Selamat hari minggu pagi.
Huft. Cepat sekali seminggu berlalu.
Hari ini waktunya bertemu Kak Dimas lagi. Mebayangkan kekakuan ketika bertemu Kak Dimas saja, aku sudah malas.Apalagi kalau harus mnegalaminya langsung! Rasanya aku ingin sekali tetap tinggal di rumah. Tapi aku masih punya janji pada Amira. Iya, janji untuk datang hari ini.
Baiklah. Demi Amira. Aku mengambil tas gitarku.
------
Kami datang terlambat. Ketika kami tiba, Kak Dimas terlihat sedang membacakan fabel seperti biasanya. Melihat kedatangan kami Kak Dimas melambaikan tangan pelan. Kak Tian membalas. Aku juga, mencoba bersikap sebiasa mungkin seperti yang Hanny bilang.
Aku dan Kak Tian langsung mengamil posisi di belakang anak-anak. Aku memperhatikan Kak Dimas dari sini. Aku mencoba menatapnya biasa. Sebiasa mungkin.
" Aku kira kakak nggak dateng... " Seseorang menarik lenganku pelan.
Aku menoleh. Amira.
" Hai cantik. Maaf ya tadi kakak datengnya telat. Kakak pasti dateng kok, " Aku mecubit pipinya gemas.
" Dapet adik baru, Ta " Kak Dimas tiba-tiba sudah duduk tak jauh dariku Tunggu dulu, sejak kapan Kak Dimas ada di situ? Bukannya tadi dia di depan sana? Ya ampun berarti tadi aku bukan memperhatikannya, tapi melamun-_-
Aku tersenyum canggung. Ingatkan aku bersikap biasa.
" Hehe, pipinya tembem, imut deh. Anaknya juga baik bangett. Pengen bawa pulang dehh " Aku mengelus rambut Amira yang hitam lebat.
" Dulu kamu juga tembem, Ta waktu SD. Tapi bedanya kamu nggak ada manis-manisnya sama sekali. Kamu tomboy haha "
Kalau saja saat ini aku tidak tahu kebenaran itu, pasti aku sudah meninju lengannya. Berhubung aku sudah tahu, kata-kata itu terdengar seperti gombal .
Argh. Aku benci dicintai Kak Dimas. Aku benci dicintai orang yang meskipun jahil telah ku anggap kakakku sendiri. Aku benci tidak leluasa lagi berada di dekatnya . Aku benci ketika hatiku meronta ingin menjaga jarak sementara kenyataannya kami masih didekatkan. Siapa yang salah di sini?
Aku tersenyum. Kaku.
Ingatkan aku bersikap biasa.
-----------
Matahari mulai semakin tinggi. Anak-anak mulai meninggalkan rumah kak Dimas. Aku sibuk menyalami mereka sambil mencuri kesempatan mencubit pipi mereka. Namira yang terakhri pulang. Setelah mencubit pipinya dan melambaikan tangan, aku mendekai Kak Tian dan Kak Dimas yang terlihat sedang berbicara serius.
" Hai. What's up? " Aku mencoba masuk ke pembicaraan mereka.
" Ini, Ta dua minggu kedepan Kak Dimas mau pulang ke Bandung " jawab Kak Tian.
"Loh, terus anak-anak gimana kak? "
" Kita terpaksa off dulu, Ta. Maaf ya, tapi di Bandung lagi ada trouble, dan gak mungkin gak pulang.. "
" Ya udah, nggak papa kok, Dim. Kabarin kapan kamu berangkat. Kalo butuh apa-apa kabarin gua " Kak Tian menepuk bahu teman sejak smpnya itu.
Aku mengangguk. Yuhu, aku punya waktu dua minggu tanpa bertemu Kak Dimas. At least aku punya waktu untuk belajar bersikap biasa.
Sepulang dari rumah Kak Dimas, kami menuju kafe. Di perjalanan menuju kafe aku membuka playlist yang ada di ponselku. Aku memilih lagu Mirror untuk kunyanyikan di kafe nanti.
Sesampainya di kafe, seperti biasa Kak Tian menuju ke dapur. Aku mengambil posisi duduk di pojok kafe. Beberapa karyawan kafe menyapaku. Aku tersenyum. Selanjutnya aku sibuk membalas beberapa pesan Blackberry Messenger dari teman-temanku sambil sesekali megedarkan pandangan ke sekeliling kafe.
Tapi pandanganku terhenti pada seorang perempuan yang duduk di ujung sana. What the hell?! Perempuan itu... yang tak sengaja ditabrak Kak Tian di Toko Buku kemarin! Kenapa dia harus ada di sini?!
Aku memicingkan mata, mencoba meyakinkan apa yang aku lihat. Dan sialnya aku tidak salah lihat. Tak lama kemudian Kak Tian keluar dari dapur dan memandangi ke sekeliling kafe. Mungkin dia sedang mencariku. Tapi sebelum berhasil menemukanku, Kak Tian sudah menangkap perempuan aneh itu di pandangannya. Kak Tian terlihat mendekati perempuan itu.
Beberapa detik kemudian mereka terlihat sedang berjabat tangan, lalu Kak Tian mengambil posisi duduk di sebelah perempuan itu. Argh. Kenapa yang ada di sinetron-sinetron klise itu jadi nyata?!
Aku mengambil gitarku dan menuju panggung. Niatku tentu mencuri perhatian Kak Tian. Niatku menyanyikan lagu Mirror milik Justin Timberlake kuurungkan. Aku memilih lagu Rude milik Magic! . Benar-benar pas dengan hatiku yang saat ini merasa she's gotta be so rude!
Aku mulai menyanyikan lagu sambil memandangi mereka berdua. Berharap Kak Tian memandangiku, seperti setiap aku bernyanyi. Aku sampai di bagian reff lagu, bagian yang paling menusukk.
Why you gotta be so rude?
Don't you know i'm human too?
Why gotta be so rude?
I'm gonna marry her anyway
Tapi tetap saja mereka asik berdua. Terimakasih perempuan asing. Kau berhasil megalihkan perhatian Kak Tian. Thank you so much!
Dear wattpaders,
Semoga suka part ini yaaa. Tungguin next part supaya kalian bisa tau siapa strangers girl yang gak disukai Geista :D. Leave vomentss yaa Thankyouuu :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Paramore
Teen FictionEntah siapa yang harus disalahkan. Dia yang salah karena mencintai yang tidak seharusnya dicintai, atau waktu yang salah karena pernah mempertemukan kami? Paramore. Secret Love.