01:01

783 58 0
                                    

"Rey tabung reaksinya ngapain Lo bawa sih"

"Oiya monmaap kebawa"

"Ck,mana sini" gadis berambut ikal itu menatap Reyhan kesal

"Ketinggalan Ci di rumah, besuk deh gue balikin ke Bu Laras sendiri", kata Reyhan diakhiri dengan cengiran tak bersalah

"Nyusahin Lo mah, gue yang kena omel", Cici mendaratkan pukulan keras di lengan Reyhan

"Yailah Ci tabungnya yang ngikut ke gue, kok gue yang disalahin"

Cici sudah tak menghiraukan kalimat yang keluar dari mulut Reyhan

"Lagian ada-ada aja lo tuh Rey, tabung reaksi bukannya ditinggal di lab malah lo bawa pulang. Buat apa coba", Deon mengejek Reyhan dengan wajah tengilnya

"Kebawa anjir kebawa, bukan niat ngebawa", sungut Reyhan kepada Deon

-

"Re sabilah ikut basket"

"Ogah"

"Elu mah malesan mulu, kerjaannya cuma nyumpelin tu telinga pake hedset", lelaki itu berucap dengan suara yang dibuat medok

Tidak ada sahutan dari si lawan bicaranya itu.

"Sini gak!", Resa mulai geram dengan tingkah laku teman sekelasnya itu

Sedangkan Dimas sudah siap berlari dengan sepasang airpods milik Resa, berharap teman barunya itu menyusul untuk mengejarnya.

Bukan Resa namanya kalau termakan dengan jebakan Dimas yang sudah dipastikan akan berhenti tepat di ruang klub basket, karena tujuan dari lelaki itu adalah menyeret Resa untuk mengikuti klub basket sekolah barunya.

Resa hanya memandang kesal Dimas yang sudah hilang di balik pintu kelasnya, tangannya mulai sibuk mengeluarkan sebuah benda dari dalam tas nya detik selanjutnya sepasang earphone hitam sudah kembali bertengger rapi di kedua telinganya.

Sejak Resa menjadi siswa baru di kelas X IPA 1, Dimas selalu menempel dengannya. Tidak peduli dengan tatapan dingin maupun kalimat pedas yang keluar dari mulut Resa.
Dimas yang dasarnya memiliki sifat petakilan, selalu memiliki berbagai cara untuk membuat diam Resa menjadi pecah.

"Yaelah ni bocah masih punya aje", Dimas kembali dengan wajah melasnya, trik nya kali ini tidak cukup untuk membuat seorang Resa beranjak dari aktifitas favoritnya.

Resa tak menghiraukan kehadiran Dimas yang kembali duduk di hadapannya, ia sudah sibuk dengan benda pipih yang ada di genggamannya.

"Gini bener sekalinya punya temen", Dimas meratapi nasibnya

Lagi, tangannya sudah usil melepas satu earphone dari telinga Reyhan. Mengundang tatapan tak suka dari lelaki itu.

"Ck apasih!", Decakan dan tatapan tidak suka terlihat di wajah Resa

Dimas mengeluarkan cengirannya, "bentar sih Re dengerin dulu kalo ada yang ngomong"

Resa tak menanggapi lagi, ia diam menunggu kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Dimas

"Pak Bimo yang minta gue buat ngebujuk lo ikut basket, lo di LA dulu kan jadi tim intinya basket Re. Gak baik nyia-nyiain bakat yang dikasih sama Tuhan", jelas Dimas panjang lebar

Resa hanya diam, menimang-nimang ajakan Dimas. Ia berencana untuk mengiyakan ajakan temannya itu hanya untuk membuat Dimas diam dan tidak mengganggunya lagi. Setelah satu bulan ia bergabung ia berencana untuk mengundurkan diri dari klub basket sekolahnya itu.

Resa mengangguk dengan wajah yang masih datar, menatap malas Dimas yang sudah tersenyum penuh kemenangan.

"Deal ya!", Dimas mengulurkan tangannya

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang