02:02

882 68 0
                                    

Reyhan berjalan menyusuri koridor sekolahnya dengan bantuan dari adiknya. Tubuhnya terasa ngilu, perutnya terasa perih karena Leon menyisakan sedikit robekan kecil disana, dadanya juga masih terasa nyeri namun masih bisa ditahan olehnya.

Reyhan memandang wajah Resa dari samping, kondisi wajah lelaki itu tak kalah jauh dari dirinya. Terdapat robekan di sudut bibirnya, pipinya juga terlihat sedikit terluka akibat pukulan dari Dika.

"Maaf ya Re. Gue cuma bisa ngasih luka buat lo"

Tidak ada jawaban dari adiknya. Lelaki itu memandang lurus koridor yang saat ini tengah dilewatinya.

"Udah gue berhentiin taksinya Re, bang"

Dimas berlari menghampiri keduanya setelah berhasil menghentikan satu taksi untuk mengantar Resa dan Reyhan ke rumah sakit.

"Makasih ya Dim", Reyhan tersenyum ke arah Dimas

Dimas membalas senyuman Reyhan, "Iya bang"

"mau ke rumah sakit mana Re ntar gue nyusul pake motor", pandangannya sudah beralih pada lelaki yang berada di samping Reyhan

"Ntar gue kasih alamatnya"

Setelah berhasil membantu Reyhan untuk duduk di kursi penumpang, Resa berpamitan kepada Dimas. Kemudian mendaratkan tubuhnya pada kursi penumpang disamping Reyhan.

"Ke rum..."

"Ke jalan pelita nomor 12 ya Pak"

Belum sempat Resa menyelesaikan ucapannya, Reyhan sudah memotong dengan menyebutkan alamat rumahnya.

Resa memandang heran ke arah Reyhan yang tengah membenarkan posisi duduknya.

"Lo harus ke rumah sakit!".

"Gapapa gue mah gini doang, ntar mampir apotik aja sekalian beli obat buat luka lo"

"Lo gila?! Kaya begini dibiarin bakalan infeksi!", Resa berucap sambil menunjuk ke arah perut Reyhan yang masih mengeluarkan sedikit darah.

Bukannya menanggapi Omelan adiknya, Reyhan terkekeh sambil menatap Resa.

"Kenapa malah ketawa coba!", Resa berucap tak lupa dengan kerutan dalam di keningnya.

"Gapapa deh gue begini terus kalo Lo jadi perhatian gini"

Resa mendengus mendengar celotehan abangnya, sedangkan Reyhan justru melebarkan senyumnya.

"Ke rumah sakit terdekat aja Pak", Resa memberikan arahan kepada supir taksi.

"Re plis pulang aja, gue gak suka rumah sakit"

Reyhan memohon dengan memelas kepada Resa.

"Ini juga bakalan sembuh ntar beli obat di apotik"

"Ada lo juga nanti yang ngerawat, ye kan?!", Reyhan Menaik turunkan alisnya dengan lengkung bibir yang turut memamerkan deret gigignya.

Terdengar decakan dari mulut Resa, "Siapa juga yang mau repot ngurusin lo!", tentu saja Resa bercanda berucap demikian.

Melihat wajah Reyhan yang masih memamerkan senyumnya walaupun ia tahu bahwa nyeri pasti terasa di seluruh tubuhnya, belum lagi perih yang turut hadir di beberapa bagian tubuhnya, membuat desiran aneh di dalam hati Resa. Seakan lupa bahwa dirinya selama ini selalu membatasi interaksi dengan Reyhan, seakan lupa dengan segudang kebencian yang ia kumpulkan di dalam otaknya terhadap lelaki itu, kini Resa mencoba untuk berdamai dengan egonya. Mencoba untuk berdamai dengan masa lalunya, berencana untuk lebih mendengar apapun yang sebelumnya belum selesai ia dengar dari mulut abangnya.

-

"Lo yang cari alesan buat bang Raka", tiba tiba suara Resa memecah keheningan diantara keduanya

"Matilah kita! gue lupa kalo di rumah masih ada bang Raka"

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang