02:03

933 67 6
                                    

Reyhan memijat organ tubuhnya yang akhir-akhir ini lebih sering terasa nyeri, beberapa kali juga disertai dengan batuk yang menambah sensasi sesak.

Sadar akan kedatangan kedua sahabatnya, Reyhan menegakkan kembali tubuhnya. Menerima lemparan botol mineral dari tangan Jio.

"GILAK SIH ANJIR!", teriak Deon tiba-tiba setelah berhasil menutup pintu rooftop sekolahnya.

Jio dan Reyhan yang semula diam, dibuat kaget dengan teriakan tiba-tiba dari Deon

"Lepek-lepek begini masih ganteng aja gue", celoteh Deon dengan membenarkan rambutnya memandang pantulan dirinya pada pintu berbahan kaca hitam yang berhasil ditutupnya.

Kedua sahabatnya itu baru saja kembali dari kantin, setelah pelajaran olah raga berakhir bukannya menuju toilet untuk berganti pakaian justru ketiga lelaki itu tengah duduk santai di rooftop. Tujuannya adalah untuk membolos pelajaran fisika yang membosankan menurut mereka.

"Ngagetin lu, anjeng!", Jio melempar ciki yang berada di tangannya

"Tobat sih De, inget fitnah lebih kejam dari pembunuhan"

"Lah siape yang ngefitnah sih cok"

"Barusan itu tadi lo fitnah diri lo sendiri kan"

Jio yang paham dengan maksud kalimat yang keluar dari mulut Reyhan tertawa puas.

Kini ciki lemparan Jio berpindah terlempar ke arah Reyhan, dengan dengusan kesal dari Deon.

"Tai lo!"

Reyhan ikut tertawa dengan Jio melihat ekspresi kesal dari sahabatnya, memang paling seru adalah usil dengan Deon.

-

"Gak kerasa udah mau lulus aja kita", Reyhan menyeletuk saat ketiganya tengah diam dengan pikiran masing-masing

"Hooh, gak ada lagi bolos-bolosan begini", Jio ikut menanggapi

"Ntar kalo udah sendiri-sendiri jangan pada sombong lo, sesekali ngumpul kek gini. Jangan sok sibuk kalo udah jadi mahasiswa", begitupun dengan Deon yang turut mengeluarkan suara

"Semoga masih bisa kumpul deh, kalo gaada gue kalian ngumpul lah berdua"

Jio dan Deon mengalihkan pandangan ke arah Reyhan. Lelaki itu masih menatap lurus rona biru yang luas di atas sana. Posisi ketiganya saat ini tengah berbaring di sofa bekas yang masih bisa digunakan sekedar untuk mengistirahatkan badan sebentar.

"Bau bau penghianat nih, bakalan susah diajak ngumpul", Deon mengubah posisinya menjadi duduk

"Rencana mau jadi presiden mahasiswa lo Rey? Sibuk bener dah", Jio kini memfokuskan pandangannya ke arah Reyhan

Reyhan terkekeh mendengar celotehan kedua sahabatnya

"Umur kan gaada yang tau, apa yang bakalan kejadian di depan sana juga gaada yang tau kan"

"Yaa antisipasi aja, kalau gue tinggalin jangan nanges"

Baik Jio maupun Deon mengerutkan keningnya, menatap tak suka ke arah Reyhan. Kini Jio ikut duduk seperti Deon siap-siap dengan beberapa pertanyaan yang akan ia lontarkan kepada sahabatnya itu.

"Lo ada masalah?"

"Gausah ngomong aneh-aneh anjir", Deon melempar botol mineral kosong ke arah Reyhan

"Sakit bego", Reyhan mengusap tulang keringnya saat bagian keras dari botol air mineral yang dilempar Deon mendarat tepat disana.

Deon mengangkat bahu acuh, dengan pandangan mengejek.

"Lo masih nganggep kita sahabat Lo kan Rey?!"

"Yaiyalah nyet"

"Yaudah kalo ada masalah cerita, jangan pendem sendiri. Gue gak butuh temen sok kuat kaya gini"

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang