"Lo serius mau balik cepet?" Jingxiang bertanya sekali lagi ketika Gyuvin sendiri sudah tinggal memakai helm di atas motornya.
Gyuvin tak menjawab, setelah merasa tali helmnya kencang, pemuda itu menaikkan standar dan menyalakan motornya, baru menoleh ke Jingxiang.
"Ngantuk, bro!" ucapnya sedikit kencang, takut suaranya terhalang helm full face yang sedang dipakai.
Jingxiang menghela napas berat, lalu mengangguk pasrah dan sedikit mundur. "Jangan lupa lo sekarang ada shift siang di cafe kak Hanbin. Btw gimana kemarin hari pertamanya? Lancar, kan?"
"Hooh aman-aman," jawab Gyuvin cepat, tangannya bergerak gatal ingin segera menarik gas.
"Oh iya tugas kelompok tadi Seungeon bilang jangan dulu nagih-nagih dia lu ntar malem. Deadline-nya masih lama jadi santuy aja dikit. Eh tapi kata Seungeon ya ini. Kalo gue mah ntar malem juga beres."
"Iyaaaa, Jingxiang, iyaaaaaa."
"Oh iya satu lagi—"
"Udah ah anjing minggir gue mau tidur!!!!" Gyuvin akhirnya ngegas. "Ntar chat aja bebas lu mau ngebacot tiga paragraf lima paragraf juga terserah, sekarang minggir dari sana sebelum gue makin oleng bawa motornya gara-gara ngantuk berat."
Jingxiang memutar mata dan mundur semakin jauh dari motor Gyuvin.
"Jangan bablas ya lu inget kerja!!!!!" teriaknya sekali lagi ketika Gyuvin langsung melajukan motornya begitu saja tanpa pamit. Meninggalkan Jingxiang yang mendengus tipis karena ucapannya tak digubris.
.
Yujin dan Ollie berjalan bersisian keluar dari kelas. Bel pulang berdering beberapa belas menit lalu, sesuatu yang tak pernah membuat Yujin merasa bahagia dari dulu. Karena bukan istirahat yang akan dia dapat—deretan jam belajar tambahan menunggu untuk menambah lelahnya.
Seperti hari ini.
"Jadwal bimbelnya gimana sih nggak ngerti." Ollie menggaruk kepalanya bingung ketika Yujin menjelaskan jadwal bimbel barunya.
Yujin juga ikut menggaruk kepala. "Ya gitu, dua hari sekali. Jam privat diganti jadwalnya soalnya bentrok sama yang ini."
Ollie menghela napas pahit. "Total jadi ikut berapa?"
Yujin menelan ludah. "Tujuh."
"Gilaaa aku yang tiga aja udah mau matiiii," seru Ollie dramatis. Yujin hanya terkekeh sedikit, kembali fokus pada pijakannya menuju gerbang sekolah.
Kalau Ollie mau mati, mungkin Yujin sendiri memang sudah mati.
.
Gyuvin memelankan laju motornya ketika menemukan sosok familiar sedang duduk sendiri di area penjemputan murid SMA Garuda, yang sepertinya sudah bubar setengah jam lalu. Sosok yang dia kenal sebagai remaja dengan sweater pink yang dia lihat di cafe Hanbin sehari lalu itu, sedang duduk sambil meremas tangannya sendiri, nampak gelisah.
Pemuda dengan marga Kim itu berusaha memutuskan dengan cepat, dia tidak cukup kenal dengannya, tapi berbincang sedikit mungkin tidak apa-apa? Siapa tau dia memerlukan bantuan, kan?
Jadi Gyuvin meminggirkan motornya tepat di depan murid SMA itu, mengundang kerutan alis dari si remaja yang sedang duduk. Setelah melepas helm, barulah dia membolakan kedua matanya ketika mengingat wajah Gyuvin.
"Kakak barista kak Hanbin..." gumamnya pelan.
Gyuvin mematikan motor, memandang remaja di depannya lalu nyengir kikuk. "Hehe, hai...." sapanya, yang kemudian tiba-tiba merasa menyesal. 'Aduh bego banget asu kenapa harus berhenti segala sih ketauan banget sokabnya.'
Remaja itu, yang tentu saja adalah Han Yujin, mengangguk sedikit sambil tersenyum. "Hai..." jawabnya ragu.
Gyuvin menggaruk kepalanya canggung. "Um... Mau pulang, ya?"
Yujin mengulum bibir, "Enggak, kak. Mau bimbel..."
"Ohh, naik apa?"
"Harusnya dijemput." Yujin tersenyum tipis. "Tapi barusan supirnya ngabarin kalo beliau gak bisa."
'Tuh, kan.' Gyuvin diam-diam tersenyum bangga. Dia memang ditakdirkan Tuhan untuk jadi tampan dan penolong sesama.
"Mau bareng gue gak—"
Ajakan Gyuvin yang dibarengi oleh suara motor ngebut lewat membuat Yujin mengerutkan alis kesal, apalagi ditambah fakta jika terpotongnya kalimat Gyuvin barusan adalah karena ponsel pemuda itu berdering di dalam saku. Gyuvin tak mengulang atau melanjutkan kalimatnya, memilih membuka ponsel dan Yujin kesal karena penasaran.
Sedangkan di depan Yujin, Gyuvin menahan senyumnya untuk tak mengembang lebih lebar saat mengecek pesan masuk.
Cat cat:
GyuvinnnCat cat:
Udah pulang belum 😖Cat cat:
Aku sore ini ada acaraaa temenin nyalon yukkkGyuvin hanya membalas pesan Catherine dengan singkat.
You:
Di kampus, kan? Tunggu aku di situLalu setelahnya rusuh memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku dan mengangkat helm untuk dipakai, sebelum itu dia menoleh ke Yujin.
"Maaf, ya, gue duluan. Hati-hati perginya."
Yujin masih mencerna apa maksud pemuda itu ketika Gyuvin sendiri sudah putar arah dan melajukan motornya dengan cepat.
Helaan napas diembuskan dengan tak semangat. Yujin kembali memandangi jalanan di depannya sambil cemberut kecil.
'Bener, kan. Karyawan kak Hanbin itu emang aneh semua,' batinnya.
.
to be continued.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
all you had to do was stay
Fanfiction[𝐆𝐲𝐮𝐯𝐢𝐧 & 𝐘𝐮𝐣𝐢𝐧] 'Hidup' dalam kamus Han Yujin adalah sepuluh jemari yang mencekik, beban tak kasat mata yang merenggut napas, dan sepasang tali yang mencengkeram kaki. Hingga kemudian, entah kenapa sejak hari itu, arti 'hidup' di dalam k...