15. Akad Ulang?

102 9 27
                                    

Tepat tiga bulan sudah Lesti dan Billar resmi menjadi pasangan suami istri. Hari ini mereka mengadakan resepsi di Jakarta, acara yang semua seharusnya di Bandung, kini pindah lokasi di Jakarta.

Billar dan Lesti sudah tiga hari berpisah tempat. Lesti menginap di hotel 'The house' di sebelah utara gedung yang akan ia tempati untuk resepsi hari ini, bersama dengan keluarga besarnya. Sedangkan Billar menginap di hotel 'Melati' di sebelah selatan gedung tempat acara respesi akan berlangsung.

Sebelum resepsi, Billar dan Lesti kembali mengikrarkan ijab qobul untuk mendapat pencatatan pernikahan secara negara, karena saat itu terlalu mendadak jika harus mempersiapkan berkas persyaratan pernikahan secara negara.

*
*
*

Lesti berjalan menuju meja akad, Billar menyambutnya dengan mata yang berbinar. Tiga hari tidak bertemu membuatnya kalang kabut, Lesti sudah menjadi candu untuknya. Sebenarnya Billar sangat menolak keinginan istrinya untuk acara pinyitan ini, tapi karena Lesti yang begitu menyakinkan dirinya, akhirnya dengan berat hati ia menyetujui usulan istrinya.

Billar membantu membenarkan tempat duduk istrinya, dituntunnya Lesti menempati kursi yang telah tersedia.

"Kangen banget!" ucap Billar begitu lirih dan hanya mampu didengar oleh Lesti.

Billar mengucapkan ijab qobul dengan sekali tarikan nafas, sungguh saat ini terasa beban-beban itu hilang, padahal ini bukan kali pertama ia mengucapkan ijab qobul.

"Mempelai wanita boleh mencium tangan suaminya," ucap Penghulu.

Lesti mencium tangan suaminya dengan khidmat, meresapi dan menyalurkan setiap cinta dan sayang yang ada dalam diri keduanya.

"Sekarang, mempelai pria boleh mencium kening istrinya," ucap Penghulu lagi.

Dipegangnya ubun-ubun sang istri dan dirapalkan doa-doa untuk kebaikan wanitanya, meski dirinya sudah pernah melakukan itu. Dengan perasaan yang membuncah, Billar mencium kening istrinya dengan khidmat.

Setelah prosesi akad yang berjalan lancar, kini mereka ada waktu satu jam untuk beristirahat sejenak, sebelum acara respesi dimulai.

"Kengen banget!"

Sedari tadi Lesti tak dilepaskan sama sekali oleh suaminya. Lesti menikmati setiap perlakuan manis yang dilakukan suaminya, dirinya juga sangat merindukan momen-momen seperti ini bersama suaminya.

Tujuan Lesti meminta dipinyit, agar momen-momen seperti ini tetap terasa, di mana ada rindu yang membuat momen ini semakin berkesan. Momen yang mungkin dulu belum Lesti rasakan saat akad yang pertama, karena dirinya sama sekali tidak tahu menahu tentang pernikahannya.

"Cantik banget sih kamu," ucap Billar, entah sudah yang keberapa kali.

"Kak, udah puluhan kali loh bilang gitu. Harus banget ya diulang-ulang."

"Beneran, Sayang. Hari ini kamu cantik banget, hari biasa juga cantik tapi ini berkali-kali lipat lebih cantik."

Lesti tersenyum malu-malu, "Terbang nanti adek, Bang."

"Ih, lucu benget sih. Awas aja nanti selesai acara, pembalasan tiga hari nggak ketemu," ucap Billar memicingkan matanya, membuat Lesti bergidik ngeri membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

"Sayang, ngeri ih, dede!"

Billar tertawa puas, melihat wajah cemberut istrinya. Hal-hal kecil seperti ini yang membuat dirinya tidak bisa terlepas dari istrinya.

"Terimakasih ya, Sayang, terimakasih sudah menemani tiga bulan ini. Terimakasih karena kamu tetap bertahan di saat kemarin ada badai yang cukup besar menimpa kakak."

Penerang RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang