16

428 62 0
                                    

" Bun! bunda kenapa " Panik Alster.
" Om Agra meninggal Al.. " Ucap Dania menangis, Alster mendengar itu langsung menatap Naira.
" Kenapa? " Tanya Naira.
" Tante Nirmala belum berani telepon Naira, disini Ayah sama Bunda lagi temenin Tante Nirmala " Ucap Dania mencoba menahan tangisnya.
" Bun Alster matiin teleponnya sebentar ya " Ucap Alster.
" Kenapa? " Tanya Naira menatap Alster, Alster langsung memeluk Naira dan berkata " Om Agra meninggal Nai... " Ucap Alster, Naira mendengar itu terdiam tanpa seribu kata, satu persatu air mata Naira terjatuh membasahi baju Alster.
"Enggak! gak mungkin al! ayah belum pergi Al " Ucap Naira sambil menangis, Alster memeluk erat Naira, Naira terus menangis.
" Udah ya nangisnya? om Agra bakal sedih kalau kamu nangis terus " Ucap Alster mengelus kepala Naira.
" Ayah belum pergi al.. Ayah belum pergi!! " Ucap Naira terus menangis di pelukan Alster.

• Flashback on •

" Penyakit jantung anda sudah sangat parah pak, jadi ini harus di tangani di luar negeri " Ucap Dokter tersebut kepada Agra.
" Bun.. kita harus bertemu Danis dan Dania saat sedang mengurus kerjaan di luar negeri, sekalin ayah periksa di luar negeri " Ucap Agra menatap Nirmala yang sedang menangis.
" Sudah.. jangan menangis, kita sembunyikan ini dari Naira ya bun " Ucap Agra mencium kening Nirmala.

• Flashback off •

Naira sekarang telah berhenti menangis, suaranya serak, kepalanya pusing, ia tak memiliki kekuatan untuk melakukan apapun hari ini, Alster hanya melihat Naira yang hanya diam tanpa berbicara.

Dering telepon di ponsel Naira berbunyi, Nirmala meneleponnya, Naira pun mengangkat telepon tersebut.
" Nak " Ucap Nirmala sambil menahan tangisnya.
" Ayah belum pergi kan bun? " Tanya Naira dengan suara yang serak.

" Naira ikhlasin ayah ya nak..., Naira anak kuat, Naira gak boleh sedih "
" Ayahmu akan di makamkan di sana "
" Naira gak boleh sedih ya, karena kalau Naira sedih ayah bakal sedih juga disana "
" Naira ingat kan pesan ayah kalau Naira harus jadi anak yang hebat, kuat, megah, indah, karena menurut Ayah Naira adalah permata paling berharga "
" Hari ini bunda akan atur jadwal penerbangan ke indonesia bersama Tante Dania dan Om Danis ya nak "

Naira mendengar perkataan ibundanya pun hanya menangis, sambungan telepon sekarang telah terputus ia merasakan ini seperti mimpi, sosok pria hebat yang menurut Naira adalah cinta pertamanya sekarang telah pergi, ia tak tahu apakah ada tempatnya lagi mencari sosok rumah seperti ayahnya di kemudian hari, Sekarang Alster hanya memeluk Naira.
" Alster.. ayah aku udah gak ada al.. " Ucap Naira menatap Alster dengan mata yang sembab.
" Udah ya nangisnya? " Ucap Alster mengusap Air mata Naira.

Tak lama kemudian Daniel, Aur, dan Alden tiba di rumah, mereka sudah mendengarkan kabar tersebut saat di sekolah tadi, Aur yang melihat Naira menangis di pelukan Alster merasa sangat sedih, begitupun Daniel dan Alden.

Hari telah malam, Naira sedari tadi tidak ingin makan, Alster, Daniel, Aur, dan Alden juga merasakan sedih sama seperti Naira.
Sekitar pukul 23.00 mobil Ambulance berbunyi memasuki kawasan rumah Naira.
Suara tangisan selalu terdengar di malam yang gelap ini.

Naira, Alster, Daniel, Aur, dan Alden berangkat ke rumah Naira, Naira terus menangis, beberapa menit kemudian mereka sampai, Naira berlari turun dari mobil.
" Ayahhh! Naira datang yah! " Teriak Naira sambil menangis, Nirmala melihat Naira berlari pun langsung menghampiri Naira dan memeluknya.
" Bunn! ayah belum meninggal bun! ini mimpi Naira kan bun " Ucap Naira sambil menangis memeluk Nirmala.
" Jangan nangis gini dong sayang, kamu harus ingat kalau kamu sedih pasti ayah kamu bakal ikutan sedih " Ucap Nirmala menahan tangisnya sambil memeluk Naira, Danis dan Dania menangis melihat hal itu, mereka menghampiri Nirmala dan Naira yang sedang menangis di depan pintu masuk.

about al and naira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang