//Mine : 26//

1.5K 178 14
                                    

Pair : U. Sasuke & H. Sakura
Milik Masashi Kishimoto
Vote and Comment!!!

.

.

VOTE!!!
.
VOTE!!!

.

.

Baik Sakura maupun Ino, keduanya membisu di tempatnya. Terlebih Sakura, wajahnya yang memang masih pucat nampak semakin pucat pasi. Setiap langkah yang diambil Kizashi untuk mengikis jarak diantara mereka, semakin cepat pula kerja Jantung Sakura. Terus bertalu-talu hingga rasanya seperti jantungnya akan copot. Terlebih melihat wajah Kizashi yang mengeras. Sakura tahu, Kizashi sangat marah besar. Namun yang membuat Sakura terluka, adalah sorot mata Kizashi yang sarat akan kekecewaan.

Sakura menahan nafasnya. Dia tahu dia telah mengingkari janjinya pada Kizashi. Sakura telah berbohong pada ayahnya sendiri.

"Sakura..." Kizashi berucap pelan. Terlihat sangat jelas jika pria paruh baya itu mencoba menekan emosinya. Hanya saja, rasa kecewanya tidak dapat ia disembunyikan.

Selama ini, Kizashi percaya pada Sakura. Percaya jika putri semata wayangnya itu bisa menjaga kepercayaannya untuk tidak bertemu dengan Mebuki—Ibu kandungnya. Tapi, apa yang baru saja ia dengar barusan?

"Otousan salah dengar, bukan? Kau tidak mungkin mengingkari kepercayaan dan janjimu pada Otousan, bukan, Sakura?" Kizashi sangat percaya pada Sakura. Putrinya itu adalah orang yang bisa menjaga janjinya.

Namun, bukannya menguap dan menghilang, emosi Kizashi justru semakin mengubun-ubun melihat Sakura yang justru menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak berani menatapnya. Persis seperti pencuri yang ketahuan mencuri sedang diintrogasi. "Maaf," ucap Sakura pelan.

Mata Kizashi terlihat menggelap. Amarah itu lepas, tak terbendung lagi. "Otousan sudah bilang untuk tidak menemui wanita itu lagi, Sakura. Dia tidak pantas untuk bertemu denganmu lagi. Kau harus memutus hubunganmu dengannya. Dia bukan ibumu lagi!"

"Tapi dia masih Okaasan Sakura, Otousan." Sakura mengangkat kepalanya, memberanikan diri untuk menatap Kizashi. "Okaasan tetaplah orang yang mengandung dan melahirkan Sakura kedunia ini. Dalam diri Sakura tetap mengalir darah Okaasan, ikatan ibu dan anak tidak bisa diputuskan semudah itu, Otousan."

Kizashi mengusap rambutnya kasar. Pria paruh baya itu nampak frustasi, namun tetap mencoba untuk tidak terbawa emosinya lebih lanjut hingga berujung melukai hati Sakura. "Sakura, dengarkan Otousan. Dia tidak pantas disebut Okaasan mu. Kesalahannya padamu dan pada Otousan tidak bisa dimaafkan, Nak. Otousan mohon, lepaskan ikatanmu dengannya." Kizashi mencoba meraih pengertian dari putri tunggalnya. Bagaimanapun, Kizashi menyayangi Sakura melebihi segalanya. Ia tidak ingin Sakura terluka.

Sakura menarik nafasnya kasar. "Selalu seperti itu. Baik Otousan maupun Okaasan selalu seperti itu. Kalian selalu mengatakan jika hubungan kalian tidak dapat diperbaiki. Sejak dulu selalu seperti itu." Sakura menjeda ucapannya. Dadanya menyempit hingga rasanya begitu sesak. Sedangkan matanya terasa memanas, menahan air matanya yang telah membendung di pelupuk mata. "Kalian terus mengatakan seperti itu. Tapi tidak seorangpun dari kalian memberitahu Sakura apa alasannya." Emosi Sakura tumpah bersama dengan air matanya yang tak mampu lagi ia tahan.

"Kalian berdua egois! Sakura ini anak kaian dan Sakura bukan anak kecil yang mudah untuk dikibuli. Tapi baik Otousan maupun Okaasan seolah menganggap Sakura ini anak kecil yang bodoh. Kalian bersikap semau kalian dan membiarkan aku jatuh dalam lubang ketidak tahuan yang begitu menyiksa." Muka Sakura memerah, dadanya terlalu sesak. "Aku ini anak kalian. Tapi... Kenapa...?" Suara Sakura melemah. "Kenapa... aku merasa seperti aku bukan bagian dari kalian?"

MINE [Sasusaku]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang