bab 18

41 8 9
                                        

- S E N A N D I K A -

°°°

Tanpa terasa sekarang telah banyak sekali perubahan yang terjadi di desanya Atthar dan Atthar sendiri pun juga telah menjadi pria dewasa yang kuat secara fisik dan mental serta otak.

Dia mendengus saat sahabatnya bernama jukri Makan di rumah seolah-olah tengah berada di rumahnya sendiri benar-benar sahabat yang memiliki kadar urat malu 1% Dia meletakkan pisau kebun nya di dapur dan mencuci tangan, wajah, serta kaki. Saat kembali dia mendapati jukri tengah ter duduk melamun di depan tungku. Sisa makanan yang disisakan oleh jukri adalah tulang ikan, Atthar menggeleng.

“Ada apa wahai sahabatku?” Atthar mengambil satu kain yang tersampir di belakang pintu dia menyeka air di wajahnya menggunakan kain itu dan tersenyum menatap jukri ikut duduk disebelahnya memandangi tungku dengan api yang menyala itu. Jukri membalasnya dengan kekehan kecil lalu mengeluarkan kalung liontin ungu berbentuk bulat.

“Jaga benda ini, ini dariku.” Ucapnya.

Setelah menyerahkan liontin itu dia meminta izin untuk pergi keluar sebentar. Siapa yang menyangka jika itu adalah pertemuan terakhir mereka Jukri tidak pernah kembali lagi dari hadapan Atthar. Selama Dua tahun lamanya pria itu mencari kepergian sang sahabat tidak pernah sedikitpun ditemukan celah. Bahkan jejak sekecil apapun Jukri menghilang bak di telan bumi. Dia akui jika kesal bahkan terkadang marah terhadap sang sahabat namun itu hanyalah perasaan sekejap mata bukan dendam. rasa kehilangan mendalam amatlah terasa di dadanya saat mengetahui ada warga yang menemukan mayat Jukri mengapung di pinggir pantai. Benar. Itu Jukri. Mengapa dia pergi sejauh ini?

Usai dari pemakaman Jukri, Atthar terduduk diam di dekat bibit pohon beringin Yang sekecil toge. Dia menyirami pohon itu dengan air putih minumannya. “Apa yang harus kulakukan?” Dia bergumam menatap langit dengan tatapan kosong penuh kehampaan.

Sejak kepergian gadisnya Daisy. Ibunya juga ikut pergi namun kepangkuan sang Illahi setelah hari dimana dia di ikat Ibunya bertaubat dan 180° berubah total menjadi wanita lembut penuh kasih sayang entah karena apa. Namun aura kegelapan yang selalu menggiring Ibu-nya telah menghilang.

Setidaknya itulah yang membuatnya tenang. Orang-orang yang dia sayangi pergi meninggalkan nya menyisakan keheningan kekosongan penuh kehampaan. Dia mengambil bukunya dan kembali duduk di dekat pohon itu. Menuliskan sesuatu di dalam buku itu.

Lalu menguburkan buku itu, tepat di belakang pohon beringin.


|| S E N A N D I K A ||

Setelah lima belas tahun berlalu kini pohon beringin itu telah tumbuh menjadi pohon yang besar dan rimbun. Atthar menyentuh pohon itu sebentar dan berbalik meninggalkan pohon itu. Dia kembali ke rumah nya jarak antara rumahnya dan pohon itu memang jauh. Dia sengaja menanam pohon itu untuk menghilangkan kejenuhan dan keresahan hatinya.

Dimana dia membutuhkan ketenangan dia akan mencatat buku di bawah pohon beringin itu,Hari itu sang pujaan hatinya kembali ke desa  dengan membawa Suami beserta anaknya, mereka di sambut penuh suka cita dan cinta kasih oleh para warga setempat. Daisy tanpa sengaja beradu tatapan dengan tatapan teduh milik atthar.

Perasaan rindu membuncah dari dalam dirinya, Atthar ingin berlari kedalam pelukan gadisnya namun. Dia menyadari Jika ada dinding besar tak kasat mata yang menjadi penghalang dirinya.

Dia melayangkan senyuman sopan, begitupun sebaliknya Daisy. Atthar menatap lama putra terakhir Daisy memperhatikan sekitarnya sebentar Dia berjalan mendekat dan mengeluarkan kalung liontin Milik sahabatnya Jukri. Dan mengalungkan nya pada putra bungsu Daisy.

“Ini milik sahabatku. Jaga ini. Dan ini akan sampai kepada tangan yang tepat. Dia akan menjadi cahaya di tengah kegelapan kehidupan darah ku selanjutnya.” Setelah membisikkan hal itu Atthar berpamitan kepada para warga setempat dan memilih berjalan kaki kembali ke bawah pohon beringin nya. Dia bersandar sebentar dan memejamkan matanya.

“Saya gagal ayah.” Gumamnya.

“ -Ini kuserahkan kepada Pradigsa Terakhir,” sepenuhnya memejamkan matanya.

Dengan berakhir ucapannya dan menutup matanya. Atthar memilih berhenti. Dalam sekejap cahaya terang membuat tempat itu dipenuhi cahaya silau. Membuat beberapa tanaman hangus terbakar. Bersamaan itu cahaya terang yang berasal dari tubuh Atthar perlahan memudar. Dan berganti dengan kupu-kupu berhamburan.

Itulah kutukan yang mereka Terima.
Dia mengakhiri kisahnya.

Blak!

Syifa mengernyitkan dahinya. Dia menutup buku itu dengan sedikit tenaga, “Buku begini menyimpan kisah apa sih? Ini bukan Zaman Peri. Masa iya orang mati Berasa enteng banget. Jadi kupu-kupu.”

Dia mencerna baik-baik dan membacanya ulang. Aneh keturunan terakhir Pradigsa dan liontin Dari Jukri.

Dia tahu harus melakukan apa.

- E N N A R A -

Pagi 07.00 wita, kalimantan.

“HELLO EPRIBADEH! UPS- KELEPASAN, SALAM KENAL AKU CINTYA BELINDA A. MURID PINDAHAN DARI SMP SWASTA CAKRA-” Suasana kelas mendadak hening.

baik murid maupun guru yang berada di kelas itu menatap heran seorang gadis dengan proporsi tubuh unik itu. Dia melambai-lambai tangan dengan ceria.

“Bu.. Saya duduk di mana?”

Guru itu berdehem singkat, “Di sebelah Syifa.” Segera Syifa berdiri dan mengangkat satu tangannya.

Cintya berlarian kecil mendekati meja Syifa dan menyampirkan tasnya di kursi. “Kenapa pada liatin aku? I know, i'm beautipul-! ” Murid laki-laki yang kepergok tengah melamun menatap Cintya gelagapan sendiri.

Syifa mendengus melihat kelakuan absurd murid baru itu. Dia mengeluarkan beberapa rumus tambahan. Dan fokus mengerjakan soalnya. Sedangkan Cintya celingak-celinguk menatap sekitarnya.

“Bu, Saya ikutan belajar apa gimana? Saya kan baru pindah disini.” Guru itu menepuk Pelan dahinya.

“Oh iya ibu lupa, Begini Cintya. Kamu tidak perlu ikut belajar selama masa pengenalan lingkungan sekolah. Namun jangan kamu jadikan ini agar bisa berleha-leha. Tetap perhatikan mata pelajaran saat pelajaran dimulai. Mengerti? Kamu cukup. Menyimak-” Cintya mengangguk faham dan kembali duduk.


Saat bel terdengar, berbondong-bondong siswa-siswi Berhamburan mencari dimana saja tempat tersedianya makanan berada, ada yang berdesakan demi mendapatkan makanan super enak, murah, porsi yang banyak. Merek tidak memperdulikan kesehatan yang terpenting kebutuhan perut terpenuhi.

Syifa menggeleng singkat, lebih memilih ke kantin membeli roti tawar dengan satu kotak mini susu uht, Syifa dengan lahap memakan roti beserta susu itu.

Ia mengamati sekitarnya. Ricuh tawa, teriakan. Senda gurau, Semua itu seperti mimpi baginya. Entah mengapa mendadak kepalanya sakit Saat semuanya terdengar hanya ada decitan yang memekakkan telinga Syifa mengerang kesakitan.

Atensi semua yang berada disana teralihkan kepada Syifa yang meringkuk dengan menutupi kedua telinganya. “Sakit-! Tolong-” Ia memandang semua teman-temannya dengan pandangan kosong seolah-olah jiwanya hendak ditarik.

Ditarik dari jasadnya. Suara panggilan penuh kecemasan para guru terdengar seperti berbicara tanpa suara. Hanya mulut yang bergerak gerak. Jelas sekali para guru berteriak histeris penuh keterkejutan.


To be Continued.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senandika [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang