8. Lesti Pingsan Kenapa?

101 9 6
                                    

Pagi ini lesti hanya membuat menu sederhana untuk sarapan paginya. Ia hanya menyiapkan nasi goreng dan susu untuk menu sarapan pagi ini. Bukan karna malas tapi memang waktunya sangat mepet kalau harus membuat berbagai macam menu, karna pagi ini lesti sudah ada jadwal kuliah pagi.

Billar menuruni anak tangga, berniat menghampiri istrinya.

"Masak apa?" tanya Billar ketika Lesti sedang menata sarapannya di meja makan.

Lesti tersenyum. "Cuma nasi goreng sama susu. Gpp kan, Kak? Soalnya takut gak keburu kalo masak yang lain. Kalau minta tolong Bunda kasian ngerepotin," ucap Lesti.

"Gpp, Sayang. Itu udah lebih dari cukup. Terimakasih ya udah repot-repot masak buat kakak. Nanti kakak carikan ART buat bantuin kamu dan Bunda, mau?" tawar Billar sambil membawa Lesti ke dalam dekapannya.

Jangan tanyakan gimana kondisi jantung Lesti saat ini. Sudah bisa dipastikan berdetak tidak normal. Pipinya sudah bersemu merah karena panggilan 'sayang' dari suaminya.

"Nggak usah, Kak. Kan udah tugas dede. Kakak makan dulu ya, Dede mau mandi. Kakak duluan aja, bareng yang lainnya gak usah nunggu dede," ujar Lesti yang masih setia di dekap billar.

"Kok meronah gitu pipinya," goda Billar.

Lesti mencubit perut suaminya. Kemudian berlari menaiki tangga.

"Loh kok sendirian, Nak? Dede mana?" tanya Hermawan yang baru saja masuk rumah.

"Lagi mandi, Yah. Ayah dari mana?" tanya Billar sopan.

"Habis cari udara segar. Biar fresh, penyakitnya biar hilang semua," ucapnya dengan kekehan kecil.

"Ayah sehat-sehat ya," ucap Billar tulus.

Setelah beberapa saat, mereka pun sudah siap berangkat ke tempat tujuan masing-masing. Billar berangkat ke kantor dan Lesti berangkat ke kampus.

"Ayo berangkat, kakak anterin," ajak Billar.

"Dede bisa berangkat sendiri, Kak. Kak Billar istirahat aja di rumah," tolak Lesti lembut.

"Ini bukan tawaran. Tapi ini perintah. Kakak gak menerima penolakan," ucap Billar tidak bisa dibantah.

***

"Aaaahhh, kiyut". Heboh Tiara.

"Apaan sih, Ra, datang-datang udah kayak di hutan aja kamu teriak-teriak. Ini kampus bukan di hutan, Tiara," peringat Lesti.

Tiara nyengir seperti tak punya dosa. "Hehehe. . . Khilaf, Nyonya Billar."

"Habisnya kamu mentang-mentang pengantin baru. Berangkat dianterin, cium tangan dielus-elus lagi kepalanya. Biasanya juga berangkat sendiri kamu, paling mentok di anter Kak Farid itu pun jarang. Kan jiwa jomblo aku meronta-ronta, Les," sambungnya.

"Tadi aku juga udah nolak, Ra, tapi Kak Billarnya maksa. Ya sudah mau gimana lagi dong," jawab Lesti seadanya.

"Ke ruangan Pak Subrki yuk, Ra," ajak Lesti pada TIara.

Sesampainya di sana, ternyata mereka baru dapat info kalau dosen pembimbingnya sedang berhalangan hadir.

"Faedahnya apa dong berangkat pagi?" celetuk Tiara.

Lesti melirik ke arah TIara yang terlihat lesu. "Iya, Ra, sampek aku cuma buatin Kak Billar nasi goreng takut ketinggalan bimbingan Pak Subki. Eeeh, pas udah sampek ternyata zonk."

Tiara memandang lekat sahabatnya yang sedang berbicara, senyum tipis tercetak di bibir manisnya "Kamu udah cinta ya, Les, sama Kak Billar? Perhatian banget kayaknya," goda Tiara.

Penerang RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang