bab 4

98 36 42
                                    

-S E N A N D I K A-



°°°°




Surya telah menampakkan dirinya dari balik siluet gunung, bersamaan kokokan ayam. Aroma pagi hari selalu berbeda, seorang pemuda tengah menyeruput secangkir teh.

Duduk dengan tegap dan tenang. Matanya menatap tajam pada jendela di seberangnya. 'Apa gadis-ku melupakan ku? Pagi ini,'Batinnya.

Apa ada yang salah dengan lingkaran waktu yang tersemat pada lengan nya? Jam tangan ini rusak! Menukik alis kesal.

Saat hendak melepas benda melingkar itu, Suara gaduh dari arah seberang membuatnya menghentikan aksinya.


Seorang gadis dengan wajah bantal menyibak tirai segera membuka jendela. Ctak... Dia melambai pada pemuda itu.

“Selamat pagi kak riel!” Senyuman manis itu selalu membuatnya hilang kendali, ada apa dengan dirinya?

Hanya Gadis kecil itu yang bisa membuatnya seperti ini, sejak hari itu gadis itu telah mencuri seluruh perhatian nya. Dia yang terbiasa mengasingkan diri dari orang-orang perlahan mempercayai sekitarnya berkat gadis itu.

Setiap pagi tepat saat ayam
berkokok Gadis manis itu membuka
jendela, dan menyapanya.

Itulah kebiasaan dalam satu tahun mereka saling menyapa, hanya sekedar tahu nama dan menyapa. Berlanjut hingga yang lebih dalam.

Rasa percaya dan aman bisa kita rasakan saat keduanya bisa bersama-sama saling memahami. Lantas bagaimana jadinya jika hanya salah satunya saja?





- G e v a r i e l -




Seorang wanita berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya Dia menabrak asisten rumahnya.

Matanya mencari keberadaan
seorang pria penyebab
darah tingginya selalu kambuh.

“Mas! Apa maksud dari foto ini!? Hah! ”

Dia meninting sepuluh lembar foto seorang pria tidur bersama wanita berbeda-beda, foto tanpa busana yang di ambil secara acak.

Bak bunga yang bertaburan foto itu di terbangkan selayaknya sebuah memori. Kekecewaan terpancar jelas di wajahnya.


“Aku kerja banting tulang demi menghidupi keluarga kecil kita mas,” Suaranya mengecil mengingat puterinya yang tertidur pulas.

Tidak bisa mengelak selain diam pria itu hanya bisa menundukkan kepalanya, seolah-olah bisu. Lelah tidak di tanggapi.

Wanita itu pergi menjauh, pria itu mengintip kepergian istrinya dari balik jendela. Merasa keadaan telah aman dia memberikan kode agar Seseorang yang bersembunyi di dalam lemari keluar.

“Maaf ya sayang, istriku itu memang begitu biasalah.. Dia kecapean, ” Ucap nya dia meraup wajah mungil wanita yang berstatus sebagai kekasih hatinya.

“Mas... Kamu kapan ceraikan istrimu itu? Aku cape tau nunggu, aku juga udah nyerahin segalanya ke kamu. Masa kamu begini doang nggak bisa sih, ” Sang wanita Mengecurut kan bibirnya gemas.

Senandika [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang