bab 12

61 14 0
                                    

- S E N A N D I K A -



Dia ada dua. Namun hanya
ada satu yang bertahan.


°°°


Aksa cakrawala petrikor menyeruak rinai renjana mendekap kalbu. Pagi minggu ini Hujan deras mengguyur Area jenggala itu Pawana berhembus kencang.

Ditemani lampu senter sebagai penerang rumah. Dia memperhatikan Semut-semut tengah mengungsi Lantai rumahnya yang berasal dari tanah.

Tenggelam di isi air hujan, dia memperhatikan air yang meninggi. Mak ijah belum kembali mencari herbal sedari tadi. Dia menunggunya.

Krieeeetttt....

Mak ijah tiba dalam keadaan basah kuyup, dia melepas sanggul kepalanya. “Nduk ... Mak mau mandi dulu, kamu sarapan duluan nggeh?” Syifa mengangguk membalasnya.

Dia memakan satu ubi rebus. “Syifa Izin Keluar Mak! Mau menemui Win. ”

Memperhatikan Hujan yang telah reda Syifa meminta izin mak ijah untuk menemui sahabatnya itu.

“Nggeh, inget pulang ke rumah sebelum matahari di atas kepala!” Syifa berdehem, Dia mengenakan pakaian tebal Tubuhnya Cenderung lemah.

Terhadap semua kondisi, entah tubuhnya yang terlalu lemah ataukah Kekurangan Vitamin.

Syifa menapaki Jalan setapak dan menuju istana. Dia mengelilingi area itu apa yang empat sahabat Syakira lakukan di area sunyi seperti ini?

Syifa membuntuti dari belakang. Ke-empatnya tengah memecahkan sesuatu. Terbukti dari Bram yang memecahkan rumus-rumus.

“Mereka ... Jangan bilang!” Syifa perlahan mundur Dan lari kembali ke kedalaman hutan.

Ardilan dan ketiganya merasakan adanya pergerakan dari seseorang. “Gue cek nggak ada siapapun weh. Terus tadi apa?”

Ketiga sahabatnya memilih untuk tidak memusingkan hal itu, kembali pada tugasnya masing-masing. “Inget! D-i-a-m!” tekan Bram.

Syifa ngos-ngosan Berlarian di pagi terlebih dingin akibat hujan adalah kesalahan terbesar, dia melepaskan Pakaian tebalnya. Buliran peluh membanjiri tubuhnya.

Hawa panas dan dingin mendominasi. Suhu tubuhnya menjadi tidak normal Syifa mengabaikan hal itu, berkali-kali memanggil win entah kemana perginya burung hantu itu.

(TRAKKKKKKK!)

Syifa tersenyum sumringah dia memeluk burung itu, dan membawanya bermain main. “Win Bagaimana kalau kita mencari ayam?” Win nampak terkejut.

“Kau bisa terkejut? Lucunya, kau tahu dihutan ini terdapat banyak ayam. Jika aku ingin memakan makanan yang enak Harus berusaha dulu. Bagaimana? Nanti kita panggang!” Seru Syifa.

Win terbang menjauhi Syifa. “Hey win! Kembali! Aku hanya bercanda!” Syifa mengejarnya Kehilangan jejak win.

Syifa berhenti sejenak memperhatikan sekitarnya. Ini terlalu jauh dari kawasan mak ijah, dia ada dimana? Mengapa ada hutan lain di dalam hutan?

Anehnya hutan itu terlihat rapi dan bersih. Apakah ini taman? Lalu
kemana Penjaganya? Penasaran Syifa menjelajahi lebih dalam lagi.

Dia menemukan Satu istana megah. Ah? Itu istana atau rumah besar? “Mensen? Maision? Menseyon?” Mengapa di saat seperti sekarang Dia melupakan apa sebutannya.

“MANSION!” Dia menjerit kencang. Untungnya tidak ada penjaga di sekitar mansion itu, Syifa memasuki area depan tanpa ada rasa takut sedikitpun.

Syifa sedikit terpana Akan megahnya, Mengetuk pintu mansion itu Syifa sedikit membuka pintu. Dia masuk setelah mengucapkan permisi.

Senandika [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang