- S E N A N D I K A -
°°°°
Bram menangkap siluet Syifa Dia memberitahukan pada adiknya Rose. “Eh Syifa! Sini masuk hehe maaf nih lagi basah kuyup.” Ada niat hendak memeluknya namun terhalang karena pakaian nya basah.
“Bukannya Ka bram itu putra tunggal?” Syifa penasaran mengapa bisa bram berada di Tengah keluarga nya Rose?
“Panjang ceritanya, Kamu duduk aja dulu yah sama papah aku, aku mau mandi dulu bentar aja kok,” Gadis itu pergi lebih dahulu ke kamarnya.
Syifa mengangguk segan dia duduk dengan tenang, matanya fokus pada ikan-ikan di dalam aquarium.
“Syifa, Sehat?” ayahnya Rose cukup lama memandangi wajah Syifa dahulu gadis itu cukup berisi dengan kulit yang putih.
Sekarang kondisinya,
ah lupakan saja. “Alhamdulillah, om.” Jawab Syifa.Ibunya Rose membawa Satu piring Cake kesukaan Rose, dan empat Cangkir teh. Beliau menyuguhkan pada Syifa meski setengah malu Syifa tetap memakan dan menerimanya.
Karang muncul secara tiba-tiba penampilan gadis itu jauh lebih rapih.
Ada bram yang berjalan santai di samping karang Syifa menunduk saat pandangan keduanya bertemu.Karang tersenyum centil.
“Oh iya Syifa, karena ruang lab aku udah lama nggak kepake, jadinya berdebu. Sambil nunggu dibersihin sama mbak kita ke halaman belakang yuk? Aku ada bikin banyak kebun bunga. ” Dia menarik tangan Syifa Tanpa izin membawanya ke halaman belakang.
Sebelum benar-benar menjauh Syifa membungkukkan badannya hormat kepada kedua orang tuanya Rose.
“Dia masih mengingat Etikanya,” Ucap Ibu nya Rose Dia kembali mengingat masa jayanya Seorang Nindia.
Dia mengingat segala kebaikan yang pernah Nindia lakukan terhadapnya keluarganya. “Lho? Kenapa ta?” Suaminya nampak kebingungan dengan arah pembicaraan Sang Istri.
“Syifa itu hilang ingatan mas.” Ucapnya barulah Kini dia mengerti mengapa Syifa bersikap berbeda.
“Pantas saja sifatnya jauh lebih Pendiam, ” Gumamnya dia menerawang ke masa lampau Dimana dahulunya Syifa Anak yang periang dan hangat.
- E N N A R A -
Suasana tenang kicauan burung, kupu-kupu beterbangan dengan cantiknya. Taman indah itu milik Cassandra, mereka bertiga. Quella Bram dan Cassandra. Tengah duduk santai di halaman belakang.
“Lo yakin? Soal pemilik asli istana ini siapa?” Bram mengangguk mantap. Cassandra menilik curiga, mereka baru beberapa hari bisa memecahkan teka-teki dan Bram dengan mantap mengatakan bahwa dia tahu?
Quella bersandar pada pohon tua, sesekali membuat gelembung balon dari permen karet yang dia kunyah.
“Hanya pemilik ke-dua? Itu cukup mudah,” Ucapnya sambil melepehkah permen karetnya.
Dia berjalan mendekati Bram Dan Cassandra. “Lihat dengan baik yang gue gambar!” Tekannya.
Mengeluarkan satu buku gambar, Quella menggambarkan secepat kilat. Cassandra tercengang. “Dia ... Riel,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika [on Going]
Teen Fiction[Belum revisi...masih terdapat banyak typo] Senandika firasat, konflik batin yang paling dalam, wacana dengan diri sendiri dalam drama untuk mengungkapkan perasaan. Bagaimana jadinya jika seorang gadis dengan masa lalu kelam mengalami banyak trauma...