Kak Tian melambatkan laju motornya, mencoba melihat ke kanan-kiri, mencari alamat yang diberikan Pak Haris. Sampai saat ini aku belum mengerti tujuan Kak Tian. Beberapa menit kemudian motor berhenti di depan pagar sebuah rumah.
Rumah itu berbeda dari keadaan rumah tak berpenghuni seperti yang dikatakan Pak Haris kemarin. Rumah ini terawat dengan baik. Cat pagar maupun cat rumahnya masih terlihat bagus. Tidak ada tanaman liar yang biasannya menjadi penanda rumah tidak lagi dihuni. Ada satu mobil hitam terparkir di balik pagar rumah.
"Kak, ini rumahnya? "
"Menurut alamat yang dikasih Pak Haris, sih, iya Ta "
"Katanya rumahnya nggak berpenghuni? "
"Mungkin aja sekarang udah dibeli sama oranglain, kan? Kita tetep harus cari informasi, Ta "
Aku turun dari boncengan motor.Baik, kita akan masuk.
—————————-
"Permisi ... " Kak Tian berteriak dari luar pagar rumah. Sepi.
"Permisi... " Aku mengulangi. Terdengar suara kunci pintu yang diputar. Pinta dibuka. Terlihat laki-laki setengah baya keluar dari rumah.
"Cari siapa? " tanyanya.
"Saya ada keperluan dengan pemilik rumah ini. Bisa saya bertemu pemilik rumah ini, Pak? "
"Iya saya, sendiri. Mari silahkan masuk " sambutnya.
Kami dipersilahkan duduk di salah satu sofa di ruang tamunya. Lalu aku menyimak pembicaraan antara mereka berdua.
"Jadi kalian mencari Pak Dana dan Bu Asri? " tanya penghuni rumah itu.
"Iya, Pak. Saya dapat info kalau beliau sempat tinggal di rumah ini ..." jawab Kak Tian sopan.
"Iya, memang mereka yang menempati rumah ini sebelum kami. Lalu mereka menjual rumah ini pada kami. Tapi itu sudah lama sekali..."
"Apa Bapak tau alamat rumah beliau? "
"Saya tidak tahu, Nak. Saat transaksi pembelian rumah ini saya hanya datang ke tempat Pak Dana bekerja saat itu ". Kami menemukan sedikit titik terang.
" Bisa saya minta alamat kantornya, Pak? "
"Sebentar ya " . Sepuluh menit kami menunggu, setelah itu alamat itu kami dapatkan. Setidaknya kami tidak pulang dengan tangan kosong. Ini asrtinya pencarian belum berhenti sampai di sini.
"Ini, Nak " Beliau menyodorkan kertas berisi alamat. "Tapi kalau boleh tau, Kamu ini siapanya Pak Dana ya? Kalau dilihat-lihat, kamu mirip sekali dengan beliau "
Glek. Aku menelan ludahku sendiri. Raut wajah Kak Tian sontak berubah drastis.
"Hm, saya bukan siapa-siapanya Pak Dana. Saya hanya ada perlu dengan beliau ". Kak Tian mengatakannya sedikit bergetar.
Aku amat sangat yakin, setelah ini rasa penasaran Kak Tian akan semakin memuncak. Sudah ada dua orang yang mengatakan dia mirip Pak Dana. Aku yakin Kak Tian tidak akan menghentikan pencarian ini begitu saja.
————————
Satu persatu rintik hujan turun. Hanya dalam hitungan detik, jumlahnya bertambah sangat banyak hingga kami basah kuyub tanpa sempat berteduh.
"Kak, nggak usah berteduh " pintaku sedikit berteriak dari belakang.
"Kenapa? "
"Nggak papa " Aku memeluk pinggangnya dari belakang. Kami suka hujan.
Aku ingat sekali dulu Kak Tian sering mengajakku bersepeda saat hujan. Aku duduk di belakang sambil memeluk erat pinggannya, sementara dia mengayuh pedal sepedanya. Kami tertawa geli saat rintik air hujan jatuh ke badan kami dan meninggalkan rasa geli.Tidak peduli esok badan kami akan masuk angin atau flu, tidak peduli Bi Narsih akan memarahi kami ketika sampai dirumah, kami tetap suka main hujan. Saat ini aku ingin mengulangi hal yang sama.
Iseng aku mengeluarkan ponselku dari saku jeans dan memutar lagu The Vamps feat Demi Lovato berjudul Somebody To You dengan keras agar Kak Tian bisa mendengarnya juga.
"Ta, kok muter lagu? Nanti handphone kamu basah "
"Nggak, kak. Geista masukin ke tas kok " Aku memasukka ponselku ke tas ransel yang kubawa. Lalu tas itu aku posisikan ditengah-tengah kami.
"Ayo nyanyi, kak "
"Ntar kayak orang gila kita hahha"
"Bodooo " . Lagu benar-benar pas jadi backsound seandainya adegan ini adalah sinetron.
I used to wanna be
Living like there's only me
And now I spend my time
Thinking 'bout a way to get you off my mind
I used to be so tough
Never really gave enough
And then you caught my eye
Giving me the feeling of a lightning strike
Look at me now, I'm falling
I can't even talk, still stuttering
This ground of mine keeps shaking
Oh oh oh, now!
All I wanna be, yeah all I ever wanna be, yeah, yeah
Is somebody to you
All I wanna be, yeah all I ever wanna be, yeah, yeah
Is somebody to you
Everybody's trying to be a billionaire
But every time I look at you I just don't care
'Cause all I wanna be, yeah all I ever wanna be, yeah, yeah
Is somebody to you
Bodo amat kalo sekarang orang sepanjang jalan memandangi kami berdua. Kami memang sedikit gila.
Dear Wattpaders,
Haii, maaf ya chapter ini agak pendek hehe. Semoga kalian suka ya. Tungguin next part juga, supaya kalian bisa tau gimana pencarian Geista dan Tian selanjutnya. Leave vomentsss thankyouuu :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Paramore
Fiksi RemajaEntah siapa yang harus disalahkan. Dia yang salah karena mencintai yang tidak seharusnya dicintai, atau waktu yang salah karena pernah mempertemukan kami? Paramore. Secret Love.