20. Hadiah Terindah

128 8 3
                                    

"Sayang, Kakak berangkat kerja dulu ya. Hari ini ada meeting di daerah Lembang," pamit Billar.

Lesti mengambil tangan Billar untuk dicium punggung tangannya.

"Assalamu'alaikum!" salam Billar sambil mengecup kening istrinya, sedangkan Lesti hanya menjawab salam suaminya.

Billar merasa ada yang aneh dari sang istri. Tak biasanya Lesti sedingin ini terhadapnya. Lesti memang masih menyiapkan segala keperluannya tapi entah mengapa Billar merasa ada yang beda dengan sikap istrinya pagi ini.

Billar berusaha menepis segala prasangka negatifnya, mungkin semua hanya perasaannya saja.

"Dede kenapa ya? Kok sikapnya kayak dingin. Apa gue menyinggung perasaannya ya? Perasaan tadi malam masih baik-baik aja deh, tidur juga masih pelukan," monolog Billar ketika sudah sampai di tempat meeting.

Billar tak bisa konsentrasi saat meeting. Fikirannya slalu tertuju pada istri cantiknya. Ingin rasanya BIllar pulang dan bertanya kepada sang istri. Kenapa sikapnya terlihat dingin pagi tadi? Tapi semua diurungkannya, mengingat ia harus tetap profesional dan tidak boleh melibatkan urusan rumah tangganya ke dalam ranah pekerjaan.

Billar berinisiatif menghubungi Lesti namun hanya suara operator yang menjawab. Berkali-kali Billar mencoba, tapi hasilnya tetap sama.

"Lo kenapa si, Lar, gue ajak bicara sampai nggak dengar. Kelihatannya juga frustasi banget. Ada masalah?" tanya Adit yang sedari tadi memandang wajah muramnya.

"Tadi pagi sikal istri gue dingin banget, Dit. Gue coba hubungin dia juga gak aktif. Gue bingung aja, perasaan gue nggak ngelakuin kesalahan," jawab Billar frustasi.

"Sabar, Bro. Mungkin cuma perasaan lo aja. Sekarang mending lo fokus meeting, biar cepet selesai pekerjaan lo, biar bisa cepet pulang dan bertanya langsung sama istri lo," saran Adit.

Billar tak menanggapi. Ia langsung fokus pada pekerjaannya saat ini.

***

Berbeda dengan Billar. Di lain tempat, Lesti sedang menyiapkan kejutan sederhana untuk merayakan ulang tahun suaminya.

Segala pernak-pernik persiapan sudah hampir rampung. Tentu saja Lesti tidak sendiri menyiapkannya. Ada orang tuanya, mertuanya.

Lesti sudah tidak sabar menunggu malam. Ia ingin segera memeluk tubuh tegap suaminya yang sedari pagi ia diami.

'Maafin dede, Kak. Pasti kakak bingung, kenapa sikap Dede tadi pagi aneh. Panggilan dari Kakak juga berkali-kali Dede abaikan. Maafin dede kak, hari ini dede pasti buat kakak sedih' ucap Lesti membatin.

Jam sudah menunjukkan pukul 18.00. Lesti berniat mengirim pesan kepada suaminya agar rencananya semakin mulus.

Pak suami

Dede kecewa banget sama Kakak.
Dede tunggu di rumah, segera!

Tak berselang lama Billar membalas pesan yang di kirim istrinya.

Pak suami

Penjelasan apa, sayang?
Kakak nggak paham maksud kamu.
Habis ini Kakak pulang.
Tunggu Kakak!

Lesti tak berniat membalas lagi wa dari suaminya. Lesti meletakan ponselnya di atas nakas.

Sedangkan Billar sudah cemas. Rasanya ia tak melakukan kesalahan tapi kenapa istrinya mengirim pesan seolah ada masalah yang serius.

Penerang RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang