"Asuu. Bosen banget gue ngeliat lu anjir, sumpah."
Jam satu siang, matahari sedang terik-teriknya, dan anak DKV di meja enam, pegawai, beserta pemilik kafe-nya sendiri— Sung Hanbin, harus menghela napas panjang mencoba rela mendengarkan cerocosan Junhyeon yang sedang misuh-misuh pada remaja di depannya.
Gunwook, yang sedang diomeli Junhyeon hanya mendengus kecil sambil cemberut, menunduk menggerutu pelan. "Makanya jadi pacar tuh yang berguna kek... Disalip gue marah-marah..."
"APA LO BILANG?!" Emosi Junhyeon naik satu tingkat. "Eh bocah kemaren sore jangan sok gegayaan mau nyalip gue deh lo! Belajar yang benerrr, UTBK depan mata tapi kerjaannya deketin pacar orang gimana mau lulus lo hah?"
"Udah ah, Jun..." Taerae yang dari tadi bimbang ingin membela siapa akhirnya menghampiri Junhyeon dan memegang lengannya. "Tadi kebetulan aja ketemu Gunwook waktu lagi nunggu ojek, terus ditawarin bareng. Ya daripada kesininya lama, kan... Mending ikut Gunwook aja."
"Masalahnya ini gak sekali dua kali, kak... Ampe muak gue liat dia lagi dia lagi yang nganterin lo ketemu gue."
"Ya makanya jemput!" seru Gunwook mendongak. Tapi langsung menunduk lagi sewaktu dipelototi Junhyeon.
Taerae menghela napas pelan. "Udah, ya, Jun... Iya... ini terakhir kali deh dianterin Gunwook... Janji nanti nggak lagi..."
"Makanya jemput biar kak Taerae gak bareng gue lagi!"
"Siang, kak! Mau pesen apa?" Hanbin dengan sengaja berucap lantang, berdiri dan menghampiri pelanggan yang baru masuk lewat pintu kafe— tepat saat Junhyeon sudah menarik napas ingin mengomeli Gunwook lagi.
Jingxiang dan Brian langsung menyandarkan bahu mereka ke sandaran kursi dan menghela napas panjang, Junhyeon memasang wajah pahit dan Gyuvin yang dari tadi menyimak tertawa geli sebelum menghampiri Hanbin.
"Latte-nya ya, Vin," pinta Hanbin pada Gyuvin. Si Kim mengangguk dan mulai sibuk dengan kerjaannya, sedangkan Hanbin menyiapkan pesanan yang lain.
"Kak Jeonghyeon udah dihubungin, kak?"
"Udah. Satu jam lagi kayaknya datang."
"Mau direkrut buat jadi pelayan aja, ya?"
"Kayaknya begitu." Hanbin mengangguk kecil.
Dia mengambil cup minuman yang sudah dibuatkan Gyuvin, mengantonginya dengan pesanan si pelanggan yang lain. Lalu keduanya dengan kompak tersenyum ramah ketika gadis itu menyerahkan uangnya dan mulai berjalan keluar kafe dengan pesanan di tangan.
Saat kembali ke meja enam, Junhyeon masih sibuk berceloteh menasihati Gunwook sampai Taerae merasa tidak enak sendiri.
"Wook pulang aja, Wook. Jangan ditanggepin badut ancol jam segini emang lagi sensitif," celetuk Brian mulai lelah mengamati temannya itu. Dia dengan cuek mengeluarkan laptop dan Jingxiang menempel padanya untuk mengerjakan tugas bersama.
"Sumpah ini tuh harus dilurusin asli dah!" Junhyeon masih kukuh. Namun Taerae menolak membicarakannya lagi.
"Udah Gunwook mending pulang aja, ya. Maaf udah repot-repot nganterin tapi sampe sini malah diinterogasi gini."
"Gak papa, kak Taerae, kalo butuh tebengan bisa telpon aja hehe."
"Masih aja lu, ya!"
"Pamit kak Taerae! Semuanya! Permisi!" Gunwook dengan wajah tanpa dosa tercengir pada yang lain, berpamitan dan berlari begitu saja keluar dari kafe.
Hanbin tertawa cukup kencang. Adik-adik tingkatnya dengan semua permasalahan mereka di sini adalah sebuah hiburan.
"Kak Hanbin nggak ke kampus?" tanya Taerae untuk mengubah suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
all you had to do was stay
Fanfiction[𝐆𝐲𝐮𝐯𝐢𝐧 & 𝐘𝐮𝐣𝐢𝐧] 'Hidup' dalam kamus Han Yujin adalah sepuluh jemari yang mencekik, beban tak kasat mata yang merenggut napas, dan sepasang tali yang mencengkeram kaki. Hingga kemudian, entah kenapa sejak hari itu, arti 'hidup' di dalam k...