bab 7

64 20 4
                                    

- S E N A N D I K A -






°°°°

Lampu–lampu mulai di nyalakan. Hari yang semula masih terlihat birunya langit, kini telah berganti. Di temani oleh suara-suara hewan yang ada di hutan.

Burung hantu, jangkrik dan Kodok. Hanya Syakira, Syifa Dan mak ijah yang tertidur. Sedang yang lainnya duduk bersandar saling memandang satu sama lain. Sesekali menggaruk–garuk badan gatal akibat gigitan nyamuk.

“Gimana? Jadi kan uji nyali nya? Bisik Bram Kepada yang lain, Cassandra Quella dan Ardilan mengangguk mantap.

Mereka sudah mempersiapkan kebutuhan apa saja yang harus mereka bawa selama Menjelajahi hutan itu. Mereka ber-empat harus sudah berada di rumah syifa sebelum pukul empat subuh.

“Waktu kita cuman 5 jam... Cukup kan?” Interupsi Ardilan Entah Itu sebuah pertanyaan atau Sebuah Peringatan. Mereka mengangguk.

Mengendap-endap keluar melalui pintu belakang, “Lo ngapain make kentut bego!” Cassandra Mencubit pantat Bram gemas.

Bram meminta maaf jika dirinya tidak tahan lagi. Usai sholat magrib Mak ijah memaksanya untuk memakan singkong rebus, bukan dirinya saja yang lain juga sama harus memakan singkong rebus. Dan berakhir selalu mengeluarkan gas.

Berhasil keluar Mereka mengeluarkan senter buku dan map. Masing-masing memegang peran. Cassandra Sebagai Penanda dengan membawa satu kaleng cat dan kuas. Untuk di poles kan pada pohon yang telah mereka lewati.

Ardilan sebagai pencahayaan. Membawa senter di kedua tangannya. Sedangkan Bram sebagai google map manual. Dan Quella Pemecah teka-teki.

Seluas mata memandang hanya ada bayangan Pepohonan besar dan rindang. Semak belukar menjuntai, aroma Tanah liat bercampur Daun liar menusuk indra.

Terkadang mereka mencium aroma busuk, setelah di cek sumbernya itu hanya buah yang telah lama membusuk.

Menelusuri hutan cukup lama. Membuat mereka kelelahan beristirahat sebentar mereka ber-empat menemukan sungai.

Memutuskan untuk beristirahat di pinggir Sungai. Cassandra, Quella dan Bram tidak memikirkan hal lain selain mendudukkan pantatnya.

“KALIAN! ” Pekikan dari arah kanan membuat mereka terkejut setengah mati. Gadis itu menghampiri mereka dan ikut duduk.

Dia Rose Arabella sahabat masa kecilnya Syifa, dia gadis yang sama masuk kerumah Syifa di saat yang lain tengah Sholat magrib, membuat Ardilan terkejut setengah mati.

Dia memperhatikan sekitarnya mencari seseorang, menemukannya dia mengikuti dari belakang. Bram membawa Senter Yang Ardilan bawa untuk memperhatikan kondisi di sekitar.

Batu besar di seberang membuatnya penasaran. Dari dalam sungai Ada Tali yang terhubung dengan batu itu.

Tepukan seseorang mengejutkannya. Ternyata gadis Aneh itu lagi, tidak heran Rose selalu datang tanpa di cari.

“Penasaran? Kita seberangi yok!” Seru nya menarik tali itu Seolah-olah Dia terbiasa Melewatinya. Bram memperhatikan setiap pergerakannya.

Dia membalikkan badannya menghampiri bram yang terdiam. Dia menyentuh telapak tangan Bram dan membawanya menyebrangi sungai yang tenang itu. Dengan bantuan tali dari akar? Atau apa itu.

Senandika [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang