22. Dilamar Di Depan Mertua

141 7 7
                                    

"Kakak aku mau cerita. Tapi kakak jangan marah ya. Janji?" Lesti menautkan jari kelingkingnya pada jari suaminya.

"Tergantung apa dulu nih!" jawab Billar.

"Pokoknya janji dulu!" Lesti memaksa suaminya untuk berjanji.

"Iya, iya. Ada apa, Sayang? Mau cerita apa?" tanya Billar dengan menautkan jari kelingkingnya ke jari Lesti.

Lesti kemudian menceritakan dengan detail masa lalunya, sampai pertemuan yang tak disengajanya dengan Ferdi hari ini.

Lesti was-was takut kalau suaminya akan marah dan lebih parahnya Billar akan meninggalkannya.

"Terima kasih, Sayang. Terima kasih sudah mau terbuka sama Kakak." Ternyata respon Billar di luar dugaan. Billar justru tersenyum hangat dan senang dengan Lesti yang mau jujur dan terbuka padanya.

Lesti menatap Billar takut. "Kakak nggak marah?"

"Kenapa harus marah? Semua orang punya masa lalu. Kamu dan dia kan bagian dari masa lalu, yang terpenting Kakak yang jadi masa depan kamu," jawab Billar membelai lembut pipi istrinya.

"Terima kasih, Kak, udah mau ngertiin aku. Ah, pokoknya sayang bangetlah sama Kakak." Lesti mendekap erat tubuh suaminya.

***

"Sayang, udah belum?" tanya Lesti pada Billar.

Tidak lama kemudian, Billar menuruni anak tangga. "Udah. Mau berangkat sekarang?"

"Iya dong! Udah siang ini, keburu acaranya di mulai." Lesti menggandeng tangan suaminya untuk berangkat. Hari ini adalah hari spesial, hari di mana Lesti akan di wisuda. Penantian dan perjuangannya akan segera terbayarkan hari ini.

Lesti bersender di lengan suaminya, ketika mereka sudah berada di dalam mobil, perjalanan menuju tempat di mana acara wisuda Lesti akan digelar. Kedua tangan mereka saling bertautan, seolah tidak ingin terpisah barang sedetik pun.

"Nanti Ayah, Bunda, Papa sama Mama datang nggak ya ke wisudahan aku, Kak?" ujar Lesti yang masih menyandarkan kepala di lengan sang suami.

"In sya Allah, mereka datang, Sayang. Tapi Kak Riyan nggak bisa hadir, karena masih di luar kota."

"Ya, Sayang banget ya. Padahal ini momen bersejarah aku. Tapi nggak apa-apa, wisuda kali ini tetap spesial, karena bisa ditemani suami." Lesti menguyel-uyel wajah suaminya.

Billar tersenyum melihat tingkah manja istrinya yang sedari tadi bergelayut manja di lengannya. Sesekali Lesti mendusel di ceruk leher sang suami. "Manja banget, Sayang. Tumben? Bawaan Dede bayinya ya?" tanya Billar dengan sebelah tangan yang berada di perut rata istrinya.

"Nggak boleh ya manja sama suami sendiri?" tanya Lesti balik.

Billar merangkul tubuh Lesti dengan sebelah tangannya. "Nggak gitu, Sayang. Tumben aja. Boleh kok, boleh banget. Semua yang ada dalam diri Kakak itu milik kamu, jadi bebas. Jangan galak-galak nanti cantiknya hilang." jawab Billar dengan candaan.

"Kamu cantik banget sih hari ini. Pengen ngurungin di kamar," kekeh Billar.

"Dikira aku peliharaan kali, ah. Pakai segala dikarungin." Lesti tertawa renyah

Penerang RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang