Lebih dari Sekedar Sejarah

60 15 2
                                    

Rerey duduk anteng di samping Ahsan sambil menonton video kartun di layar ponsel pintar, satu tangannya menggenggam es krim yang hampir habis dijilati.

"Haduh...gue enggak habis pikir sama orangtuanya, anak sekecil ini sudah dikasih hape,"

"Gue yang beliin." Sahut Agan.

"What? Lu gila?!"

Agan cepat-cepat menutup kedua kuping Rey. Matanya memelototi adiknya.

Ahsan bungam sesaat, membekap mulutnya. Iya, Ahsan lupa tak sepatutnya ia mengatakan hal demikian di hadapan anak kecil. Tapi tampaknya Rey tak memedulikan berbagai hal di sekitarnya. Tidak ada respons. Anak itu masih asyik dengan video kartunnya.

"Gue sengaja beliin Rey hape supaya gue tepat waktu jemput dia di sekolah."

"Ibunya tahu?"

"Tahu."

"Ibunya enggak marah lu beliin dia hape?"

"Ya, enggak jauh bedalah sama lu, gue dibilang enggak waras sama ibunya."

Ahsan tertawa tertahan.

"Senggaknya ucapan dia lebih halus dari lu."

"Apa ibunya sesibuk itu, sampai-sampai harus lu yang jemput anaknya?"

"Udah gue bilang ibunya Rey itu Dosen. Jam mengajarnya padat, enggak jarang dia ngajar kelas malam juga."

"Kenapa lu enggak langsung nikah aja sama dia?"

Agan diam menatap Ahsan.

"Kan kalau udah ada lu, ibunya jadi bisa pokus ngurusin Rey. Kasihan dia," Ahsan melirik Rerey.

Agan menghela napas dan membelai kepala Rey. Masih dalam keadaan diam, ia berperang dengan segala macam kemungkinan yang muncul di kepalanya.

"Apa sih yang lu takutkan? Apa lu memang enggak pernah merasa sanggup buat menanggung tanggung jawab sebuah hubungan?"

"Entahlah, mungkin lebih dari itu."

Kening Ahsan mengerut samar. Kosong. Begitulah tatapan yang muncul di dua manik mata kakaknya. Semakin lama ia memperhatikan, semakin jelas jika ada alasan yang jauh lebih serius dari hanya sekedar takut mengemban tanggung jawab. Dan sayangnya, Ahsan tak bisa menembus isi kepala Agan. Ia tak berani menerka-nerka lebih dalam alasannya.

Agan menghela napas dan berdiri mengambil celemek yang tergantung di dinding. "Gue balik kerja dulu. Temani Rey, ya?"

Ahsan mengangguk bersamaan dengan gelak tawa Rey.

Agan tersenyum, hendak membuka pintu.

"Gila!"

Ucapan itu mengurungkan niatnya seketika. Agan memutar badan menatap anak berusia lima tahun itu yang kembali tergelak karena kelucuan adegan kartun di layar ponselnya.

"Rey, don't say that, ok?"

Rerey menoleh. Tatapannya polos menatap Ahsan. Anak itu tidak mengerti bahasa yang baru saja didengarnya.

Agan menggeleng pelan. Dia yakin tidak salah mendengar bagaimana umpatan itu meluncur mulus dari mulut Rey. Cepat-cepat ia melemparkan celemek di tangannya hingga menutupi wajah dan kepala Ahsan yang tak kalah terkejutnya.

***

Jam dinding menunjukan pukul lima sore, sebentar lagi suasana yang ditunggu-tunggu akan segera menampakkan wujudnya. Segera Ahsan bergegas keluar dari private room tanpa mengenakan jaket kesayangannya. Sengaja, Ahsan tinggalkan untuk menyelimuti Rey yang masih tertidur pulas di sofa sana.

"Kak, gue pulang duluan," Ahsan menghampiri Agan yang sedari tadi berdiri di balik etalase es krim. "Rey masih tidur,"

"Oke, sebentar gue ambil kunci mobilnya dulu,"

"Enggak usah, gue bisa naik taxi," Ahsan bergegas keluar.

"Jangan pulang telat, San!" Cepat-cepat Agan berseru. Karena dia tahu adiknya tak akan mungkin langsung kembali ke rumah.

Dilihatnya Ahsan mengacungkan ibu jari selagi menarik pintu keluar. Agan menggeleng pelan. Sore ini dia hanya berharap, semoga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Aroma udara sore setelah hujan di sekitar Naice Cream menyegarkan penciumannya. Ahsan senang bau aroma setelah hujan. Semerbak aroma parfum mawar pun tak lepas dari penciumannya. Aroma parfum itu berasal dari seorang wanita berambut panjang yang melewatinya dan masuk ke dalam bangunan Naice Cream. Iya, Ahsan yakin itu.

Ahsan memiringkan posisi berdirinya, memperhatikan tampak belakang wanita yang mengenakan blazer coklat muda itu dari jendela kaca besar. Di dalam sana dia terlihat akrab dengan Agan. Mereka bercengkerama layaknya teman dekat. Dan beberapa saat kemudian, Agan mengajaknya ke dalam private room.

Ahsan menghela napas kala matanya menyaksikan bentuk kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.

"Dia sudah dijemput," katanya saat melihat wanita itu memangku anak laki-laki berusia lima tahun yang sedari tadi tidur di atas pahanya.

Lembayung semakin tampak di ufuk barat, memaksa Ahsan untuk tidak berlama-lama memperhatikan keserasian dua sejoli di dalam sana. Alih-alih berjalan mencari taxi, langkahnya tak jua tertanam berdiri. Kakinya terus berjalan menghendaki inginnya. Jauh meninggalkan jejak, tanpa tahu perjalanannya akan berakhir di mana.

Jalan Braga. Kawasan yang tak pernah sepi dari para pejuang hidup kota Kembang. Lalu lalang kendaraan modern tak mengubah suasana klasiknya, waktu pun tak pernah pudarkan keelokan sejarah di sekitarnya.

Namun berbeda bagi Ahsan, 1825 hari berhasil mengubah segala keelokan Braga menjadi kawasan kosong. Tak ada sehelai cerita pun tertinggal dalam benak. Semua seakan pudar meninggalkan dirinya dalam sekejap mata.

Lima tahun lalu untuk Ahsan, Bandung bak kota asing dalam dunia dongeng. Dia hanya bisa mendengar bagaimana keindahan kota Kembang itu dari cerita keluarganya dan visual gambar juga video di internet selama di Perth-Australia. Tapi Ahsan meyakini, Kota Kembang bukan sekedar tanah kelahirannya, kota ini bukan saja sekedar kota sejarah, lebih dari itu. Tanah ini adalah kota yang mengandung kisah bahagia juga kisah kelamnya.

Mentari tampak melambai pamit, menyisakan awan kelabu yang siap menjemput malam. Akan tetapi untuk hari ini, keelokan cakrawala tak sebanding dengan keelokan pemandangan seorang ibu yang menyayangi anaknya beberapa saat lalu. Ya, Ahsan menyukai pemandangan itu!

***

Hai.... selamat hari Minggu Temaraniaaa...
Gimana-gimana, satu minggu terakhir ini? Kuharap semua baik-baik saja.

Aku akan bahagia dan mengucapkan selamat jika hari-harimu berjalan baik, tapi jika ada hujan, aku ingin mengatakan Tidak apa-apa, semua akan baik-baik aja.
Masih ada tujuh hari kedepan untuk memperbaikinya. 😊

Oh ya, gimana?
Kalian penasaran ga, sama sosok perempuan yang Agan lihat di Nice Cream?
Kalau iya, jaga kesabarannya ya...
Sampai jumpa minggu depan 🤗

Seperti yang laki-laki itu katakan :
"Stay Healty and don't skip a meal!"

After 1.800 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang