02:04

1.1K 75 15
                                    

"Kalau tiba-tiba jantung kamu ngerasa gak enak, sesak atau berdetak gak teratur telpon saya Rey jangan ditahan terus"

"Kondisi jantung kamu udah gak kaya orang normal untuk pompa darah ke tubuh kamu. Jangan ditahan sendiri, manusia juga perlu buat ngeluh ke orang lain. Ada saya yang siap buat nyamperin kamu kapan pun dan dimana pun kamu"

Seulas senyum terbit saat mengingat kalimat terakhir dokter yang menanganinya, bagaimana tidak, dokter Adi sudah seperti sosok ayah baginya. Memang beliau seusia ayahnya, teman ayah nya pula, perhatian dokter Adi membuat Reyhan merindukan ayahnya.

Dulu kalau Reyhan sakit, ayahnya selalu menunggu disampingnya. Rela untuk absen kantor demi menjaga Reyhan sampai kondisinya benar-benar bisa untuk ditinggalkan.
Padahal di rumah juga ada Lisa-bundanya. Tapi kalau sudah menyangkut kesehatan anaknya Bram selalu memprioritaskan hal tersebut. Baik itu untuk Reyhan, Raka maupun Resa.

"Makan dulu kali ya", monolog Reyhan setelah mengingat bahwa perutnya belum diisi sejak pulang sekolah tadi, jam juga sudah menunjukkan waktunya makan malam.

Ceklek...

Reyhan dibuat terperanjat kaget dengan pintu kamar yang tiba-tiba terbuka, membuatnya reflek menyimpan kembali beberapa tabung obatnya.
Sedangkan diluar sana menampakkan siluet remaja jangkung dengan tatapan datar tanpa rasa bersalah.

"Kaget anj.. ketuk pintu bisa kale"

"Kelamaan"

"Makan ayok", lanjut Resa

Brak..

"Sianying, untung adek gue"

Perlu kalian ketahui bahwa beberapa hari ini hubungan Reyhan dan Resa berangsur-angsur membaik, Resa sudah mulai mencoba untuk membuka percakapan dengan Reyhan. Sesekali juga mereka berangkat sekolah bersama, walaupun mengharuskan Reyhan untuk memelas dihadapan adiknya itu, perlu juga sejuta alasan untuk membuat Resa menyetujui permintaan Reyhan berangkat bersama. Bahkan demi mencari alasan untuk bisa berangkat dengan adiknya, Reyhan rela motornya menginap di bengkel walaupun kereta besinya itu dalam keadaan baik-baik saja.

-

Disinilah mereka, tengah sibuk dengan piring dan beberapa makanan yang telah disiapkan oleh mbak Nining. Hanya denting sendok dan piring yang menemani keduanya.
Resa sibuk dengan pikirannya, ia juga masih merasa canggung jika harus makan berdua dengan kakak keduanya itu, begitupun dengan Reyhan, belum lagi lelaki itu harus menahan sedikit nyeri di dada yang masih terasa.

Uhuk.. uhuk..

Reflek Reyhan menutup mulut dengan punggung tangannya, sedangkan Resa dengan cepat menuangkan segelas air putih untuk diberikan kepada Reyhan.

"Pelan-pelan sih bang"

Reyhan meraih gelas pemberian Resa, tidak sengaja tangannya bergesekan dengan milik Resa

"Lo sakit?", tanya Resa khawatir karena tangan Reyhan yang terasa dingin dan sedikit berkeringat.

Reyhan menggeleng cepat

"Gak lah, sehat begini juga"

Lagi-lagi Reyhan harus menutupi kondisi kesehatannya dihadapan orang lain. Bukannya egois, ia tidak mau membuat orang lain khawatir, tidak juga ingin dikasihani oleh orang lain, terlebih lagi ia tidak mau hubungannya dengan Resa membaik hanya karena adiknya merasa kasihan terhadapnya. Begitulah isi pemikiran dari Reyhan. Menurutnya kalau masih bisa ia tahan sendiri, ia akan tetap diam dengan rasa sakitnya.

Resa mengamati setiap detail wajah Reyhan, dengan tatapan mengintimidasi mencoba untuk memperhatikan lebih dekat memastikan bahwa lelaki yang tengah berada di depannya saat ini benar baik-baik saja.

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang