Ending

176 23 13
                                    

5 TAHUN KEMUDIAN.


Ruangan ini dipenuhi banyak tamu undangan yang memakai pakaian serba putih. Dekorasi ruangan ini juga menggunakan warna putih. Pelaminan juga berwarna putih.

Mempelai perempuan menggunakan gaun putih yang membuatnya terlihat bak seorang putri. Mempelai lelaki tak kalah tampannya dengan jas putih itu. Wajah mereka terlihat bahagia sekali hari ini. Kak Tian dan Kak Laras.

Di sebelah kanan Kak Laras itu orangtuaku. Lama sekali aku tidak bertemu mereka. Mama dan Papa terlihat bahagia sekali hari ini. Sudah lama aku tidak melihat mereka sebahagia ini.

Yang di sebelah kanan Kak Tian itu kedua orangtua Kak Laras yang tak kalah bahagianya.

Maaf aku tidak menceritakan pada kalian bagaimana perjuangan Kak Tian selama bertahun-tahun untuk mendapatkan Kak Laras. Maaf juga karena aku tidak memberitau kalian bagaimana indahnya kisah mereka berdua hingga akhirnya mereka berdiri di panggung dan siap melemparkan bunga pada tamu undangan, seperti ritual di acara pernikahan umumnya. Yang pasti perjalanan itu tidak mudah, akulah saksinya. Tapi sekarang mereka siap menempuh perjalanan baru dalam hidup mereka berdua.

Masih terbayang olehku bagaimana masa kecilku dihabiskan hanya berdua bersama Kak Tian. Main hujan bersama, makan bersama, belajar bersama dan bannyak hal lainnya yang kukerjakan bersama Kak Tian. Entah sudah berapa juta jam yang aku habiskan bersama dia. Waktu cepat sekali berjalan. Saat ini Kakak kesayanganku sudah menempuh hidup baru.

"Dinda, hari ini kamu cantik deh " Seseorang tiba-tiba berbisik tepat di telingaku.

"Apaan sih, ngagetin deh " Aku menyikutnya.

"Eh bentar lagi lempar bunga tuh, entar kanda dapetin deh bunganya. Soalnya katanya yang dapetin bunga itu bakal nyusul nikah " Dia menaik-turunkan alisnya dengan konyol.

"Liat aja nanti siapa yang dapet " Aku menjulurkan lidahku.

Kak Laras dan Kak Tian menggenggam buket bunga itu bersam-sama lalu membelakangi tamu undangan yang bersiap-siap menangkap bunga.

Satu, dua, tiga.....

Bunga itu di lempar ke arah kami.

Hap! Kak Dimas yang tepat di sebelahku meraih buket bunga itu .

Kalian tau apa yang dia lakukan? Dia menekuk lutut kanannya di lantai lalu membungkuk, bunga itu lalu diberikannya padaku. Aku tau semua mata para tamu undangan menatap kami.

Aku mengambil bunga itu dengan perasaan gugup sambil senyum-senyum sendiri. Tamu undangan laul riuh bertepuk tangan. Dia berdiri lalu merangkul bahuku.

Besok rumahku tak akan sepi lagi. Mulai besok, ada tambahan satu orang lagi di rumah kami. Aku tau, aku tak akan pernah kehilangan cinta Kak Tian. Karena dia itu kakakku.


The End.


Dear Wattpaders,

Terimakasih buat siapapun kalian yang udah baca Paramore dari part 1 sampai 22 ini, baik yang baca dari akun wattpadnya, baca dari link yg aku share di twitter, atau yang udah baca dari link yg aku share di fb. Terimakasih juga buat vote dan saran yang udah kalian kasih. Kalianlah yang udah ngebakar semangat nulisku :* Eitss tunggu dulu, Paramore emg udh tamat tapi itu bukan berarti aku berhenti berkarya donggg. Rajin-rajin mampir ke works ku yaa, soalnya bakal ada cerita baru yg semoga lebih greget dari ini yaaahh. Ditunggu ajaa yaaaaa. Terimakasih semuaanyaaa loveeyouuu wwkwk


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ParamoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang