00:08

865 54 0
                                    

Tok.. tok.. tok..

Beberapa menit Reyhan berdiri di depan sebuah pintu berwarna hitam, sebelum akhirnya pintu itu terbuka menampilkan seseorang dengan sebelah mata terbuka menandakan bahwa ia baru saja sadar dari mimpinya.

Reyhan memberikan senyum setelah berhasil menatap manik milik Resa, sedangkan lelaki yang ditatapnya hanya memberikan pandangan dingin seperti biasa

"Apa?" Lelaki itu mengeluarkan suara yang sama dinginnya dengan tatapannya.

"Makan yok"

Resa menutup pintu tanpa memberikan jawaban kepada Reyhan.

"Untung adek sendiri" Reyhan mengangkat kepalan tangannya, diarahkan ke pintu kamar Resa yang tertutup rapat.

--

Kehadiran satu orang di rumah ini tetap membuat Reyhan makan seorang diri, seperti malam ini ia hanya duduk sendiri menatap beberapa kursi yang tertata rapi tanpa ada yang mengisi. Itulah alasan mengapa Reyhan lebih suka mengajak Pak Tomo dan mbak Nining untuk makan bersama.

Reyhan menghela nafas, sebelum akhirnya menyantap menu makan malamnya.

"Eh mas Rey, kok gak panggil mbak mas? Biar mbak siapin makan malamnya"

"Gapapa mbak Rey bisa kok, lagian tinggal ambil doang"

Mbak Nining tersenyum mendengar jawaban Reyhan

"Bapak sama mbak udah makan malam kan?"

"Udah mas, tadi bapak barengan sama mbak makannya"

"Mas Resanya udah makan mas?"

"Belum mbak, nanti biar Rey anter ke kamar Resa makanannya"

"Yaudah mbak siapin makanan buat mas Resa dulu kalo gitu"

Reyhan mengangguk, "makasih ya mbak"

"Iya mas Rey, sama-sama"

--

Bahu Reyhan sedikit terangkat tepat setelah sebuah tangan menepuk punggung miliknya

Dengan tatapan protes Reyhan memperhatikan seseorang yang sudah duduk manis didepannya.

"Kaget bego"

"Maap maap, gitu ae esmosi"

"Rumah aman?"

Hoamm

"Alhamdulillah aman sentosa", jawab Reyhan setelah berhasil menguap lebar.

"Syukur deh kalo gitu"

"Jio mana?"

"Boker, menci gara-gara makan mie level 7"

"Siape juga yang nyuruh"

"Ntar malem jangan lupa ada undangan ultahnya Mona"

"Oiya, bawa apaan lagi gua nih", Reyhan menepuk keningnya sendiri

"Mampus belum beli kado", Deon mengejek Reyhan

"Pembalut aja kali ye, kan bermanpaat tuh"

"Yailah Rey, udah kado gue itumah"

"Kok Lo ikut-ikutan gue sih De, ngide ngapa sih De"

"Elo yang ngikutin gue lah kambing, kan gue yang beli duluan"

"Ck elu mah", Reyhan berbicara dengan nada kesal

"Lah kok gue jadinye"

"Ribut mulu deh heran", kali ini suara dari arah pintu kelas menyahut

Terlihat Jio yang memegangi perutnya yang terasa mulas, akibat dari mie level 7 yang dimakannya semalam.

"Lo udah ada kado buat Mona ntar malem Ji?", tanya Reyhan

Terlihat Deon yang juga penasaran dengan apa yang akan dibawa oleh Jio nanti malam.

"Udah, kemarin minta adek gue beliin pembalut"

Deon menggebrak meja

"Apasih anjing, kaget bego", Jio sudah siap memukul kepala Deon dengan kotak pensil yang ada di depannya

"Kok samaan sih Ji, ahelah"

Reyhan tertawa puas melihat raut wajah tak terima Deon, "yaudah gue samain ajalah kalo gitu"

"Kenapa gak sekalian bawa kado satu aja kali, lebih hemat juga, bawa yang jumbo sekalian", Deon menggerutu tak jelas

---

Tok.. tok.. tok

Ceklek, Suara pintu didepannya terbuka menampilkan siluet remaja dengan rambut basahnya.

Reyhan menyelonong masuk ke kamar Resa tanpa meminta izin dari pemilik kamar.

"Bisa keluar gak?", Tanya Resa yang sudah melihat Reyhan merebahkan tubuhnya di kasur

"Yailah Re, bentaran doang"

"Minggir gak!"

"Iye iye galak amat"

Reyhan mengubah posisinya yang semula berbaring kini sudah duduk di pinggiran kasur milik Resa

"Apa?" Tanya Resa jutek

"Pinjem power bank, punya gue ketinggalan di kelas", Resa berucap diakhiri dengan cengiran lebar

Terdengar decakan malas dari Resa, namun tangannya meraih barang yang disebutkan oleh Reyhan tadi.

Sebenarnya itu hanyalah alasan Reyhan untuk bisa berbicara dengan Resa. Reyhan selalu membuat alasan untuk membuatnya dapat berbicara dengan sang adik.

Resa yang selalu diam tanpa kata, Resa yang selalu sendirian dimanapun dia berada membuat Reyhan merasa bersalah sebagai kakak lelaki.

"Gue tinggal keluar dulu ya, kalau mau nitip sesuatu telpon aja kalo gak gitu chat aja"

Reyhan berjalan keluar kamar Resa, "gue bawa dulu, makasih ya Re"

--

Reyhan, Jio dan Deon saat ini tengah berada di sebuah cafe yang cukup ramai. Selesai dengan acara ulang tahun teman sekelasnya, ketiga remaja itu memutuskan untuk mampir ke cafe langganan mereka.

"Rey" panggil Jio dengan menyenggol siku Reyhan

Mengalihkan atensi Reyhan yang semula memandang layar ponsel kini beralih mengikuti arah pandangan Jio. Begitupun dengan Deon yang sadar dengan kegiatan kedua sahabatnya.

Reyhan memandang malas seseorang yang saat ini tengah berjalan menghampirinya.

"Hai pengecut"

Reyhan tersenyum miring mendengar celotehan lelaki didepannya, "Lo manggil diri lo sendiri!"

Leon memandang rendah Reyhan, lelaki itu mendekatkan diri ke telinga Reyhan, "Lo masih punya utang nyawa sama gue"

Leon kemudian berlalu meninggalkan Reyhan setelah membisikkan satu kalimat yang membuat wajah Reyhan memerah menahan emosi.

Jio dan Deon memandang bahu Leon dengan emosi, tidak ada habisnya lelaki itu membuat masalah dengan Reyhan.

"Sianjing begitu mulu", sarkas Jio

"Pengen banget gue robek tu mulut" timpal Deon

"Udahlah, gaada gunanya nanggepin orang kurang kerjaan kaya dia", Reyhan meneguk ice americano yang dipesannya

,

Terimakasih🖤

-pena



REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang