Tepuk tangan mariuhkan kafe. Aku tertawa puas. Keputusanku kurasa sangat tepat dan mengena bagi kak Dimas. Kulihat dia tersenyum puas. Aku turun dari panggung lalu berjalan mendekatinya.
" Great...great! " Dia memujiku sambil tersenyum dan bertepuk tangan pelan.
" To the point, Kak. Just show your love. Buat apa sih jadi secret admirer "
" Karena.... karena gua takut showing my love hanya akan buat semuanya berubah? "
" Hah? Belum juga dijalanin, belum juga dicoba "
" Pasti merubah semuanya kok. Pasti ..."
" Emang siapa sih kak? Tell me the truth! " Aku memaksanya.
" Someday kamu akan tau siapa, kok. Tapi makasih udah buat gua sadar kalo gua harus nyatain semuanya. Gua bakal coba. Semoga emang gak merubah segalanya " Kak Dimas menatapku.
Tiba-tiba Kak Tian datang .
"Sweet banget, Ta " Kak Tian memujiku sambil mengacak-acak rambutku.
" Abis ada yang lagi jadi secret admirer dan minta saran. Ya lagu itu mewakili semuanya dehh " Aku melirik Kak Dimas. Yang dilirik malah pucat. Ups. Sepertinya aku salah bicara.
" Really? Siapa? Dimas ? Kok lo nggak cerita sih bro " Aku memergoki kak Tian dan kak Dimas saling bertatapan. Aku membaca tatapan Kak Tian, seolah-olah berkata tell me the truth, don't have a secret. Aku mencoba mengalihkan mereka berdua.
" Hmm. Kak yuk pulang " Aku menarik lengan kak Tian.
Kak Tian mengangguk. Kami beranjak dari kafe. Di mobil lagu Maroon 5 - She Will Be Loved memenuhi mobil, sedangkan kami yang ada di dalamnya kaku. Kali ini aku benar-benar sadar telah salah bicara di kafe tadi. Saat ini aku yakin Kak Tian sedikit kecewa ketika tau teman dekatnya menyimpan sesuatu darinya. Di sisi lain, Kak Dimas pasti merasa bersalah. Aku ingin cepat sampai di rumah.
------------
Kami sampai aku segera meninggalkan mobil dan masuk ke kamar tanpa berkata apapun, sedangkan mereka berdua terlihat duduk kaku di teras. Aku naik ke lantai dua, menuju kamar. Aku menaruh gitarku dan merebahkan badan ke tempat tidur. Rasa bersalah sepertinya telah menjalar ke tubuhku.
Aku meraba saku celanaku. Astaga! Ponselku ternyata tertinggal di mobil. Aku baru ingat tadi meletakkannya di jok mobil sembarangan. Aku turun ke bawah mencoba mencari kak Tian. Kudapati mereka di teras.
Awalnya aku berniat mendekati mereka, tapi tiba-tiba langkahku terhenti.
" Sebenernya, gua nggak ada niat nutupin semuanya, tapi gua takut semuanya bakal berubah, Tian " Ku dengar suara Kak Dimas bergetar.
" Berubah? Emang orang itu siapa? "
Sesaat mereka berdua diam.
" Geista... " Kak Dimas menyebutkan namaku. Iya, namaku. Kakiku menjadi lemas.
" Maaf kalo menurut kamu itu salah, Tian. Gua emang sayang sama Geista sebagai adik gua. Dia itu adik kamu, kamu sahabat aku, itu artinya Geista adik aku juga. Tapi belakangan aku sadar, semuanya udah bukan sekedar adik lagi, Tian "
Aku menggigit ujung bibirku.
"Nggak ada yang salah, Dim. That's love . Kalo kamu sayang sama adik aku, lakuin yang terbaik buat dia " Suara kak Tian terdengar sudah bernada biasa.
" Nggak, Tian. Gua nggak akan biarin Geista tau. Cukup kita berdua yang tau. Gua gak mau dia menghindar dari gua "
Aku tak sanggup mendengar mereka lagi. Aku berlari ke kamar. Perasaanku campur aduk. Entahlah. Tapi yang pasti, mulai besok rasanya Kak Dimas adalah orang asing.
Dear Wattpaders,
Maaf bikin kalian penasaran dari part 1 sampe 3. Sekarang semuanya terjawab. Tapi masih ada satu teka-teki lagi guys. Tunggu next part ya. Don't forget to leave voments. Thankyouuuu :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Paramore
Teen FictionEntah siapa yang harus disalahkan. Dia yang salah karena mencintai yang tidak seharusnya dicintai, atau waktu yang salah karena pernah mempertemukan kami? Paramore. Secret Love.