bab 9

51 17 0
                                        

- S E N A N D I K A -

°°°°

Beberapa hari ini Syifa merasa diikuti seseorang Berkali-kali dia meyakinkan dirinya bahwa tidak ada siapapun selain mereka disini. Area disini jauh dari jangkauan siapapun.

Tidak mungkin jika ada orang selain mereka yang menghuni hutan ini. Dia mengayuh sepedanya kecepatan di atas rata-rata tiba di sekolah SMP negeri 1 dia memaparkirkan sepedanya.

Pada area khusus sepeda. Senyap ini masih pukul lima pagi dia selalu awal datang sekolah, keluar dari area gerbang dia mencari-cari benda yang dibutuhkan. Ketemu! Sapu lidi.

Membawanya untuk menyapu halaman sekolahan. Seharusnya itu tugas tukang kebersihan namun Syifa memintanya agar dia yang melakukannya.

Dia mendapatkan upah dari bekerja menjadi tukang kebersihan. Memperhatikan sekelilingnya rapi tanpa ada ranting ataupun daun-daun berserakan dia mengelap peluhnya.

Menggunakan tisu wajah yang dia ambil dari kantong tasnya. Mendudukkan pantatnya pada pinggiran pot tanaman yang terbuat dari semen. Dia menghirup udara pagi sejenak.

Hari nampak cerah. Matahari meninggi tandanya ini sudah pukul tujuh pagi, segera dia memasuki area kelasnya.

Sejak tadi pagi dia merasa tidak enak. Ada sesuatu yang akan terjadi namun entah apakah itu. Dia memilih untuk tenggelam dalam dunia imajinasinya.

Dia membayangkan bisa tertawa seperti dahulu, bisa bermain tanpa memikirkan beban. Bisa hidup bersama warna warna penuh haru.

Namun di tengah imajinasinya. Dia teringat kembali penghancuran itu. Menenggelamkan kepalanya bertumpu pada meja, dia memejamkan mata ada rasa perih dari kelopak matanya.

Pijakan sepatu menghentikannya segera dia menghapus air matanya mendongak menatap seseorang berdiri menjulang di hadapan. Dia sedikit membungkuk menyamakan tingginya dengan Syifa.

Dia mendekatkan wajahnya pada wajah Syifa, mengerjab lucu Syifa memundurkan tubuhnya kebelakang.

Dia mencengkram kuat kedua bahu Syifa. Sentuhan itu membuat Syifa trauma. Tamparan kuat melayang, membuat wajah sang pria menoleh ke kiri.

Tatapannya sedalam lautan. Ada makna yang tersirat dari balik jernihnya kedua bola mata itu. Syifa tidak bisa menangkapnya ataupun membaca rautnya, sosok itu pergi tanpa sepatah katapun menyisakan kebingungan Syifa.

Di luar dia berhenti. Mengirimkan pesan suara, "SMP NEGERI 1" Lalu melanjutkan langkahnya. Memasuki mobilnya.

Syifa ingat penampilan laki-laki tadi sedikit keren seperti drama yang pernah dia lihat di televisi. Mengenakan kemeja putih di baluri vest berwarna netral. Lalu di tutup dengan jas hitam pekat. Di tangan kirinya mengenakan jam yang cukup unik.

Dia juga mengenakan bros pada bagian dada kiri. Berlambangkan pedang di percantik berlian seukuran air mata.

Mata itu. Adalah mata terindah yang pernah Syifa temui. Berwarna Hazel kulit putih seputih boneka porselen. Rambutnya cokelat.

Dia campuran? sepertinya perpaduan antara perancis dan Indonesia. Jika dia berdiam saja di satu tempat tanpa bergerak mungkin orang-orang akan mengira jika dia manekin.

Senandika [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang