26. Film Horor

110 2 2
                                    

Pagi - pagi lesti bangun. Ia memutuskan turun kedapur setelah melaksankan sholat subuh dengan Billar. Sedangkan Billar kembali melanjutkan tidurnya.

"Masak apa, Bi?"

"Eee, Mbak Lesti, ini Bibi lagi buat sup ayam sama sambel goreng ati, Mbak. Mbak Lesti mau di buatin apa?"

"Enggak, Bi, cuma tanya aja, sekalian mau bantu masak. Udah lama juga tidak masak."

"Tidak usah, Mbak, nanti Mas Billar marah ke saya, kalau tau Mbak Lesti masak. Lagian Mbak Lesti kan juga belum sembuh total."

"Tenang aja, Bi, urusan Kakak biar aku yang tanggung. Udah ah, kalau ngomong terus kapan masaknya."

Dua wanita beda usia itu berkutat di dapur. Udah 1 bulan sejak lesti pulang dari rumah sakit, itu artinya sudah 1 bulan pula Lesti menjalani recovery pasca operasi akibat tusukan kalah itu.

Asik memasak, tiba-tiba Lesti dikejutkan dengan suara suaminya.

"Siapa yang izinin kamu masak, Sayang?" ucap Billar setelah menuruni anak tangga.

"Eh, Kakak udah bangun?" Lesti bertanya seolah tidak ada masalah apa-apa.

"Siapa yang izinin, Sayang?" Billar kembali mengulang pertanyaannya.

Lesti mengahampiri Billar mengelus rahang kokoh suaminya, berusaha meredam amarah sang suami. "Sayang iiih, pagi - pagi udah marah-marah aja. Dede bosen banget, Kak, kan dede cuma bantuin Bibi. Yang masak juga Bibi."

"Tapi perut kamu, Sayang. Luka kamu belum sembuh bener loh itu. Nurut kenapa sih, bandel banget!"

"Iya, iya Dede nurut! Maaf ya, Bi, Bibi lanjutin sendiri ya. Pak Suami udah tandukan, takut ngamuk disruduk nanti," canda Lesti.

Mereka memutuskan duduk di pinggir kolam renang. Karna hari ini hari Minggu, jadi mereka bisa santai sepanjang hari.

"Sayang hari ini aku moll sama Tiara ya?" tanya Lesti yang disambut tatap garang dari Billar.

"Boleh ya, Sayang, pliss udah bosen banget, Kak, sebulan ini full di rumah," mohon Lesti.

"Oke, Kakak izinin. Tapi dengan syarat kamu pulang harus dengan keadaan baik."

"Terima kasih! In syaa Allah aku akan jaga diri!" ucapnya riang.

"Kiss dong suaminya," pinta Billar.

"Mesum!" cibir Lesti.

***

Mereka berdua sudah keliling moll. Mereka berhenti di salah satu brand ternama, Tiara tergiur dengan salah satu koleksi tasnya. Sedangkan Lesti, ia tertarik melihat koleksi lain yang ada di sana.

"Kamu kenapa, Les?" tanya Tiara saat mendapati sahabatnya seperti menahan sakit.

"Nyeri banget, Ra," lirihnya.

"Aku bayar sebentar ya. Kita pulang!" putus Tiara.

"Kuat kok, Ra. Tidak usah pulang, aku masih kuat kok. Lanjut saja.

"Tidakn Kita pulang! Bentar, aku mau bayar dulu kamu tunggu sini."

Setelah membayar Tiara kembali dan mengajak sahaabatnya untuk pulang.

Setelah perdebatan panjang. Akhirnya Tiara menuruti permintaan Lesti untuk tidak langsung pulang. Keduanya memutuskan untuk mencari tempat makan sesuai rekues Lesti.

Setelah makan dan istirahat cukup lama, mereka memutuskan untuk pulang. Bukan pulang sih, karna Tiara kekeh ingin membawa Lesti ke rumah sakit lebih dulu.

***

🏨 Hospital

"Tidak ada yang peru dikhawatirkan, Bu. Bekas jahitan luka di perut emang begitu. Butuh waktu lama untuk benar-benar sembuh total. Jangan beraktifitas yang berat dulu ya, Bu. Ini saya kasih resep buat anti nyerinya."

"Ooh iya dok, mau tanya boleh?" tanya Lesti ragu-ragu.

"Silahkan, Bu. Kalau mau ada yang ditanyakan."

"Kan sudah satu bulan pasca operasi ya, Dok. Kalau dibuat untuk aktifitas suaminya istri apa sudah bisa?"

Dokter cantik tersebut tersenyum ramah. "Boleh, Bu. Disesuikan saja sama kemampuan tubuh. Kalau dirasa ada masalah, bisa istirahat."

"Terimakasih, Dok, kalau gitu saya permisi!"

Di dalam mobil Tiara terus menggoda Lesti karna pertanyaan sensitifnya tadi.

"Ada yang udah gak sabar sampai rumah nih!" godanya.

"Apa sih, Ra!"

"Ekhmm. Sudah tidak sabar pengen langsung praktek, mumpung dapat lampu ijo dari dokter," sindirnya.

***

"Sayang, tadi pulang dari moll, aku mampir ke rumah sakit."

"Ya Allah. Kami sakit, Sayang?"

"Dengerin dulu dong. Aku tidak apa-apa, tadi cuma chek up aja, kan sempet nyeri banget waktu di moll tadi. Tapi kata dokternya aman kok dan itu wajar."

"Tadi aku juga tanya, kalau semisal ada aktifitas suami istri giman, kata dokternya boleh, Kak. Dengan catatan disesuaikan dengan kapasitas diri," jelas Lesti yang di sambut wajah sumringah suaminya.

"Sekarang boleh, Sayang? Kakak udah puasa lama loh!" ucap Billar menunjukan wajah melasnya.

"Mau nolak, takut dikutuk sama malaikat. Kayaknya tidak ada pilihan lain selain mengizinkan," canda Lesti.

"Istri pinta, maa syaa Allah!"

Billar seolah menagih tuntas rindu yang sudah lama ditahannya. Semua rasa rindunya, dicurahkan kepada sang istri.

Bersama Lesti, Billar menemukan kenyamanan yang velum pernah ia dapatkan sebelumnya. Apa pun, asal bersama istrinya, Billar merasa utuh dan terisi sepenuhnya. Walau belum lama mengenal, Billar akui, dirinya sudah menyerahkan seluruh cintanya untuk sang istri.

***

Sore ini, keduanya memutuskan untuk menonton film bersama di rumah. Ditemani dengan cemilan yang tadi sempat Lesti beli di moll.

Billar yang tahu istrinya penakut, sengaja memilih film dengan gendre horor. Biar saja ia mencari kesempatan dalam ketakutan istrinya. Dengan begini, suasana nonton menjadi lebih hidup.

"Hantunya sudah tidak muncul loh, Sayang. Bilang saja memang nyaman meluknya," ledek Billar pada istrinya. Padahal sebenarnya ia yang nyaman.

"Salah sendiri. Sudah tahu istrinya takut horor, malah sengaja pilih yang horor. Bilang saja cari kesempatan," omel Lesti.

Baru ingin membuka suara, mereka dikagetkan dengan adegan hantu yang muncul tiba-tiba. Lesti kembali memeluk suaminya dengan sangat erar, membuat Billar tertawa puas. Emang itu yang dia harapkan dari menonton horor.

Lesti yang ingin mengintip layar, tidak jadi karena ditakur-takuti oleh suaminya.

"Hantunya mendekat, Sayang. Ah, sebentar lagi muncul," ucap Billar membuat Lesti menutup kedua telingahnya.

Benar-benar senam jantung untuk Lesti yang sangat takut dengan film yang berbau horor.

"Matiin dong! Bisa sawan aku lama-lama," ucapnya bergetar.

Kasihan melihat istrinya yang sudah gemetaran, Billar mengganti filmnya menjadi fiksi remaja. Cinta-cinta monyet di masa-masa sekolah. Sedikit membawa mereka kembali mudah, mengingat hal-hal manis yang sudah mereka lewati di bangku sekolahan. Masa di mana beban beratnya hanya perihal berlajar dan sekolah. Dan bahagianya hanya sebatas bisa main bebas dengan teman-temannya.

Kini semua sudah berbeda. Kehidupan pun tidak lagi diarungi sendirian. Sudah ada teman hidup yang menemani beratnya kaki melangkah.
__________

Maaf ya kalau feelnya kurang dapat.

Maaf banyak typo, lagi males revisi 🙏🏻

Semoga bisa menghibur 🌷

Terimakasih buat yang sudah bersedia mampir 🖤🖤

See you next part beby 💞

Penerang RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang