Sendal Jepit!

143 26 12
                                    

Aku menyeka keringat yang berjatuhan deras di pelipisku. Entah sudah berapa putaran aku dan Kak Tian berlari mengelilingi taman kota pagi ini. Kak Tian memaksaku ikut jogging bersamanya hari ini. Apalah daya. Aku harus mengikutinya.

Aku mulai ngos-ngosan, " Huh, kak, huh, capekk, huh " Aku menghentikan langkahku.

"Capek? Belom sepuluh putaran, Ta "

"Bah, taman segede ini mau dikelilingin sepuluh kali ? Tewas kak...tewasss, huh. " Aku mendramitisir keadaan.

"Alay. Baru enam putaran nih "

"Istirahat dulu kenapa sih, kak? Minum kek, sarapan kek. Makan mulu pikiranmu. Yaudah ayok cari sarapan di seberang sono "

Aku mengikuti langkahnya. Yes. Setidaknya perutku terisi dulu.

Kami menuju kedai sarapan pagi di pinggir jalan sekitar taman kota yang cukup ramai pagi ini.

"Nasi uduknya 2 ya, mbak " Kak Tian memesan makanan.

" Gorengannya enggak, kak ? " Aku nyengir.

"Maruk banget sih lu, Ta. Ga ada. Makan nasi aja udah cukup. Lagian abis ini masih ada 4 putaran. Ga baek kalo perut uler sawah elo itu diisi penuh "

"Hah? Perut uler sawah? Orang langsing gini " Aku mengelus-elus perutku. Sumpah kawan, perut gue nggak buncit.

"Iya langsing emang. Tapi muatannya banyak bangetttt . Dijamin bentar lagi Dimas bokek kalo nraktir elu makan " Kak Tian tertawa.

"Sial " Aku meninju lengannya. Sarapan kami datang.

Dengan lahap kami menyantap nasi uduk yang ada di depan kami.

Tiba-tiba.....

Plaaaaaaaakkkk!!

Uhuk,uhuk,uhuk . 

Kak Tian tersendat. Aku menoleh sambil cekatan memberi air minum, "Kenapa kak? Minum dulu " . Kak Tian meneguk segelas air yang kuberikan.

Kak Tian membungkuk seperti sedang mencari sesuatu di bawah.

"Sialll. Ada yang lempar gua pake sendal jepit!! " Kata Kak Tian sambil mengangkat sandal jepit yang ditemukannya di kolong kursi plastik yang kami duduki.

Hahahahahahaha . Sumpah, aku tertawa geli sekali.

"Dia malah ketawa. Bantuin cari siapa yang ngelempar nih, buruan " wajah Kak Tian berubah kesal. Tapi tetap lucu buatku. Aku tertawa lagi.

"Aduh, maaf mas...maaf ... "Tiba-tiba seorang cewek mendekati kami berdua.

Aku mencoba sedikit menahan tawa, meskipun perutku terasa geli.

"Jadi elu yang lempar sendal jepit ke gua? Lo pikir gua kucing apa, dilempar-lempar ? " Ppfffttt. Aku menahan tawa yang sudah di ujung bibirku.

"Aduh maaf. Bukan gitu. Eh,gua kira elo pacar gua yang selingkuh sama cewek ini " Cewek itu menunjukku.

" Liat-liat dulu dong. Enak banget main lempar-lempar " Kak Tian memberikan sendal jepit itu pada cewek yang saat ini sedang garuk-garuk kepala sambil senyum-senyum. Aku rasa dia juga pasti geli dan pengen ketawa ngeliat ekspresi Kak Tian.

"Iya sekali gua minta maaf. Tapi boleh gue jujur? Muka lo lucu banget kalo kesel. Kayak anak kecil yang balonnya diambil " Dengan santai cewek itu berkata. Sumpah gua setuju!

"Udah salah pake ngatain lagi. Heran gua sama cewek jaman sekarang. Elu jangan kek gitu, Ta " sinis Kak Tian berkata.

"Hahaha. Gini deh, elu mampir ke toko buku kecil-kecilan yang gua punya di sana. Sebagai permintaan maaf, elu boleh beli apa aja di toko gue " Cewek itu menunjuk ruko kecil.

Aku membelalakkan mata. Wah rejeki pagi hari nih!

Baru saja Kak Tian akan membuka mulut, aku sudah mendahului " Oh iya kak, tentu. Pasti kita ke sana kok. Makasih kak yaaa" Aku menyetujui. Keburu Kak Tian marah-marah dan membatalkan rejeki pagi hariku.

"Apa-apaan, Ta? "

"Udah kalo kakak nggak mau, aku aja yang ke sana. Kapan lagi dapet buku gratis. Rejeki kak " Aku setengah berbisik ke telinga Kak Tian.

"Gua permisi ya, gua tunggu kedatangan kalian. Dan sekali lagi, gua minta maaf " Cewek itu berlalu dari kami berdua.

————————————

Setelah makan siang aku bersiap-siap menuju toko buku yang di tunjuk cewek-entah siapa itu- tadi pagi.

"Mau kemana, Ta? " Kak Tian melirikku yang baru turun dari kamar.

"Ke toko buku. Mau dapet buku gratis "

"Kakak mau ikut? " tanyaku menggodanya.

"Kamu pergi sama Dimasmu aja sana" Dia mencoba cuek. Padahal aku yakin Kak Tian ingin ikut. Cuma keburu gengsi!

"Kak Dimas nggak bisa nemenin, lagi ada kerjaan. Yaudah sih kalo nggak mau. Kan bisa pergi sendiri. Berangkat ya byeee" Aku meninggalkan Kak Tian.

Wajahnya seperti dilema antara ikut dan tidak.

Satu, dua, tiga, empat, dan........

"Tunggu, Ta. Kakak ikut " Kata Kak Dimas. Aku tersenyum penuh kemenangan.

————————————

Aku mendorong pintu masuk Toko buku yang sederhana itu. Begitu masuk, jajaran rak buku yang tinggi sudah membuatku mengabaikan dunia sekitar, termasuk Kak Tian. Aku menjelajahi rak buku itu satu persatu. Tak peduli saat ini Kak Tian kebingungan.

"Hai. Akhirnya kamu dateng " Suara cewek tadi pagi terdengar dari sini menyapa Kak Tian. Aku memutuskan menjadi pendengar saja dari balik rak buku ini. Sambil melihat-lihat buku.

"Gue dateng karena mau nemenin adik gue doang " jawab Kak Tian datar.

Ah bohong! Padahal Kak Tian pasti penasaran sama cewek yang pagi-pagi ngelempar sendal jepit ke badannya.

"Oh jadi cewek tadi pagi, adik lu "

Diam. Kak Tian tidak menanggapi dengan berbicara.

"Oh iya. Tadi pagi gue belom sempet tanya nama lo. Gua Laras "

"Gue Tian. Adik gua tadi namanya Geista. Maklum anak itu nggak bisa ngeliat buku dan cium bau buku baru. Mungkin dia lagi keliling-keliling " kali ini suara Kak Tian mulai kembali seperti biasa.

"Elo nggak mau nyari buku juga? " tanya cewek itu.

"No. Semua vouchernya gua limpahin ke adik gua aja "

"Nggak perlu pake voucher lagi. Ambil aja yang lo mau "

Aku menggerutu dalam hati. Kak Tian, padahal dia sebenernya bisa sama kayak gua kalo liat buku. Dasar gengsian.

"Ntar deh. Oh iya, btw, kenapa elo bisa ngelempar gua sih tadi pagi? "

"Hahaha. Sumpah, dari belakang elo mirip banget sama cowok gue. Gue fikir elu itu dia. Gue lagi ada konflik akhir-akhir ini "

"Okay. Kalo itu privasi, elu nggak perlu cerita "

"Gue ngeliat sendiri di depan mata gue, dia selingkuh. Gue pengen putus, tapi gua belom tau bisa atau nggak gue ngelakuinnya "

"Lo harus putusin lah cowok kayak gitu " nada suara Kak Tian terdengar sangat peduli.

"Hm, sorry, bukan bermaksud lancang. Tapi gua fikir, buat apa lagi "

"Gua juga udah berfikir hal yang sama. Tapi, gua nggak tau gimana caranya putus dari dia " nada suara Laras menjadi pelan.

Oke. Sekarang aku paham masalahnya di sini. Aku tinggalkan mereka berdua menuju ke rak buku lain.



Dear Wattpaders,

Mari ucapkan gewees bagi Tian wkwk. Maaf ya rada nggak seru. Tungguin next partnya yaaa. Leave vomentss thankyouuu :-)

ParamoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang