21. Dia Kembali

127 6 4
                                    

Lesti mengeliat, badannya terasa remuk redam setelah semalam bergulat habis-habisan bersama sang suami. Suaminya benar-benar menggila semalam, mungkin faktor terlalu bahagia.

Kehamilan Lesti memang bisa dibilang cukup strong. Lesti belum pernah merasakan moorning sicknes selama hampir seminggu dirinya mengetahui kehamilannya. Awalnya Lesti hanya iseng beli test pack saat dirinya telat hampir satu bulan ini. Betapa bahagianya dirinya bisa diberi anugrah secepat itu.

Lesti melirik tubuh tegap sang suami yang berada di sampingnya. Senyumnya mengembang mengingat pertempurannya tadi malam. Matanya masih terasa berat, hingga akhirnya Lesti memutuskan untuk menyusul suaminya menyelami alam mimpi.

"Sayang, bangun yuk, sarapan dulu! Habis itu tidur lagi nggak apa-apa. Kamu lagi hamil loh, kasian anaknya nanti." ucap Billar mengusap lembut pipi istrinya.

Billar mengerti kalau istrinya pasti sangat capek dan dirinya yang menjadi penyebabnya. Tapi mau gimana lagi, hari sudah hampir siang. Billar tidak ingin istri dan calon buah hatinya sakit karena telat sarapan.

Tadi tepat pukul 07.00 Billar terbangun. Billar berinisiatif untuk memasak nasi goreng buat istri tercintanya. Biasanya Lesti yang selalu menyiapkan sarapan untuknya, kali ini Billar ingin menjadikan Lesti ratu.

"Sayang... bangun dulu yuk, sarapan!Kakak sudah masak nasi goreng spesial ini buat kamu." ucap Billar lembut.

Dirasa tak ada pergerakan dari sang istri, Billar berinisiatif untuk mencium setiap inci wajah istrinya agar istri cantiknya itu bangun. Dan berhasil, Lesti mengeliat, mengerjapkan matanya lucu. "Moorning kiss, Sayang." Billar mencium lembut pipi untuk istrinya. "Sarapan dulu yuk!" ajak Billar.

"Capek banget Dede, Kak. Badan dede rasanya remuk." keluh Lesti.

Billar gemas sekaligus kasihanmelihat istrinya. "Lucu banget sih kamu, Sayang. Gemes kakak!"

"Maaf ya, Kakak lupa kalau kamu lagi hamil."

"Kita turun yuk! Masak sarapan di kamar." Bukannya menjawab, Lesti justru mengajak Billar untuk turun ke bawah.

Baru saja Lesti dan Billar berdiri, Billar sudah berlari ke kamar mandi. Perutnya mual, seperti diaduk-aduk. Tapi hanya cairan bening dan pahit yang dirasakannya. Setelah itu, tubuh Billar menjadi lemas tidak bertenaga.

"Ya Allah, Kak! Kakak kenapa? Semalam makan apa? Atau tadi pagi ada makan apa waktu Dede tidur," cerocos Lesti dengan nada khawatir yang sangat kentara.

"Nggak ada, Sayang! Kakak belum makan apa-apa, nunggu kamu bangun tadi," jawab Billar dengan suara lirihnya, namun masih bisa didengar oleh Lesti.

"Kita ke dokter ya!" bujuk Lesti. Jujur saja, dirinya sangat mengkhawatirkan kondisi Billar. Sebelumnya, Billar memang jarang sekali sakit.

"Nggak perlu, Sayang!" tolak Billar lembut.

"Ke rumah sakit ya, sekalian USG Utun, mau nggak? Kakak nggak mau lihat anaknya?" Benar saja, senjatah itu cukup ampuh saat ini untuk menaklukan Billar. Buktinya Billar dengan antusias mengangguk, tanpa harus drama lagi.

Billar dan Lesti bersiap-siap menuju rumah sakit. Sekali mendayung, dua pulau terlampau, mungkin kata itu yang tepat. Lesti memeriksakan kehamilannya dan sekalian memeriksakan kondisi suaminya.

***

"Sayang... itu anak kita?" tanya Billar tidak percaya.

"Iya, Pak! Ini calon bayi kalian. Bentuknya masih sangat kecil, tapi denyut jantungnya sudah bisa kalian dengar. Dijaga ya, Pak, malaikat kecilnya. Ibu hamil itu cuma boleh bahagia, jangan biarkan banyak pikiran." Dokter Anin memberi nasihat kepada Billar, sebagai calon Ayah baru. Dokter Anin adalah dokter kandungan yang akan mendampingi Lesti selama masa kehamilannya.

Penerang RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang