15. Berita Buruk

3.1K 361 22
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hollaaaa, kembali lagi dengan Dara, semoga menghibur Minggu malam kalian.
Happy reading semuanya
Enjoy

Author POV

Hari Rabu bukanlah hari yang istimewa untuk Benny Malik, pria berpangkat Lettu yang kini bertugas di Detasemen Polisi Militer sebagai Komandan Satuan Pelaksana Pemeliharaan Ketertiban atau yang di kenal sebagai DANSATLAKHARTIB DENPOM, melalui setiap harinya dengan rutinitas yang bagi Benny membosankan, menangani para Tentara yang bermasalah dan menyalahgunakan kuasa yang mereka miliki untuk melanggar hukum, tiba-tiba saja saat melihat Mas Karja, penjual risol mayo langganan para PM ngider, Benny berinisiatif untuk menemui Retno.

Manis memang jika di pikirkan, hanya sekedar melihat makanan kesukaan saja, Benny langsung teringat pada sang adik, tidak ada alasan hal lain, hanya sekedar ingin mengantarkan makanan untuk sang Adik, tapi segala hal yang ada di dunia bukanlah satu kebetulan semata, karena ternyata kedatangan Benny ke kantor adiknya yang tidak jauh dari markasnya memang sengaja Takdir atur untuk menolong sosok wanita yang baru saja menjadi korban tabrak lari.

Awalnya Benny hanya tertarik dengan keramaian di depan resto Ayam bakar tersebut, penasaran apa yang tengah terjadi dan jiwa penolong seorang PMnya bangkit ingin membantu, tapi saat melihat sebujur kaki berbalut wedges yang sangat familiar untuk Benny tergeletak di jalanan yang panas, nyaris saja pria dengan tinggi 185 tersebut terjungkal ke belakang saking syoknya. Demi Tuhan, Benny tidak pernah takut dengan apapun, tapi sekarang saat Benny melihat sosok Dara, rekan kerja dari adiknya kini menjadi korban tabrak lari dengan keadaan yang sangat mengenaskan, kepala Dara berlumur darah dan dari pinggulnya keluar darah yang kini membuat rok span warna grey tersebut memerah, itu adalah pemandangan paling mengerikan untuk Benny.

Degup jantung Benny seakan berhenti berdetak, rasanya Benny tidak ingin percaya jika sosok yang ada di hadapannya adalah Dara, tapi sirine ambulance yang meraung-raung dan semakin mendekat pada TKP membuat Benny tersadar jika wanita yang kini di ambang hidup dan mati adalah wanita yang sama dengan wanita yang sukses merebut perhatiannya di kali pertama mereka berjumpa.

"Tolong beri jalan!" Kalimat itulah yang Benny katakan saat para petugas ambulance beserta Polisi datang, dengan sigap para petugas medis memindahkan Dara ke dalam ambulance dan memberikan pertolongan pertama. Tidak ada yang bisa Benny lakukan di TKP, biarlah masalah tentang tabrak lari di tangani oleh Polisi yang berwenang, satu-satunya yang bisa Benny lakukan sekarang adalah membuka jalan agar ambulance yang membawa Dara sampai ke rumah sakit secepatnya.

"Pak, di depan macet." Seolah tahu jika Benny turut mengawal dengan sepeda motornya, sopir ambulance yang turut kalut karena lalu lintas begitu padat sementara korban yang di bawanya dalam kondisi yang tidak baik-baik saja sontak langsung mengadu pada Benny. Sang sopir sudah menemui banyak pasien dalam pengabdiannya, dan melihat kondisi Dara sekarang, dia takut hal buruk yang ada di kepalanya menjadi kenyataan.

"Saya akan buka jalan, Pak. Tolong ikuti." Benny sendiri pun tidak yakin dengan apa yang dia ucapkan, sembari bersyukur akan keputusannya memakai motor sekarang ini, Benny menembus mobil-mobil yang tampak semrawut tersebut. Satu keajaiban, berbekal dengan seragam yang Benny kenakan, mobil-mobil ruwet tersebut sedikit beringsut ke kanan dan ke kiri, walau begitu mepet tapi akhirnya ambulance bisa lolos dari kemacetan, tidak perlu waktu lama, gas langsung di injak ke kecepatan tertinggi menuju rumah sakit di mana tepat saat mobil ambulance berhenti di depan IGD, para perawat dan dokter sudah bersiaga menunggu.

Tidak ada yang bisa di lakukan Benny setelahnya sekarang ini selain menunggu, di depan IGD bersama dengan beberapa orang lainnya yang tengah menunggu sanak dan kerabat mereka di tangani, seperti Setrika Benny berjalan mondar-mandir, jangan tanya kenapa Benny bisa sekalut sekarang ini karena Benny pun tidak tahu jawabannya karena yang jelas ada sesuatu yang menyakitkan di rasakan dalam hatinya melihat bagaimana payahnya kondisi Dara yang kini tengah berada di antara hidup dan mati. Simpati yang di rasakan Benny semenjak tahu jika Dara adalah wanita yang di nikahi secara siri oleh rekan sesama Tentaranya ini semakin menjadi dia rasakan. Tidak, menurut Benny, Dara terlalu baik untuk semua ketidakadilan dan nasib buruk yang seakan tidak mau jauh darinya.

Di tengah rasa frustasi Benny menunggu kabar dari dokter yang tengah menangani Dara, tiba-tiba suara ramai yang sangat di hafal Benny terdengar di lorong rumah sakit yang sepi mencekam.

"Bang, kamu ngapain di sini?"

Pertanyaan itulah yang terlontar dari Retno yang keheranan dengan kehadiran Abangnya di rumah sakit tempat Retno di beritahukan di mana Dara di rawat.

"Waktu Abang mau nganterin kamu risol, Avang lihat rame-rame di depan kantormu, dek. Waktu Abang lihat ternyata Dara yang jadi korban kecelakaan, ya sudah Abang bantuin buka jalan buat sampai ke sini!"

"Terus kenapa nggak balik ke Markas? Malah mantengin di sini?" Mata Retno menyipit penuh selidik ke arah Abangnya tersebut, melihat Abangnya mau dan rela-relanya menunggu sangatlah bukan seorang Benny yang di kenal Retno selama ini. Satu hal yang membuat Benny sangat cocok menjadi seorang Polisi Militer adalah dia yang tidak memiliki simpati dan empati, itu sebabnya Benny bisa menegakkan tugasnya tanpa terganggu perasaan pribadi, tapi lihatlah yang Benny lakukan sekarang.

Melihat sikap adiknya yang mulai konyol nggak jelas tentu membuat Benny salah tingkah sendiri, menyembunyikan apa yang sebenarnya dia rasakan, Benny mendorong jidat Retno dengan kesal. "Kalau gue balik, terus gimana sama temen lo, dek?! Orang-orang di ambulance ngiranya kalau gue walinya. Seenggaknya gue nungguin Lo atau siapapun datang lebih dahulu sebelum pergi."

Apa yang di ucapkan oleh Benny bukan sekedar alasan karena memang dompet dan ponsel milik Dara memang di berikan kepadanya, melihat tidak ada siapapun yang bersamanya hingga Benny harus menjadi wali yang bertanggungjawab untuk Dara yang sedang di tangani di dalam sana.

Antara Benny dan Retno keduanya kini terdiam, Retno memilih tidak mendebat kakaknya karena satu-satunya orang paling dekat dengan Dara yang terlintas di benak Retno hanyalah Aras, sayangnya ingatan tentang Dara yang sedang bermasalah dengan Aras membuat Retno urung. Di lihatnya ponsel dan dompet Dara yang ada di tangan Abangnya sembari menahan nyeri karena nyatanya Dara memang sebatang kara di kota ini, tidak ada sanak saudara satu pun.

"Semoga saja nggak ada sesuatu yang buruk ya, Bang. Kasihan si Dara, dia benar-benar sedang kesusahan belakangan ini."

Benny hendak mengaminkan apa yang di doakan oleh Retno, sayangnya dokter yang keluar dari ruang tindakan Dara datang membawa kabar yang tidak menyenangkan untuk mereka berdua.

"Kondisi Bu Dara benar-benar fatal, Pak. Benturan keras di kepala bagian belakang membuat beliau gegar otak, kita perlu operasi besar untuk menyelamatkan nyawa beliau, sebab itu kami perlu tanda tangan Anda secepatnya untuk mengambil tindakan."

Dua kakak beradik tersebut merasa dunia mereka runtuh dalam sekejap, bukan hanya membawa satu kabar buruk, bagian paling menyedihkan dari semuanya baru saja datang.

"Dan mohon maaf sebesarnya nyawa janin Bu Dara tidak bisa kami selamatkan."

Pengantin Simpanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang