23. Bandung

74 2 2
                                    

Lesti dan Billar sedang berada di rumah sakit. Hari ini mereka menjenguk temannya yang baru lahir.

"Ih, lucu banget ya, Sayang. Cantik kayak Mamanya," ucap Lesti menguyel-uyel Reyhana, bayi perempuan yang baru saja dilahirkan oleh Diana, sepupu Rara yang juga berteman baik dengannya.

"Iya lucu banget, Sayang. Jadi nggak sabar nunggu anak kita lahir," timpal Billar yang memeluk Lesti dari belakang tangan kirinya mengelus perut istrinya dan tangan yang kanan mengelus pipi gembul reyhana.

Lesti dan Billar nampak asik dengan bayi mungil itu. Seperti punya mainan baru.

"Ih, Kakak jangan dicubit," posesif Lesti.

Billar membelai pucuk kepala istrinya. "Pelan doang, Sayang. Anaknya juga nggak terusik."

"Sama aja. Masih kecil, Sayang, kalau sakit nggak bisa bilang," galak Lesti.

Diana dan Fairuz geleng - geleng kepala menyaksikan perdebatan kedua pasangan yang nampak serasi itu.

"Kak Di, boleh pinjam bawah pulang nggak?" celetuk Lesti yang dihadiahi cubitan oleh Diana.

"Dipikir boneka kali, ah. Kamu juga sebentar lagi punya. Nanti main ke playgroun bareng-bareng ya. Biar Tiara makin cenat-cenut." Lesti dan Diana tertawa bersama, menyadari rencana jahilnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 18.00. Selesai sholat maghrib mereka berpamitan pulang.

"Sayang, mampir ke minimarket dulu dong. aku mau beli cemilan buat besok ke Bandung," ucap Lesti ketika mereka sudah perjalanan pulang.

Billar mmelirik istrinya sekilas. "Siap, Sayang."

Setelah dari minimarmet mereka memutuskan untuk pulang. Lesti tidur selama di perjalanan.

Billar mengangkat tubuh mungil istrinya dengan hati-hati agar tak mengganggu tidur nyenyak istrinya.

"Kakak!" panggilnya dengan suara serak.

"Aku ketiduran ya tadi, kok nggak dibangunin. Maaf ya, Kakak pasti capek ngangkat aku." sambungnya lagi.

"Nggak apa-apa, Sayang. Orang kamu mungil juga. Ringan kek kapas," kekeh Billar.

Lesti manyun sembari menatap Billar horor. Bukannya takut Billar malah tertawa kecil. "Kenapa manyun gitu, Sayang? Minta cium?"

"Muhammad Billar Ardiansyah, otaknya ya Allah. Suami aku kenapa sih, apa laki-laki kalau sudah menikah, bawaannya mesum terua sama istrinya? Dulu awal pernikahan perasaan nggak semesum ini deh! " Ucapan lesti terhenti karna Billar mendaratkan ciuman di bibir ranum istrinya.

Entah terbawa suasana atau bagaimana Lesti pun iku menikmatinya. Mereka sama-sama terhanyut.

Billar menghentikan aksinya, menatap lekat manik mata istrinya. "Kamu saja yang dulu belum mengenal aku!"

"Sayang, boleh?" tanya Billar dengan sorot mata penuh harap, yang hanya dibalas anggukan oleh Lesti.

Mereka berdua melakukan penyatuan dengan penuh cinta dan perasaan saling mendambah, tidak ada unsur keterpaksaan dalam melakukannya. Dua-duanya sama-sama merasa nyaman dalam dekapan hangat satu sama lain.

***

Hoek. . Hoek. . Hoek

Lesti berlari ke kamar mandi setelah melepaskan diri dari kungkungan tubuh suaminya. Rasanya perut Lesti seperti di aduk-aduk, mual tapi ketika sudah sampai di wastafel hanya cairan bening yang ia keluarkan. Badannya terasa lemas dan tak bertenaga.

Billar yang melihat istrinya lari langsung panik. Ia ikut berlari menghampiri istrinya.

"Sayang, kenapa? Lemas banget kamu?" tanya Billar khawatir.

Penerang RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang