Too Fast

155 25 7
                                    

Kami sampai di kafe. Perjalanan kami dari warung siomay ke kafe memakan waktu 45 menit. Harusnya sih, 30 menit saja. Kak Dimas sengaja mengemudi dengan sedikit lebih lambat, sementara di mobil kami berkaraoke-ria. Aku memutar lagu-lagu favoritku. Bad Blood, Blank Spaces, She Look So Perfect, The Man Who Can't Be Moved dan beberapa lagu lain berhasil membuat kami berdua bernyanyi lepas di dalam mobil. Tanpa memperdulikan apapun. Tanpa memperdulikan apa yang orang lain dengar. Tanpa mempedulikan hati yang saat ini ikut bicara, meski pelan dan tak terdengar.

"Bentar lagi Tian nyampe..."

"Yang bener, Kak?"

"Iya, barusan dia bbm kakak ". Aku manggut-manggut saja.

Tiba-tiba Kak Dimas berdiri.

"Eh, kemana kak? "

"Bales perbuatan kamu " jawabnya sambil berjalan meninggalkanku. Dia menuju ke panggung. Oh tidak, jangan bilang.......

Dia meraih mic dan gitar.

Your hand fits in mine like it's made just for me

But bear this mind it was meant to be

And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks

And it all makes sense to me

I know you've never loved the crinkles by your eyes when you smile

You've never loved your stomach or your thighs

The dimples in your back at the bottom of your spine

But I'll love them endlessly

I won't let these little things slip out of my mouth

But if I do, it's you, oh it's you, they add up to

I'm in love with you and all these little things

You never love yourself half as much as I love you

You'll never treat yourself right darling but I want you to

If I let you know, I'm here for you

Maybe you'll love yourself like I love you oh 

Aku tersenyum. Begitu juga Kak Dimas.

"Terima aja, Ta. Dia cowok baik-baik kok " Tiba-tiba Kak Tian sudah ada di sampingku. Kak Dimas memandangiku, entah kenapa aku jadi suka dipandangi begitu. Pipiku terasa panas. Sudah berubah menjadi kemerahan sepertinya. Tunggu dulu, sekarang kenapa aku tidak bisa bersikap biasa?Secepat ini hilangnya sikap tak acuhku? Jantungku berdebar.

——————————

Ting

Ponselkua berbunyi. Sebuah pesan masuk. Aku yang sedang asyik membaca novel langsung meraih benda mungil itu yang jauh letaknya dariku.

Kak Dimas : Ganti baju dan turun, cepetan. Kita mau pergi.Kakak udah di bawah.

Pergi? Pergi kemana? Kok Kak Dimas yang sms, bukannya Kak Tin yang manggil? Jangan-jangan Kak Tian nggak ikut?

Bodo. Aku membuka lemari dan mengambil jeans dan Raglan. Setelah mengganti pakaian, aku turun ke bawah. Terdengar suara Kak Dimas dan Kak Tian yang sedang ngobrol seru.

" Hai cowok-cowok..." Sapaku pada mereka.

"Udah siap? " Kak Dimas bertanya. Aku mengangguk sambil bertanya-tanya dalam hati. Kok Kak Tian nggak ganti baju? Kak Tian nggak ikut nih?

"Kalian perginya berdua aja deh, Kakak nggak ikut . Pulangin adik gue sebelum jam 9 malem dan tanpa kekuarangan suatu apapun, ngerti? " senyumnya jahil. Oh God!

"Iyee, bawel lo. Adek lo nggak bakal pulang dengan kekurangan kok, malah kelebihan " jawabnya jahil.

"Anjir lo "

"Maksud gua kelebihan kebahagaiaan. Ngeres aja otak lo . Udah yuk, Ta" Kak Dimas menarik tanganku.

"Kita mau kemana sih? "

"Jangan ikutan bawel kayak Kakakmu " jawabnya singkat. Aku berdebar lagi.

——————————————-

Aku membelalakkan mata. Mulutku sempurna menganga.

"Biasa aja, sih. Norak, deh " godanya. Tuhkan, kambuh jahilnya. Orang lagi mengagumi kendahan juga -_-

"Gua nggak pernah liat yang ginian. Plis jangan ngerusak rasa kagum gue " jawabku mencoba seketus mungkin. Aku kembali memandang ke depan. Di hadapanku sekarang terhampar ratusan lampu yang terlihat seperti titik-titik kecil dari atas sini. Kepalaku menengadah ke atas. Langit yangbersih itu terasa dekat sekali dari sini

"Untung yang punya hotel ini temen kakak, jadi kita nggak di kirain orang gila dulu baru bisa ke sini "

Iya, kami sedang berada di rooftop hotel yang lumayan tinggi. Selama ini hanya di televisi aku bisa melihat pemandangan dari atas gedung yang sekali-sekali di pamerkan. Kali ini aku melihatnya sendiri.

"Btw, kita ngapain ke sini kak? Pake acara cuman berdua, lagi " tanyaku.

"Gapapa sih, pengen aja. Masa mesti sama Tian mulu, gua nggak gay kali, gua staright " . Aku tertawa mendengar jawabannya.

"Gimana kalo kita foto-foto dulu? Asik nih " Aku mengeluarkan ponse dari sakuku, tapi tiba-tiba tangannya mengunci gerakku.

"Entar aja " Dia menjawab singkat. Sekarang aku tau telapak tangannya menyentuh punggung tanganku. Aku berdebar lagi. Sekarang rasa cuek yang kemarin aku coba bangun telah terganti oleh perasaan senang, entah mengapa.

"Mau jadi pacar aku ? "

Glek! Pertanyaan itu membuat sekujur tubuhku ngilu sekaligus terbang kelangit ketujuh.

"Hm? Pacar? "

"Cantik-cantik kok budek. Iya, pacar " Tuhkan dia menjahiliku lagi.

Aku meninju lembut lengannya dengan tanganku yang lain yang tidak digenggamnya. Kami tertawa.

"Will you? " Tanyanya lagi.

" Gimana aku bisa tau kalo aku sayang sama kakak? " aku bertanya polos. Oh men, apa salahnya bertanya?

"Letakkan tanganmu di dada, di dekat jantungmu. Kalo ada debaran yang kuat di sana, itulah tanda nya "

"Hati bisa menjangkau apa yang tidak bisa dijangkau pikiran. If your mind can't answer, use your heart " tambahnya lagi.

Aku mengikuti instruksinya. Aku meletakkan tanganku di dekat jantungku dan memejamkan mata. Aku mendapati jantungku berdebar keras. Sangat keras.

Dia masih memandangiku, menunggu aku berbicara.

Aku menatap matanya, lalu kuletakkan tanganku di depan dadaku lagi. Debarannya makin terasa keras.

"Yes, i will " jawabku mantap.

Sekalipun aku tak tau atas dasar apa tiba-tiba jantungku berdegup keras ketika di dekatnya dan aku tidak mengerti kenapa sekarang aku begitu suka ada di dekatnya, aku mengikuti hatiku. Segila apapun jawabannya, hatiku tau itu yang terbaik. Hati memang hampir sama seperti waktu. Mereka sama-sama cepat sekali berubah.

Tangannya merangkul pundakku, untuk yang pertama kalinya. Aku menyanderkan kepalaku pada pundaknya. Sebuah kecupan mendarat di rambutku. Jadi ini rasanya cinta? Benar-benar tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.



Dear Wattpaders,

Haiii. Hmmm atas permintaan aku buatkan part yang romantis. Maaf kalau bagi kalian ini kurang romantis atau kurang greget. Sumpah gua aja nggak ngerti romantis itu apa wkwkkw #polos. Tetep simak next part yaaa. Leave vomentss thankyouuu :-)




ParamoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang