bab 11

65 18 10
                                    

- S E N A N D I K A -

°°°°

Syifa berhenti sejenak di depan rumahnya, Menyapu area sekitarnya yang hanya ada hutan belantara. Menghela nafas berat. 'Aku saja berfikiran sempit mengira ada yang mengintai.' batinnya.

Memanggil-manggil mak ijah meminta izin mencari tanaman obat. Mak ijah membalasnya berdehem.

"Assalamu'alaikum," Syifa membawa satu bakul berukuran Empat puluh centi meter. Dia menapaki hutan disepanjang jalan pikirannya melayang ke depan.

Jelas sekali hatinya mengatakan jika dirinya di perhatikan seseorang, bahkan hingga sekarang berada di hutan.

Memilih untuk tidak memusingkan hal itu, Syifa memetik beberapa tanaman obat di pinggiran gundukan tanah. Dari arah atas Ada pergerakan tiba-tiba.

Syifa menengadahkan kepalanya, itu burung hantu. "Hai win ... Bagaimana kabarmu? Maaf aku baru bisa kemari lagi. Karena sibuk mengerjakan tugas sekolah."

Seolah-olah burung itu mengerti apa yang Syifa ucapkan, Mengepakkan sayapnya membentang. Menari-nari di atas ranting.

"Terimakasih, win kau tahu? Aku di bully dan bodohnya tetap diam, " Syifa mendengus memperhatikan reaksi win.

(Trrraakk)
Burung itu mengepakkan sayapnya lagi. Seolah-olah menasihati Syifa, Anehnya Syifa mengerti Walau tidak secara bahasa manusia. Syifa mengerti apa yang burung itu maksud.

"Baiklah ... Janji setelah ini tidak akan tinggal diam, " Ucap Syifa sembari mengelus Kepala burung hantu itu.

Syifa membawa bakul beserta tanaman obat didalamnya Dia melanjutkan perjalanannya lebih dalam lagi menelusuri hutan. Aroma tanah yang lembab menemani keheningan Syifa.

Terkadang Syifa berhenti sejenak untuk memperhatikan bunga liar yang tumbuh lebat, Syifa memetik beberapa tangkai bunga yang paling lebat untuk membuat mahkota bunga.

Dia mencari Adakah pohon mangga atau jambu yang masih berbuah, Matanya berbinar hari ini Dia mendapatkan banyak rezeki.

Buah mangga bergelantungan indah perpaduan warna hijau dan jingga kemerah-merahan. Syifa menempatkan bakul yang dia bawa di bawah pohon.

"Bismillahirrahmanirrahim," Syifa memanjat pohon itu gerakannya lincah secepat kilat berhasil memetik banyak mangga. Syifa tersenyum senang melihat hasil yang dia petik.

Dia duduk bersandar di bawah pohon. Membersihkan buah mangga menggunakan bajunya, mencicipi rasa buah itu. Perpaduan manis dan lezat.

Mampu membuat Syifa ketagihan, ada sekitar sepuluh mangga yang Syifa habiskan. Untungnya tidak ada seorang pun di hutan itu selain dirinya atau Dia akan menanggung malu.

Memakan buah mangga layaknya kera, berhasil menandaskan sepuluh buah mangga dan bersendawa. Syifa menyender terlalu kenyang Dia mengantuk.

"Win! Kau jaga area disini selagi aku tidur," Burung itu menjawab mengepakkan sayapnya membentang.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Syifa memasuki alam mimpinya.

Dari kejauhan Syifa diperhatikan empat orang. "Gila ... Gue syok berat bree pas tau Syifa yang kita kira cuman bocah miskin melarat, ternyata nona muda!"

Tiga kawan yang lain memberitahukan untuk jangan membuat kegaduhan.

"Dari sini kita tahu kalo sebenarnya salah satu dari dua istana itu milik Syifa," mereka berempat setuju apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.

Senandika [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang