2. Jakarta I'am Coming

50 7 2
                                    

Hari ini, Lesti dan Nara berangkat ke Jakarta. Sudah dari semalam, Lesti mempersiapkan segala keperluannya selama di sana.

"Dek! Udah bangun?" tanya Bunda dari luar kamar Lesti.

"Alhamdulillah, sudah, Bun! Ini dede baru selesai sholat," jawab Lesti dari dalam kamar.

"Kalau sudah, langsung turun, Nak. Bunda sudah siapin sarapan. Kamu berangkat jam 6, kan?" ucap Bunda.

Lesti berjalan membuka pintu, ia menghampiri Bundanya yang tersenyum manis dibalik pintu tersebut.

"Iya, Bunda Sayang. Dede mau rapihin kamar, mandi, setelah itu dede ke bawah," ucap Lesti tersenyum manis.

***

Lesti menuruni anak tangga, bergabung bersama keluarga kecilnya. Orang tua Lesti memang bisa dikatakan cukup berada, tapi mereka tidak pernah memanjakan Lesti dengan kemewahan, kedua orang tuanya selalu memanjakan putri semata wayangnya itu dengan kasih sayang dan ketulusan. Ditambah, Kakak lelaki Lesti yang sangat posesif menjaga adik semata wayangnya itu.

"Pagi semua!" sapa Lesti riang.

"Pagi, Sayang!" jawab mereka kompak.

Lesti mendudukan diri di samping kanan kakaknya.

"Wah, menunya spesial nih, hari ini," ucap Lesti menelan ludah.

"Sengaja, biar putri bunda pengen cepat pulang, terbayang-bayang masakan bunda terus," ucap Bunda menggoda putrinya.

"Ih, Bunda! Lesti pergi cuma satu minggu loh, Bun. Pasti cepat pulang, Bunda jangan nangis karena dede tinggal ya," jawab Lesti menggoda Bundanya balik.

"Rumah pasti tentram, Bun. Si Cerewetnya nggak ada," sahut Riyan menggoda adiknya.

"Ayah, Kak Riyan sama Bunda nyebelin. Mereka sekongkol, bantuin dede dong!" aduh Lesti pada Ayahnya.

"Tapi yang Kak Riyan bilang itu benar adanya loh, Dek. Jadi ayah harus gimana dong?" Ayah ikut menjahili putrinya.

"Ngambek ah, dede! Curang, masak tiga banding satu, pasti kalah dong, dede," ucapnya cemberut.

"Sudah, ayo makan. Nanti kamu terlambat," lerai Ayah.

Sudah menjadi hal biasa. Keributan-keributan itu akan selalu menggema, jika Lesti di rumah. Lesti type gadis periang, ia selalu bisa mencairkan dan menghangatkan suasana. Setiap sarapan pagi, akan selalu dipenuhi dengan drama keributan antara kakak. adik itu, bahkan terkadang orang tuanya juga ikutan. Keharmonisan yang selalu didambahkan setiap keluarga.

Lesti bersyukur, dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua hebat, orang tua yang selalu penuh kasih sayang dan kakak yang juga selalu menyayanginya, menjadi teman berbagi untuk dirinya, baik dalam keadaan senang atau pun bahagia.

Setelah selesai makan, Lesti membantu Bunda itu membereskan peralatan sarapan mereka.

"Dede yang cuci piring ya, Bun," ucapnya.

Dengan cekatan, Lesti membawa piring dan semua peralatan dapur yang kotor ke wastafel.

"Sayang, kamu udah mau berangkat loh. Siap-siap aja gih sana. Bunda bisa beresin sendiri kok, nanti kamu terlambat," ucap Bunda mengambil alih pekerjaan Lesti.

"Dede tadi udah nggak bantuin masak loh, Bun. Masak sekarang yang beresin juga Bunda," ucap Lesti tidak enak.

"Nggak apa-apa, Nak. Ini kan memang tugas bunda," jawab Bunda tersenyum.

Lesti memutuskan untuk bersiap-siap di kamarnya. Ia memeriksa kembali barang bawaanya, barangkali ada yang tertinggal.

"Udah semua deh kayaknya," monolog Lesti.

Penerang RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang