjak masih di dalam kandungan."
Ahsan tahu mata itu tidak menatapnya biasa. Seolah ada pesan yang ingin disampaikan kakaknya, namun dia tak paham apa arti dari tatapan itu. "Sahabat lu cewek?"
"Cewek!"
Ahsan mengangguk-angguk paham. "Oke, pergi sana. Biar gue yang jaga Nice Cream buat lu hari ini."
"Thanks, Bro." Agan menepuk pundak Ahsan lalu berdiri membuka celemek di badannya. "Gue enggak akan lama, selesai jemput dia dari tempat les piano dan anterin pulang ke rumahnya, gue langsung balik."
"Lama juga enggak masalah. Gue tahu lu lagi ngincer ibunya."
Agan tersenyum tipis.
"Good luck, semoga jodoh." Ahsan mendongak menatap Agan dengan senyuman tipis.
Lagi-lagi hanya senyuman yang Agan berikan sebelum ia benar-benar keluar ruangan. "Gue pinjem-"
"Gue enggak bawa mobil." Potong Ahsan.
"Terus lu ke sini pakek apa?"
"Jalan kaki."
"What?"
"Gue tahu lu enggak suka, lu takut gue nyasar. But look, I am here! Jangan bilang Mami, ya?"
Agan menggeleng pelan. Sungguh ia tak habis pikir oleh kelakuan adiknya. Jarak antara prusahaan orangtua mereka dengan toko es krim miliknya cukup jauh, bila menggunakan kendaraan pun bisa memakan waktu hampir setengah jam perjalanan. "Lu enggak masuk kantor?"
"Cuma simpan mobil sama absen doang, sisanya jalan."
Agan menghela napas. "Ini yang terakhir kalinya, oke?"
"Gue enggak janji!"
"Buat apa sih lu jalan-jalan sendiri tanpa tujuan? Memangnya apa yang lu cari?"
Ahsan terdiam dua-tiga detik sebelum menjawab :
"Dunia dan perasaan gue!"
Senyap. Ruangan itu bagai gua yang kembali mengembalikan kekosongan. Ramai suasana di luar sana tak lagi mendominasi bagi Ahsan.
Semenjak kepulangannya dari Australia, kota Kembang Bandung adalah jalan baru bagi Ahsan untuk menapaki tilas jejak masa lalunya yang luput dalam benak.
***
Hai, salam kenal. Aku Temara Rindu, dan ini adalah Ahsan yang akan mengajak jalan-jalan setiap minggunya...Kalian siap?
Tunggu kelanjutan ceritanya ya...
Love 💚
🤗
● Ahsan
● Agan
KAMU SEDANG MEMBACA
After 1.800 Days
ФанфикJalan Braga. Kawasan yang tak pernah sepi dari para pejuang hidup kota Kembang. Lalu lalang kendaraan modern tak mengubah suasana klasiknya, waktu pun tak pernah pudarkan keelokan sejarah di sekitarnya. Namun berbeda bagi Ahsan, 1800 hari berhasil...