00:04

1K 65 0
                                    

Langkah lelaki itu terhenti disebuah pintu bertuliskan nama seseorang yang menjadi salah satu kekuatannya selama ini.
Tangannya berhasil membuka pintu kamar tersebut, lampu remang-remang yang didesain pemilik kamar menyambut sklera mata milik Raka.

Raka mengusap surai hitam milik adiknya, mata sayunya menatap lekat wajah Reyhan yang saat itu terlihat sangat tenang. Seseorang yang lain ikut muncul dibenaknya ketika ia menatap setiap inci dari wajah adiknya itu.

Seringkali ia merasa menjadi seorang kakak lelaki yang buruk untuk Reyhan, pekerjaan yang membuatnya harus meninggalkan remaja 17 tahun itu tinggal sendirian. Belum lagi ia harus merelakan satu orang lagi jauh dari jangkauannya.

Walaupun tidak ada kalimat protes dari mulut Reyhan dan seseorang itu, tapi Raka tahu bagaimana perasaan dua remaja lelaki itu, rasa kesepian yang pasti seringkali hadir menemani.
Ada satu kalimat yang selalu Raka ingat saat lelaki itu merasa seperti itu "gue bersyukur banget punya lo bang, jangan pernah ngerasa lo abang yang buruk buat gue"

____

"kaget gue, anji--!", mata reyhan yang baru saja terbuka dibuat melotot melihat ada seseorang tiba-tiba terbaring disampingnya, namun mulutnya tak sampai selesai menyebutkan satu kata terakhir.

Walaupun hal tersebut sudah sering terjadi, tetapi masih saja membuat Reyhan terkejut dengan kehadiran Raka yang tiba-tiba seperti ini.

Tangan Raka melingkar di perut Reyhan, membuat remaja itu menepisnya dengan cepat

"Geli bang!"

"Gak kangen apa?", tanya Raka masih degan mata tertutup

"Dikit"

"Abang sih banyak"

"Resa gimana bang?", tanya Reyhan dengan tatapan dalam ke mata Raka

"Udah gapapa kok, kemaren demam tinggi beberapa kali mimisan karna dia begadang terus"

Reyhan hanya bisa diam mendengar jawaban dari Raka. Melihat perubahan raut wajah adiknya, Raka mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Ntar malem jalan yok Rey"

"Tumben, bukannya lagi sibuk?"

"Gapapa, pengen aja. Lama gak ngajak main" Raka menatap Reyhan yang berbaring disebelahnya dengan mata yang menatap lurus ke langit-langit kamar.

"Bang"

"Hm"

"Gak capek apa bolak balik jakarta-surabaya belum lagi lo juga harus ke LA?"

"Pulang 3 bulan sekali juga gapapa bang, jangan maksain diri. Capek ya istirahat di surabaya aja. Kalo Rey liburan Rey yang nyusul kesana. Jangan dikit-dikit pulang, kasian badannya. Abang harus sering ke LA daripada balik kesini, Resa butuh abang", lanjut Reyhan, matanya masih menerawang ke depan.

Raka tidak menjawab omelan Reyhan, karna ia tahu bahwa adiknya belum selesai bicara. Kalau sudah seperti ini Reyhan akan berubah menjadi sangat cerewet.

"Cari pacar makanya, kalo perlu cepet nikah malah alhamdulillah. Jadi ada temennya disana, ada yang ngurus juga, ga ngenes-ngenes banget kesannya. Ada yang nemenin juga kalo harus perjalanan jauh ke LA"

Raka melayangkan pandangan malas ke arah Reyhan, sedangkan Reyhan sudah mengangkat sudut bibirnya dengan tatapan mengejek.

"Iye iyee, cerewet banget heran, adek siapa" Raka mencubit kedua pipi Reyhan bermaksud menggoda

Reyhan mendaratkan bantal dikepala Raka, mencoba menepis cubitan geli dari abangnya

"Najis ah bang"

"Lagian bentar lagi Abang gak bolak balik jakarta-surabaya lagi, Resa juga bakal balik ke Indo"

REYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang