bab 6

75 21 0
                                    

- S E N A N D I K A -















°°°°



Syakira menepuk pundaknya. Berhasil sadar dari lamunannya, dia memandangi wajah Syakira dengan pandangan bertanya-tanya.

“Udah bel, Lo masih mau melamun?” Gadis itu Syakira aliqa murid pindahan yang bertingkah seolah-olah dia telah lama bersekolah disini.

Menyadari, benarnya Bel telah berbunyi Syifa berjalan cepat menuju kelasnya, meninggalkan Syakira yang tengah memberengut kesal.

Membalasnya Gadis itu menyerobot langkah Syifa, Dia membalikkan badan memeletkan lidahnya.

Segaris lengkungan terpantri di wajah tenang Syifa, Dia memilih mengalah. Berjalan di belakang Syakira.

“Beb.... Sepulang sekolah Aku mau ngajakin temen–temen beda sekolah. kerumah lo boleh kan?” mengedipkan sebelah matanya dengan pandangan genit.

“Iya.” Jawab Syifa.

- E n n a r a -



Begitu semangatnya Sahabat–sahabat Syakira. Membawa buah tangan berupa Cemilan, Buah, tteokbokki. Dan minuman, Tiba di halaman rumah Syifa Senyuman mereka luntur.

Apa rumah se-buruk itu masih di huni manusia? Rumah yang benar-benar sudah tidak layak di huni. Itu? Syifa tinggali?

Tiang–tiang yang hampir roboh, atap Hanya berlapiskan Terpal. Dinding-dinding rumah dari Kayu yang sudah Berlubang. Aroma di rumah itu seperti kayu yang telah lama terkubur.

Menusuk indra penciuman mereka, Lantai hanya beralaskan tanah. Jika kehujanan apa mereka akan kebanjiran? Bahkan di dalam pun kondisinya semakin membuat hati berdenyut. Masih ada saudara–saudara kita yang hidup dalam kondisi seperti ini.

Di dalamnya hanya ada satu meja sepanjang seratus enam puluh centimeter. Yang di gunakan untuk tidur. Tanpa bantal? Selimut? Guling? Membayangkan jika mereka yang berada di posisi Syifa akan banyak mengeluh nya.

Gadis itu kuat, Dia memandang lama teman–teman Syakira Yang memandangi suasana rumahnya. Mak ijah datang membawa satu singkong rebus.

“Syifa! Singkong nya sudah masak nduk. ” Beliau menaruh Singkong itu di atas daun pisang, dan menaruhnya pada meja berukuran seratus enam puluh centimeter itu.

“Masya Allah! Ini temannya Syifa yah.... Duduk nduk, mak mau Rebus singkong lagi. ” Beliau menyambut mereka dengan suka cita setelah sekian lama akhirnya Ada yang mau bertamu dan berteman dengan Syifa.

“Gak usah bu.... Hehe kita bawa ini! ” Seru Ardilan menenteng tinggi bawaannya. Mak ijah mengangguk dan beralasan Izin keluar untuk mencari bahan herbal.

Lokasi tempat tinggalnya tidak jauh dari hutan. Sisi kanan dan kiri rumah Syifa pun di naungi Oleh dua pohon besar. Menambah aura mencekam membuat bulu kuduk merinding.

“Oh iya kenalin, Bram Fauzan prasetyo, ”

Bram Fauzan prasetyo putra tunggal pewaris Prasetya Grub. Seorang pemuda yang pernah Syifa temui di halaman belakang sekolahan. Memiliki sifat periang, aktif Dan mudah berbaur. Tidak pelit senyum, sedikit playboy.

Senandika [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang