Nguping

113 24 3
                                    

3 Bulan kemudian.

Motor Kak Dimas berhenti di depan pagar rumahku. Aku turun dari boncengan, "Okeyy, thankyouuu yaa pacarku "

"Sama-sama dinda " Kak Dimas nyengir.

"Masuk dulu yuk? "

"Kakak langsung pulang aja, ya. Ada proyek di rumah " Matanya berkedip-kedip. Entah kenapa aku bisa jatuh cinta pada orang ini. Sebuta itu, ya, cinta?

"Proyek apaan? Bangun fly over? " Tanyaku polos.

"Dinda...dinda. Masa bangun fly over di rumah sih "

"Abis bahasa situ berat banget, proyek . Suka alay deh "

"Udah masuk gih "

"Byee " Aku melambaikan tanganku. Motor Kak Dimas melaju.

Aku berjalan memasuki pintu rumah. Mobil kak Tian terlihat terparkir di garasi. Tumben Kak Tian ada di rumah jam segini. Ini masih jam tiga. Biasanya juga pulang jam empat.

——————————-

"Eh, mbak Geista pulang. Bibi siapin makan siang ya " Bi Narsih cekatan menuju dapur.

" Kak Tian udah pulang, ya, Bi? "

"Udah, Mbak. Itu lagi sama temennya di jemuran " Bi Narsih sedikit berteriak dari dapur.

"Temen? " Aku mengerutkan dahi.

Siapa? Bukannya Kak Dimas tadi langsung pulang? Siapa yang bawa Kak Tian ke rumah?

"Bi, nasinya biarin di meja makan ya. Aku nyusulin Kak Tian dulu " Aku langsung berjalan menuju jemuran belakang, tempat favorit kami. Sekedar menuntaskan rasa keingintahuan.

——————————-

Langkahku terhenti begitu aku berada di pintu belakang rumah. Aku menengadah ke atas, melihat sedang bersama siapa Kak Tian.Tunggu, yang ada di sebelah Kak Tian itu terlihat seperti................... Kak Laras?!

"Jadi, Geista itu bukan adik kandung kamu? " Suara Kak Laras terdengar jelas dari sini. Aku memutuskan tidak mendekat. Aku ingin tau apa yang mereka bicarakan. Aku menguping di dekat pintu belakang yang setengah terbuka.

"Yap. Tapi buatku sekarang dia adalah adik kandungku sendiri, bukan masalah sedarah atau nggak "

Aku tersenyum.

"Gue salut sama elo. Elo bisa jadi kakak sekaligus sahabat buat Geista dari dia kecil sampe sekarang. Elo juga ngejagain dia selama orangtuanya nggak tinggal di rumah. Gue jadi pengen punya kakak kayak elu hahaha "

"Jadi cuma pengen sebagai kakak doang, nih? " Suara Kak Tian terdengar lembut.

"Maksud lo? "

"Enggak pengen punya pacar yang kayak gue gitu? "

"Apaan sih, lo. Becandaan nya aneh-aneh " Suara Kak Laras terdengar canggung. Aku makin tertarik untuk menguping. Aku keluar dari balik pintu dengan sedikit mengendap-endap. Setidaknya aku bisa melihat punggung mereka sekarang.

"Gue serius, Laras. Kalo elo mau sih, gue bisa "

"Tian, udah deh. Jangan becanda ah " Sekarang nada suara Kak Laras terdengar malu-malu.

"Gue sangat amat serius, Laras. Jangan kira gua main-main " Kali ini Kak Tian menatap Kak Laras yang ada di sebelahnya.

"Gue sayang sama elo " Suara Kak Tian tegas tapi tulus.

Sejenak semua hening.

"Pengalaman gue patah hati bikin gue belajar banyak hal. Salah satunya nggak buru-buru memulai suatu hubungan " Tiba-tiba Kak Laras bebricara.

"Oke gue ngerti,kok "

"Bukan berarti gue nolak elo. Gue cuma pengen kita lebih kenal dulu " Kata Kak Laras. Kak Tian terlihat mengangguk.

"Gue akan buktiin kalo gue tulus. Dan elo bisa nilai sendiri nanti gimana gue sebenernya " .

Untuk pertama kalinya aku melihat Kak Tian jatuh cinta. Untuk pertama kalinya aku melihat Kak Tian berbicara sedekat itu dengan perempuan lain selain aku. Sumpah, kali ini tidak ada rasa cemburu sedikitpun. Bagiku Kak Laras adalah pilihan yang tepat.

Setelah beberapa bulan mengenalnya, aku jadi tau kalau Kak Laras adalah perempuan yang sangat mandiri dan pekerja keras, sifat yang sama persis seperti Kak Tian. Kak Laras membangun toko buku yang sekarang dimilikinya dengan kerja kerasnya sendiri. Padahal kalau dipikir-pikir, bukan tak mungkin orangtua Kak Laras memberikan usaha toko buku yang lebih besar dari sekarang. Mereka adalah keluarga yang bisa dikategorikan di atas rata-rata.

Tiba-tiba beberapa nyamuk beterbangan di sekitar telinga kananku. Suaranya berisik sekali. Refleks kedua sisi telapak tanganku menepuk.

Plak!

"Geista ??????????? " Kak Tian dan Kak Laras menyebut namaku bersamaan.

Ya Tuhan, aku baru sadar kalau aku sedang mengendap-endap!! Tepukanku tadi telah membuat keberadaanku diketahui .

Aku segera berlari masuk ke kamar. Kaburrrrrrr.





Dear Wattpaders,

Jahil bangett ya Geista nguping wkwkwk, kasian Tian masih digantung haha. Tungguin next part yaaa. Leave vomentsss thankyoooouuuuuuu :-)




ParamoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang