9: Kill him

67 16 0
                                    

   Amel menyelusuri rumah milik Erza diikuti oleh beberapa maid di belakang, saat sampai di kandang hewan ia berhenti saat melihat seekor serigala sedang terbaring lesu di atas batu.

   Di sore hari keadaan serigala itu terlihat menyedihkan.

   "Ada apa dengan hewan ini?"

   "Sebelumnya ia bertindak seperti hewan gila jadi kami menyuntikanya obat penenang"

    "Sungguh malang, kapan itu?"

    "Eh? Ah, sekitar 2 jam yang lalu"

    "Hem, bolehkah aku masuk?"

    "Nona itu... Hewan ini telah lama tidak keluar kandang dan kami takut terjadi sesuatu pada anda disaat Tuan Erza tidak ada"

   Kepala maid tidak bermaksud untuk melarang tapi keadaan mereka juga tak lebih baik dari keadaan Amel, salah salah mereka bisa di pecat atau mungkin di bunuh dengan kejam.

   Amel menunduk sedih, kedua tangan kecil dan indah itu mengengam gembok berlapis tembaga itu dengan halus sebelum berbalik ke dalam ruangan.

...

   Erza baru saja menyelesaikan pekerjaan yang tak dapat ia tunda di kantor, saat perjalan pulang tiba tiba saja terlintas di benaknya untuk mengambil alat penyadap di pangkalan.

   Jadi ia memutar arah mobilnya dan langaung menuju ke arah pangkalan.

..

   Serigala yang awalnya terbaring lesu kini mendapat kekuatan saat tubuhnya terbebas dari pengaruh obat biusnya.

   Menuju ke arah pintu pagar dengan lunglai sebelum menatap bintang bintang di langit dengan sedih.

  Crak! Tas!..

   Gembok tembaga itu tiba tiba terbuka dengan sendirinya melihat ini Muza terdiam kaget...

...

   Erza baru saja keluar dari gudang barang pangkalan, lelaki itu tampak senang dengan sesuatu yang tersembunyi di balik sakunya.

   Tapi rasa senang itu tak berlangsung lama saat melihat laki laki yang duduk di kursi roda melintas di hadapanya.

   "Oho...lihatlah siapa yang berkunjung malam ini!"

  Erza smirk saat melihat betapa menyedihkanya kondisi Zio sekarang, laki laki yang di cintai dan bangakan gadis itu dahulu kini hanya laki laki lumpuh bak pohon yang layu di tanah gersang.

   "Bukankah orang cacat tak diterima di sini kok bisa berkeliaran sana sini di dalam pangkalan ini?"

   Semakin menyedihkan Zio semakin senang Erza memprovokasinya, ia selalu benci dengan kisah percintaan gadis itu.

   Mengapa gadis yang ia rawat dan lindungi mencintai laki laki lain yang pada akhirnya menyakiti entah itu fisiknya atau hatinya?

   Mengapa ia ingin melarikan jauh dari dirinya yang jelas jelas mencintainya?

   Semakin Erza penasaran semakin kesal hatinya, semaki kesal hatinya semakin ia membenci laki laki ini semua, Leo, Luci, dan Zio.

   Zio masih terlihat tenang sebelum menatap Erza dengan senyum lembut.

   "Lama tidak berjumpa saudara tiri Bella"

    Senyum Erza membeku saat mendengar hal ini, walau itu fakta tapi tetap aneh saat di dengar dari orang lain terlebih laki laki cacat ini yang pernah di tembak oleh Bella bukan sekali tapi berkali kali.

Where's Bella IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang