Lagu I Knew You're Trouble milik Taylor Swift mengalun keras dari ponselku dan seketika merusak mimpi indahku. Semalam aku memang sengaja men-setting alarm pukul 06.00 pagi dengan volume lagu beat yang kencang. Tentu tujuannya agar aku terbangun. Dan untunglah aku benar-benar terbagun. Ku pikir alarm ini tak akan terdengar olehku sama sekali.
Aku menjulurkan tangan untuk meraba-raba bufet kecil yang ada tepat di sebelah tempat tidurku dengan mata yang masih tertutup rapat. Ketika berhasil meraih ponsel, kupakasakan membuka mata lalu mematikan alarm. Sumpah aku tak rela terbangun sepagi ini. This is holiday! Kalau bukan karena dipaksa oleh Kak Tian dan diberi imbalan novel gratis, aku mungkin tak akan seniat ini.
Perlahan aku bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Kurang dari dua puluh menit, ritual mandiku usai. Aku berdiri di depan cermin yang melekat di salah satu pintu lemari di kamarku. Yang kulihat adalah seorang gadis tinggi berpostur sedang, berkulit sawo matang, rambut 84 cm yang dikuncir kuda serta kemeja kotak- kotak hitam dan jeans biru muda melapisi tubuhnya. And that's me!
Hai. Aku Geista!
" Geistaa.. buruan sarapan dulu entar kita telat, " Kak Tian tiba-tiba masuk ke kamar.
" Iya Kak, ini udah mau turun kok, cerewet deh . "
Tanpa berkata apapun Kak Tian meninggalkanku. Dengan sigap aku mengambil tas berisi gitar lalu segera turun ke dapur. Sebelum bos Tian marah
--------------
" Kak, kita mau nemuin seseorang itu dimana sih? " Tanyaku penasaran sembari mengunyah sesendok nasi goreng yang baru masuk ke mulutku. Kami hanya sarapan berdua. Maklum, orangtuaku sedang dinas di luar kota.
" Ada deh. Udah gak usah banyak tanya, sarapan aja dulu .. " Kak Tian sengaja membuatku pensaran.
" Tapi... janji beliin novelnya... jadi kan? " Aku memastikan.
" Janjinya kemaren kan kamu ikut dulu, baru dibeliin novel. Belom juga pergi udah nagihin ajaa " Kak Tian menggelengkan kepalanya pelan.
" Hehe... Cuma mastiin kok, Kak " Aku tersenyum lebar. Kak Tian juga tersenyum. Senyum yang ... manis.
--------------
" Kita sampaiiii ... " Kak Tian mematikan mesin mobil . Aku memandang keluar jendela mobil. Yang kulihat hanya rumah besar dengan halaman rumput yang luas. Tapi sama sekali tidak ada pemandangan anak-anak di sini.
" Ini, rumah siapa, Kak? Katanya mau nemuin seseorang? " Aku mengerutkan dahi.
" Iya nemuin seseorangnya di rumah ini, Geista " Kak Tian mencoba menjelaskan, tapi bagiku itu hanya penjelasan yang sangat tanggung.
" Yuk, turun " Ajak Kak Tian. Aku menurut saja.
" Welcome brrooo!! " Seseorang keluar dari pintu rumah .
Astaga! Ternyata ini rumah Kak Dimas!
" And welcome juga Geista, " Kak Dimas nyengir lebar.
" Perasaan semalem mimpi dibonceng Pedrosa naik motor deh bukan mimpi ketemu Mr.Bean. Kok pagi-pagi udah ketemu orang sejahil ini sih kaaakkkk " Aku menggerutu sambil sedikit berbisik di sebelah Kak Tian. Kak Tian malah tertawa lalu asyik ngobrol dengan Kak Dimas.
"Kak, seseorangn yang mau ditemuin mana? " Aku bertanya polos. Habis belum ada satupun anak kecil yang tertangkap di pandandanganku.
" Di dalem. Yuk masuk aja... " Kak Dimas menuntun kami menuju halaman belakang rumahnya. Aku menggerutu sambil berdoa. Mudah-mudahan aku nggak jadi korban kejahilannya lagi .
"Kak kita ngapain sih nemuin orang itu di sini? " Aku mengeluh lagi. Berharap dengan mengeluh Kak Tian berubah pikiran dan mengajakku pulang.
" Kayaknya kamu anti banget ya ketemu Dimas, hahahah. Udah enjoy aja. Dijamin besok kamu bakal minta ikut lagi " Kak Tian merangkul bahuku. Selalu seperti ini, dan aku merasa nyaman.
Dear Wattpaders. What do you think about this story? Jangan lupa coments dan vote yaaaa. Next part will be coming soon. Thankyou :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Paramore
Teen FictionEntah siapa yang harus disalahkan. Dia yang salah karena mencintai yang tidak seharusnya dicintai, atau waktu yang salah karena pernah mempertemukan kami? Paramore. Secret Love.