Putus

139 28 3
                                    

Ting

Ponselku berbunyi. Aku menghentikan aktifitas mengunyah pasta yang kupesan dari kafe Kak Tian. Kak Tian seperti biasa sedang sibuk di dapur. Kupikir Kak Dimas yang mengirim pesan. Ternyata notfikiasi BBM tertera di layar ponselku. Aku membukanya.

Laras :

PING!

Ta, lg dmn? Kk pengen ketemu sama kamu dan Tian

Aku mengerutkan dahi. What's going on? Aku mengetik balasan.

Geista :

Kebetulan lg di kafe kak. Yuk mampir aja ke kafe. Ad ap kak ?

Laras :

Ok. Aku udh deket. Ntr aku cerita ya. See u :-)

Aku hanya me-read pesan Kak Laras.

"Dimasmu sms hmm? " Kak Tian tiba-tiba mengejutkanku.

"Rese. Nggak. Kak Laras bbm, katanya mau ke sini. Pengen ketemu katanya " Aku bicara sambil mengunyah. Pasta ini terlalu nikmat untuk dibiarkan.

"Tumben. Ada apa, ya? "

"Auk...unggu aya ental agi " Mulutku penuh dengan pasta.

"Kalo mau ngomong, kunyah dulu sampe abis. Kek gak pernah makan pasta deh kamu " Dia mengacak-acak rambutku. Bodo. Mau se-kafe ngeliatin juga, pasta ini terlalu enak.

-----------

"Gue liat pacar gue jalan sama cewek lain lagi " Mata Kak Laras berkaca.

"Hm, sabar kak, tenang ... " Aku mengelus pundak Kak Laras, mencoba memberikannya sedikit efek tenang.

"Gue harus gimana? Apa gue harus putus? Tapi...dia udah janji mau serius sama gue. Bahkan dia udah ngomong ke orangtua gue "

"Namanya juga janji. Janji itu kayak karbondioksida. Bisanya cuma dikeluarin terus menghilang dan menyatu sama udara. Mau dihirup lagi? Tentu nggak bisa . Kalo dia serius, dia bukan janji, tapi do it " Kak Tian menjawab dengan selembut mungkin, supaya emosi Kak Laras nggak meledak.

" Tapi... apa gua bisa berjalan sendiri minus dia ? " Kali ini airmatanya tumpah.

" Kak, kenapa nggak klarifikasi dulu, siapa tau cewek itu sepupunya mungkin " Aku mencoba berbicara.

"Ta, sekali gua pernah nanya langsung ke dia. Dia bilang temen kantorlah, relasi kantor, tapi gua udah berkali-kali mergokin dia jalan sama cewek yang sama, cuma berdua dan bener-bener keliatan mesra, Ta "

"Awalnya gua percaya itu temennya, karena nggak pernah sekalipun terfikir dia bakal selingkuh. Tapi lama-lama hati gua bilang, mereka bukan cuma temen "

Kak Tian memegang punggung tangan Kak Laras, " Jangan sakiti dirimu sendiri dengan pura-pura nerima kenyataan atau pura-pura berpikir semuanya baik-baik aja. Aku yakin sekarang hati kamu udah sakit. Let it go, Laras "

Kak Laras hanya tersedu. Aku yakin sekarang seisi kafe melirik kami.

"Kak, sekarang coba tenang dan kontrol dulu diri kakak " Aku menyeka air mata nya. Dia mulai berhenti menangis.

"Sekarang kakak taruh telapak tangan kakak ke dada kakak, deket jantung " Dengan tatapan bingung, Kak Laras perlahan mengikuti kata-kataku.

"Sekarang kakak pejamin mata, dan kakak tanya sam hati kakak sendiri. Apa kakak masih sanggup? "

"Jawaban pertama yang keluar dari hati adalah jawaban yang paling bersih dan belum ditambahi apapun. Jadi ikuti jawaban pertama, kak " Aku menambahi

Kak Tian melirikku.

Satu, dua, tiga.....

"Hatiku bilang nggak sanggup "

"Ikuti apa aja yang kakak denger dari hati kakak " Aku berbisik ditelinganya.

Biarkan dia mengikuti hatinya sendiri.

Aku berjalan ke panggung kafe. Meraih gitar yang ada di sana.

"Kalo kamu bingung gimana caranya untuk menghentikan semua ini, nyanyikan lagu ini untuk orang yang sudah menyakitimu. Katakan, you're already gone "Aku berbicara sebelum bernyanyi.

Remember all the things we wanted

Now all our memories, they're haunted

We were always meant to say goodbye

Even without fists held high, yeah

Never would have worked out right, yeah

We were never meant for do or die

I didn't want us to burn out

I didn't come here to hurt you now

I can't stop

I want you to know

That it doesn't matter

Where we take this road

Someone's gotta go

And I want you to know

You couldn't have loved me better

But I want you to move on

So I'm already gone

----------

Satu minggu kemudian

"Siaalll... Kenapa Marquez gita bisa jatoh gitu? " Kak Tian berteriak.

"Gua bilang juga apa, Rossi is legend " Kak Dimas membanggakan idolanya yang menempati posisi ketiga saat 5 lap to go karena menyalip Pedrosa.

"Brisikk...brisikkk...Liat tuh Pedrosa guee . Argh. Tadi enak-enak diposisi tiga elu embat ajee " Untuk urusan MotoGP, maaf kami bertiga berbeda arah.

"Ah, males gua nonton "Kak Tian terlihat lesu.

"Udah sini berpaling ke Pedrosa aja. Kita kan satu team broo " Aku merayu Kak Tian.

"Gak usah, Tian. Bentar lagi juga oleng tuh Pedrosa " Kak Dimas membela dirinya dengan penuh bangga.

"Gue putusin baru tau, lo . Liat entar gua boncengan sama Pedrosa wekk " Aku menakut-nakuti.

"Yaudah gua boncengan sama Rossi ntar "

"Ih Kak Dimas homo sapiens " Aku memukulinya dengan bantal.

"Ehh..ehh..stop..stop.. Kanda straight kok, becanda doang Dinda " Dia menghindari pukulanku.

"Kacau ni berdua, liat tuh Pedrosa nyelip di posisi tiga "

"Wuhuuuuuu" Aku jingkrak-jingkrak.

Ting Ting Ting Ting

Ponselku berbunyi. Aku membukanya sambil terus menatap layar tv .

Laras :

PING!

PING!

PING!

PING!

Kakak udah putus dengan nyanyiin lagu Already Gone kmrn :-)

"Yeeyyy yeeyyy " Aku jingkrak-jingkrak lagi.

"Yakale jingkrak-jingkraknya dua kali. Awas ntar gila kamu " Siapa lagi kalau bukan pacarku yang nyeletuk. Aku nggak peduli.

"Kak Tiaann. Kak Laras udah putusss "



Dear Wattpaders,

Geista rada berlebihan memang, maaf yaa hehe. Maaf kalo part ini rada non-sense. Well, tungguin next part yaaaa. Leave vomentsss thankyou :-)







ParamoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang