Angin berhembus lembut sekali. Mengayun-ayunkan rambut panjangku yang sore ini sengaja kugerai . Dari atas sini aku bisa melihat anak-anak kecil di sekitar rumah sedang bermain riuh sekali.
Your eyes whsipered " Have we met? "
Across the room your silhouette
Starts to make its way to me
The playfull conversation starts
Counter all your quick remarks
Like passing notes in secrecy
And it was enchanting to meet you
All i can say is i was enchanted to meet you
Bait lagu itu keluar mulus dari mulut Kak Tian. Iya, kuakui lagu ini memang mewakili perasaannya saat ini. Huft.
Aku menghentikan Kak Tian bernyanyi, " Baru juga sekali ketemu lagi, udah kesenengan. Pake acara nyanyiin lagu Enchanted segala " . Entah mukaku saat itu terlihat seperti apa. Aku memalingkan wajah, mencoba tidak melihat Kak Tian. Takut ekspresi cemburuku terbaca.
"Hahaha, ada yang jelous "
" Siapa juga yang jeleous? Gak ada. Geer deh.. "
" Lah, tadi apaan? Hmm? "
Aku tidak menanggapi. Mau bicara apa lagi coba?
Tiba-tiba saja pundakku sudah dirangkulnya.
" Namanya Dara... " kata Kak Tian tiba-tiba.
" Nggak ada yang nanyain, Kak " aku menjawab sekenanya. Apalagi yang bisa aku bilang? Pura-pura tertarik saat dia membicarakan seorang cewek? Malas berpura-berpura.
" Sekali-sekali jadi pendengar yang baik dong, Kakak mau curhat bentar nih "
"Iya udah, cerita dehh... " akhirnya aku megalah. Sekali-sekali jadi adik yang berbakti.
" Seumuran kakak ternyata, Ta. Dia kuliah fakultas hukum. Anaknya asik banget..."
" Udah punya cowok belum? Entar udah punya lagih... " . Aku nggak tau sekarang Kak Tian merasa aku ini cemburu atau enggak.
" Hm ini nih, belum apa-apa udah matahin perasaan Kakaknya "
" Lah emang aku salah ya nanya gitu? Siapa tau, Kak. Mending cari tahu dulu deh "
"Kalo di profile blackberry messengernya sih, available. Bukan nama cowok. Mudah-mudahan dehh "
Aku sontak menoleh ke Kak Tian, tatapanku seolah berkata Oh, God! Jadi udah tukeran pin? . Kak Tian tersenyum lebar dan sedikit jahil.
Kak Tian melepaskan rangkulannya yang semula di pundakku lalu melanjutkan bait lagu yang terputus tadi,
This night is sparkling, don't you let it go
I'm wonderstruck, blushing all the way you home
I'll spend forever wondering if you knew
I was enchanted to meet you
Aku menatap kosong. Begini rasanya ketika Kakakku sendiri mulai menunjukkan sikap jatuh cinta. Jujur, sebelumnya Kak Tian belum pernah seperti ini. Sejak dulu Kak Tian terlihat cuek soal 'teman dekat perempuan'.
Di masa SMAnya Kak Tian banyak menghabiskan waktu mengurusku yang saat itu masih SMP . Mulai dari membantuku mengerjakan PR, mencari tugas, mengajariku sebelum ujian, menemani aku ke toko buku. Hampir tidak pernah kudengar sama sekali dia menceritakan soal 'teman dekat perempuan' . Entah itu karena Kak Tian yang berhasil menutupinya, atau memang tidak ada . Jadi rasanya asing.
Aku cemburu sebagai seorang adik. Perhatian yang biasanya untukku, kini rupanya sebagian telah terarah pada perempuan bernama Dara itu. Aku belum siap ketika perlahan tidak diperhatikan lagi oleh Kakakku. Aku belum siap.
Tapi aku menyadari satu hal.Cepat atau lambat, Kak Tian pasti tidak akan memperhatikanku seperti saat aku TK lagi. Aku akan beranjak remaja dan Kak Tian akan semakin dewasa. Suka atau tidak suka, dia akan punya hidupnya sendiri. Bukan hanya aku terus. Aku ini hanya adiknya.
Face the reality, Geista. Bahagialah meilihat Kak Tian bahagia. Iya, akan aku coba, kalau aku mampu.
------
Perutku terasa lapar sekali. Aku melirik jam yang melekat di dinding. Baru sadar kalo sekarang sudah jam delapan malam. Aku belum menyentuh makanan sama sekali. Aku terlalu sibuk membaca novel .
Kemana Kak Tian sih? Biasanya dia mengingatkanku makan . Entah. Sibuk chatting bersama Dara mungkin.
Aku keluar kamar menuju dapur. Di dapur, terdengar suara cipratan air dari watafel. Bi Narsih sedang mencuci piring.
" Bi Narsih ... " panggilku.
" Eh iya ada apa, mbak ? "
" Kak Tian mana ya? "
" Di kamarnya, mbak "
"Hm. udah makan belum Kak Tian? Kok Geista gak diingetin makan sama Kak Tian "
" Udah, mbak. Tadi Bi Narsih liat Mas Tian bawa makanannya ke kamar "
Tumben makan di kamar. Ada apa sih?
" Hm yaudah deh. Bi Narsih udah makan? " tanyaku sambil mulai menyendok nasi dan lauk.
" Belum, mbak. Masih kenyang "
" Makan sama-sama, yuk. "
" Mbak duluan aja, Bi Narsih mah mudah, nanti " Bi narsih tersenyum. Senyumnya masih sama sejak aku kecil dulu.
" Yaudah. Bi Narsih jangan lupa makan. Geista makan duluan yah "
Bi Narsih tersenyum. Aku berlalu. Malas makan sendirian di dapur kalau nggak ada Kak Tian. Aku membawa piring berisi makan malamku ke teras rumah. Malam ini langit terang sekali. Pasti asik kalau duduk di tempat jemuran. Aku meninggalkan piringku di meja ruang tamu lalu berlari menuju kamar Kak Tian.
Aku langsung ngonyor masuk ke dalam, " Kak duduk di tempar jemuran yuk, langitnya cerah banget " . Kak Tia terlihat sedang senyam-senyum sendiri menatap ponselnya.
" Eh, Ta. Mager aah... " kata Kak Tian tapi matanya masih tertuju ke ponsel.
"Ayolah, Kak. Temenin Geista makan... " Aku menarik lengan bajunya. Persis anak kucing minta ikan.
" Nasinya bawa ke sini aja, Ta " .
Ah sudahlah. Percuma terus mengiba.
" Yaudah kalo nggak mau " kataku sambil berjalan keluar kamar Kak Tian. Percuma.
Aku membawa piring nasiku ke tempat jemuran. Duduk di sana sendirian menatap langit. Perlakuan Kak Tian tadi cukup membuatku kenyang. Nafsu makanku sedikit demi sedikit hilang.
Dear wattpaders,
Huhu kebawa suasana galau Geista nih. Tunggu part selanjutnya yaaa. Leave vomentss thankyouuu :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Paramore
Teen FictionEntah siapa yang harus disalahkan. Dia yang salah karena mencintai yang tidak seharusnya dicintai, atau waktu yang salah karena pernah mempertemukan kami? Paramore. Secret Love.