24. Hampir Diperkosa

58 2 0
                                    

Dokter keluar dari ruang UGD. Disambut oleh Billar yang sejak tadi menunggu dengan was-was. "Dengan keluarga Ibu Lesti?"

"Saya suaminya, Dok. Gimana keadaan istri saya, baik-baik saja kan, Dok?"

"Maaf, Pak, istri Anda mengalami luka yang cukup dalam akibat penusukan itu. Dan istri Anda harus di oprasi segera."

"Ada kabar kurang baik juga, Pak. Janin istri Anda tidak bisa diselamatkan. Dan dengan berat hati saya menyampaikan kalau istri Anda keguguran. Kami sudah berusaha semampu kami, tapi tuhan berkendak lain," jelas Dokter tersebut.

"Istri saya keguguran, Dok? Ya Allah!" Billar menangis dan terduduk di lantai. Selama ini, ia sangat mengidam-idamkan istrinya bisa segera hamil. Dan ketika Allah mengabulkannya, Allah pula yang mengambilnya kembali.

"Benar, Pak. Luka pasien terlalu dalam. Hingga  melukai rahim istri Anda. Kami minta maaf dan turut berduka atas musibah yang menimpah istri Anda."

Billar tidak mampu lagi menjawab, pikirannya sudah awut-awutan. Sedih kehilangan calon buah hatinya, juga sedih dengan kondisi istrinya yang cukup memprihatinkan.

"Harusnya hambah lebih menjaga anak dan istri hambah, Ya Robb. Hingga engkau marah dan mengambilnya kembali, sebelum kami sempat menimangnya. Maafkan hambah yamg belum bisa menjaga amanahmu. Selamatkan istri hamba, ya Allah. Jangan biarkan hambah kembali merasakan kehilangan untuk kedua kalinya dalam waktu yang beruntut."

"Pak Billar yang sabar ya, Pak. Mari ikut saya, Bapak harus segera tanda tangani berkas untuk prosedur operasi istri Anda. Oprasi harus segera dilakukan. Istri Anda tidak bisa menunggunya lebih lama lagi." Dokter itu iba terhadap kondisi Billar.

Flashbeak on

Malam hari digunakan untuk malam perpisahan. Semuanya berkumpul di halaman belakang vila tempat mereka menginap.

"Dek!" panggilannya.

Deg.

Lesti tertegun kenapa bisa ada dia di sini padahal ini acara perpisahan kelasnya.

Lesti tertegun. "A' Ferdi kok bisa ada di sini. Kok bisa?"

Ferdi menunjukan senyum devilnya. "Buat Aa' ini mudah, Dek. Aa' akan lakuin apapun buat bisa milikin kamu."

"Malam ini, Sayang, kesempatan kita. Nggak ada suami bajingan kamu itu. Kita bebas. Hahaha!" Tawa devilnya menggelegar. Membuat Lesti ketakutan.

Ferdi mendekat berusaha meraih tangan Lesti, namun sang empunya, menepisnya kasar tangan Ferdi, dan terus berjalan mundur. "Jangan maca- macam A'. Kita sudah punya kehidupan masing-masing. Dede harap Aa' terima takdir." Lesti masih mencoba berbicara baik-baik, agar Ferdi mau mendengarnya.

"Apa kamu bilang? Terima takdir? Nggam semudah itu, Sayang. Aa' akan buat kamu menjadi milik Aa' seutuhnya malam ini, baru Aa' akan menerima takdir Aa'. Biar kamu dan suami kamu tau bagaimana sakitnya aku!" sentak Ferdi.

Lesti menepis kasar tubuh Ferdi yang hampir merengkuhnya. "Jangan lakuin ini A', dede mohon. Aa' kenapa sekarang jadi seperti ini? Salah Dede apa sama Aa'?"

"Kamu bilang salah kamu apa? Masih nggak sadar kamu? Aku mencintai kamu, tapi kamu lebih memilih suami kamu itu dari pada aku. Kamu pikir aku nggak sakit hati? Aku sudah menyimpan rasa ini dari 3 tahun yang lalu dan kamu tau itu. Tapi dengan begitu mudahnya kamu bersanding dan memilih laki-laki lain. Sekarang kamu masih tanya salah kamu apa?" Ferdi tertawa remeh.

Lesti sudah menangis ketakutan. "Iya Dede tau, tapi kita gak ada hubungan apa-apa A', jadi Dede rasa, Dede nggak perlu minta persetujuan Aa' untuk menikah. Toh Aa' juga kan yang 2 tahun pergi tanpa alasan, bahkan tanpa pamit. Salah Dede di manaA'? Salah kalau Dede menerima pinangan lelaki lain?"

Penerang RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang