Kilat menyambar sana sini, dentuman keras bersamaan hujan turun lebat membuat suasana kota di malam hari lumpuh sebagian.
Jauh dari sudut kota, sebuah tempat terpencil yang kumuh dengan gedung gedung terbengkalai.
Seorang gadis terlihat muda sedang menatap bayinya yang terlelap dengan wajah sendu, tampak ada beban besar yang tak bisa gadis itu ucapkan selain lelehan air mata.
Entah apa yang dipikirkannya, tiba tiba kedua tanganya mendekati bayi itu seperti ingin mencekik leher mungil itu.
"Hekm uuuh"
Suara manis itu seperti menyadarkan ibunya, si gadis tersentak lalu menangis tanpa suara sambil memeluk bayinya yang masih terlelap.
.
Suara air mengisi bathup terdengar keras, di ruang kamar mandi yang terlihat sedikit kotor dengan jejak jejak kerak yang menempel.Gadis itu mematikan keran dan memasuki bathup yang penuh dengan air dingin, saat tubuhnya memenuhi dalaman bathup air yang diisi penuh jadi meluap.
Dengan sebuh pisau cutter, gadis itu memotong nadinya lalu darah segar tercampur dengan genangan air. Air semakin pekat dengan warna darah bersamaan dengan kesadaran gadis itu lalu gadis cantik itu menutup matannya.
⋇⋆✦⋆⋇
Leo memijit pangkal hidungnya, mengurus pekerjaan kantor menguras otaknya, dan mengurus pekerjaan organisasi menguras tenaganya. Setiap hari ia harus mengatur waktu untuk keduanya.
Bukan tidak ingin istirahat hanya saja memilih menyibukan diri hingga lelah, takut jika bersantai kenangan menyakitkan itu kembali muncul.
Hampir 10 tahun sejak kematian Bella dan butuh beberapa tahun untuk ia terlepas dari duka yang dalam, penyesalan selalu memenuhi hatinya dan ia tak mau lagi terpuruk.
Bukan ia tidak lagi mencintai gadis itu hanya saja ia harus melanjutkan hidup, sehat adalah satu satunya cara agar ia tidak mengecewakan kakek Yanai yang telah menititipkan ia tanggung jawab yang besar di pundaknya.
"Bisakah kau memperbaiki sikapmu yang red flag mu"
Suara indah itu menyentak tubuh Leo, ia segera menurunkan pandanganya dan menatap sekeliling kantornya tapi sosok akrab itu tak akan pernah bisa muncul.
"Aigoo~ kau akan menjadi lanjang hingga tua jika kau terus bersikap bajingan!"
Suara itu terdengar lagi, kali ini Leo tak merasa terganggu hanya memejamkan matanya dan mengingat kenangan terakhir ia bersama gadis itu.
"Ken~ A~ken!"
Suara gadis itu terdengar tegas di saat tubuhnya sedang lemah, dirinya yang pada saat itu sedang mencumbu leher gadis itu menghentikan bibirnya dan menatap wajah cantik itu dalam jarak sangat dekat.
Melihat wajah cemberut dari gadis yang mengenakan pakaian rumah sakit ini membuat dirinya tak bisa menyembunyikan senyumnya.
"Apa kau lintah!"
Suara itu penuh dengan kekesalan sambil mendorong dadanya untuk mundur menggunakan tangan yang tak terpasang infus.
"Lihat semuanya basah dan lengket!"
Semakin banyak gadis itu berbicara semakin suka dan bahagianya hatinya, semakin kesal gadis itu semakin berisiklah pula dan gadis dingin ini secara alami akan menunjukan berbagai emosi di saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's Bella II
Teen FictionSehari sebelum peringatan kematian 10 tahun kepergian Bella, Erza dan Leo menghadiri sebuah pesta dan betapa terkejutnya mereka saat melihat siapa wanita pendamping pemilik pesta. "Aku bersyukur pesta pertama yang aku selengarakan penuh dengan...