Kami sudah sampai di depan pagar rumah. Tepat pukul sembilan malam. Kak Dimas megantarkan aku sampai ke depan pintu.
"Makasih..Kak " ucapku masih malu-malu.
"Apaan sok malu-malu gitu. Alay deh " sial. Udah jadi pacarku aja masih jahil. Aku meninju pelan lengannya. Dia malah merangkul pundakku.
"Ehhmm... ehemmm. Udah malem yah.." Kak Tian muncul tiba-tiba dengan raut ayah galak yang dibuat-buatnya. Lucu sekali. Aku nempel di lengan Kak Tian.
"Liat tuh, Kak. Masa iya adikmu yang kece ini dipulangin malem banget " aku pura-pura merengek.
"Yee, apaan. Orang situ yang kagak mau diajak pulang ". Aduh jujur banget dia.
"Kak belain " pintaku manja pada Kak Tian.
"Ribut mulu kalian berdua " Kak Tian menanggapi.
"Hahaha, yaudah gua pulang ya Tian. Dinda... kanda pulang dulu yaa "
"Kamvret, sejak kapan nama gua jadi dinda? Alay banget sihhh hahaha"
"Sejak dikau menjadi milikku dinda " Kak Dimas nyengir. Aku tertawa geli.
"Oh wait, ada yang baru jadian nih kayaknya " Kak Tian melirik kami berdua. Aku lari secepat mungkin ke kamar. Kalau aku di sana terus bisa-bisa wajahku bener-bener memerah. Aku langsung mengirim pesan ke Hanny. Dia harus tau.
Malam ini rasanya panjang dan indah sekali. Masih terbayang semua detil kejadian di rooftop tadi. Semua pembicaraan kami, semua yang dilakukan Kak Dimas, semuanya. Aku senyum-senyum sendiri persis orang gila.
Ting
Ponselku berbunyi. Ada pesan masuk. Aku meraihnya dengan sigap.
Kak Dimas :
Gdnite Dinda. Have a nice dream. Love u
Aku senyum-senyum sendiri sambil mengetik pesan balasan
Geista :
Nite and have a nice dream too, Kak. Love u too. Plis don't call me dinda, kak :p
Kak Dimas :
Terus apa? Sayang? Bunda? Atau ebi? Hahaha
Geista :
Sekalian panggil hayati aja kak :')
Kak Dimas :
Hahahah. Yaudah tidur gih. Read aja :-)
Aku senyum-senyum lagi sambil merebahkan diri di kamar. Selamat malam dunia.
——————————————
Ringtone ponselku berbunyi. Sumpah, aku benar-benar menyesal mengaktifkan ponsel semalam. Ringtone itu seperti berteriak meminta perhatianku. Oh man!
Aku meraba bufet tempat biasa aku meletakkan ponsel. Mataku masih tertutup. Aku langsung mengangkat telepon.
"Halo " Aku menyapa masih dalam keadaan setengah sadar.
"Pagi hayati " Suara diseberang sana menyapaku.
"Wey, siapa nih ? " jawabku. Maklum, kesadaranku masih tercecer bersama mimpiku.
"Ya ampun, Ta. Masih belom sadar nih kayaknya kamu hahaha. Ini Kak Dimas, Ta "
"Hah? Kak Dimas? Kak Dimas ya? "
"Iya, Ta. Masa sama pacarmu lupa "
"Pagi banget nelpon kenapa sih? Aku masih ngantuk " jawabku. Maaf. jika untuk urusan tidur di hari libur aku sedikit sensitif. Bahkan sampai lupa yang lagi nelpon itu pacarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paramore
Fiksi RemajaEntah siapa yang harus disalahkan. Dia yang salah karena mencintai yang tidak seharusnya dicintai, atau waktu yang salah karena pernah mempertemukan kami? Paramore. Secret Love.