"Makasih, kak Gyuvin. Maaf banyak ngerepotin hari ini."
Gyuvin hanya membalas ucapan Yujin dengan senyum dan anggukan. Pemuda itu mengangkat kepalanya yang masih terpakai helm, memeriksa tempat bimbel Yujin.
"Udah punya temen belum di sini?" tanya Gyuvin.
Yujin mengerutkan alis, pendengarannya agak sedikit kurang karena suara motor Gyuvin, "Gimana, kak?" tanyanya maju mendekat.
Gyuvin pun akhirnya memutuskan untuk mematikan motor dan membuka helm. "Itu," katanya sambil menunjuk ke dalam, "Udah punya temen belum di sini?"
"Ohh," Yujin menoleh ke belakangnya, lalu memandang Gyuvin lagi dan menggeleng sambil tersenyum miris. "Kalo di tempat bimbel atau les jarang diizinin punya temen sama papa."
Alis Gyuvin mengerut. "Kok gitu?"
"Belajar nyari saingan atau apa gitu katanya, nggak ngerti juga."
Gyuvin makin keheranan. "Terus jadinya lo gak punya temen dong selama ini?"
Yujin meringis. "Ada, cuma Ollie."
"Anak bule kemarin, ya?"
"Huum."
Gyuvin mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Dia memandang tempat bimbel Yujin, masih merasa tak habis pikir dengan konsep yang dibuat papa Yujin untuk anak di depannya.
"Eh, ya udah aku masuk, ya, kak. Makasih udah repot nganterin sampe sini."
Gyuvin menoleh lagi ke arah Yujin, lalu tersenyum dan mengangguk. "Hati-hati belajarnya, cil."
"Ck, cal cil cal cil." Yujin menggerutu pelan. "Iyaaa," jawabnya ketus kemudian.
Gyuvin hanya tertawa, Yujin pamit dan berbalik arah, berjalan masuk ke tempat bimbelnya.
Anak itu sudah hampir memasuki ambang pintu ketika suara di belakangnya memanggil kembali.
"Yujin!"
Langkahnya terhenti, Yujin berbalik. "Apa???"
Gyuvin tersenyum lebar. "Gue yakin gue gak termasuk kriteria yang papa lo ajarin buat dijadiin saingan."
Yujin mengerutkan alisnya bingung, sedangkan senyum Gyuvin berubah menjadi lebih lembut.
"Izinin gue buat jadi temen lo, ya?"
.
Hanbin, Jingxiang, dan Brian berdiri di ambang pintu cafe, memandang ke pekarangan depan sambil mengembuskan napas tak tenang.
"Serius kan anaknya tadi baik-baik aja?" tanya Hanbin sekali lagi.
Jingxiang mengangguk yakin, "Anaknya masih chat kok ngabarin."
"Kapan?" tanya Brian.
Jingxiang sedikit merutuk. "Waktu dia di parkiran mall itu.... dua jam lalu..."
"Kan!" Hanbin semakin gelisah.
"Tapi katanya tadi dia emang mau nenangin diri dulu, kak..." ucap Jingxiang lagi.
"Nenangin diri ke mana?" sela Brian. "Tadi pas dia chat lo keadaannya lagi ujan, dan baru reda sekarang. Lo pikir dia nenangin diri sambil muter-muter ujan-ujanan gitu?"
"Bisa aja..."
"Ya bisa. Tapi keadaan anaknya lagi gak bener. Air ujan bikin jalanan licin dan bisa aja dia—"
"Udah udah udah." Hanbin mengangkat tangannya ke telinga, tidak ingin mendengar lanjutan kalimat Brian. "Telponin aja dulu sampe diangkat."
Jingxiang mengangguk, "Iya, kak." Lalu dia mundur ke meja teman-temannya yang juga sedang diam memperhatikan Hanbin dan Brian di ambang pintu, sama-sama sedang menunggu kabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
all you had to do was stay
Fanfic[𝐆𝐲𝐮𝐯𝐢𝐧 & 𝐘𝐮𝐣𝐢𝐧] 'Hidup' dalam kamus Han Yujin adalah sepuluh jemari yang mencekik, beban tak kasat mata yang merenggut napas, dan sepasang tali yang mencengkeram kaki. Hingga kemudian, entah kenapa sejak hari itu, arti 'hidup' di dalam k...