early warning: ada beberapa paragraf yang lebih panjang dari biasanya, dan sedikit aneh + bikin pusing T__T tapi semoga tetep enjoyable, ya.....
.
Sejauh yang Yujin ingat, Papanya tidak pernah betul-betul melabeli dirinya sebagai seorang 'Papa' untuk Yujin, sebaliknya, dia malah bersikap seolah dia adalah seorang 'Tuan'. Tuan yang harus dihormati, Tuan yang yang harus disegani, Tuan yang harus Yujin jalankan segala perintahnya; seolah usahanya dalam membesarkan dan membiayai Yujin adalah sesuatu yang harus Yujin bayar di kemudian hari.
Yujin tidak pernah sedikitpun ingat masa kecilnya yang penuh tawa— karena mungkin dia memang tidak pernah memilikinya. Si Han hidup dengan titah bernada dingin, bentakan jika dia melakukan kesalahan, lalu bertahun-tahun tumbuh sambil mempertanyakan 'di mana Mama?', sebelum kemudian dia tahu sebuah fakta dan dari situ hatinya mulai remuk. Atau lebih tepatnya, semakin remuk.
Maka dari itu, semua protes yang kepalanya teriakan setiap malam coba Yujin pendam dalam-dalam. Dia mulai berpikir mungkin dia hidup memang untuk ini, untuk setidaknya jadi budak sang Papa sebagai permintaan maaf, untuk menebus kesalahannya yang cukup fatal, lalu berusaha menjalani segala titah itu sambil membekukan hati sendiri, berusaha jadi manusia yang 'sedikit' mati rasa.
Dan Yujin percaya dia berhasil melakukannya, bertahun-tahun hidup tanpa teman selain Ollie membuat dia berpikir mungkin dia sudah berhasil mengendalikan dirinya sendiri agar bisa menjadi boneka Papanya yang sempurna, yang menganggap semua orang adalah saingan.
Sampai kemudian dia merasakan sebuah tangan dingin meremas lengannya dari kanan.
Dia menoleh dan mendapati Haerin sedang menelan ludah begitu lamat, gadis yang duduk di tengah itu mencengkram lengan kedua temannya di dua sisi, tatapannya lurus ke depan, mata kucingnya berkedip lambat, dia terlihat tenang namun cemas di saat yang bersamaan.
"Pertanyaan terakhir."
Ruangan itu kemudian semakin lengang, berbagai kecemasan terasa begitu menusuk tulang. Bahkan untuk mereka yang sudah pasti tidak akan meraih skor apapun lagi karena tertinggal jauh di belakang.
Entah kenapa tiba-tiba Yujin ingin sekali mencoba bagaimana rasanya menjadi manusia, menjadi sosok yang hangat untuk teman sekelasnya tanpa takut akan dihukum sang Papa ketika kembali ke rumah, tangan Haerin terasa dingin di lengannya namun tanpa sadar mencairkan hatinya juga. Maka dari itu dengan pelan Yujin meraihnya, mengusapnya pelan seperti yang dilakukan oleh Ollie ke gadis itu sedari tadi.
Haerin juga nampaknya begitu terkejut ketika Yujin melakukannya, gadis itu diam dan merasa lebih tenang, lalu kembali memandang depan, siap mendengarkan pertanyaan terakhir yang akan disebutkan sambil menggenggam erat dua tangan temannya.
Pertanyaan terakhir ini dikhususkan untuk kelas MIPA 1 dan IPS 1 dari kelas dua belas yang kini skornya imbang.
Kelas Yujin dan si nomor satu, Park Haneul.
Remaja laki-laki yang tadi sempat memprovokasi Yujin di kamar mandi itu duduk di sebelah kiri Yujin bersama dua temannya yang lain. Wajahnya terlihat tenang namun semakin memancarkan aura angkuh, sesuatu yang kemudian membuat Yujin ikut merapatkan rahang dan memasang telinga, memperhatikan ke depan dengan serius.
Pertanyaan disuarakan melalui mikrofon. "Sebutkan dengan tepat, jumlah penduduk Tiongkok pada tahun 2017."
Hening.
Haerin mengepalkan tangannya, membuat kuku tajamnya menusuk telapak tangan, menahan diri untuk tidak mengumpat. Ollie di sisi kanan gadis itu memejamkan mata pasrah, dia bahkan lupa jumlah penduduk Indonesia di tahun 2017. Yujin juga memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
all you had to do was stay
Fanfiction[𝐆𝐲𝐮𝐯𝐢𝐧 & 𝐘𝐮𝐣𝐢𝐧] 'Hidup' dalam kamus Han Yujin adalah sepuluh jemari yang mencekik, beban tak kasat mata yang merenggut napas, dan sepasang tali yang mencengkeram kaki. Hingga kemudian, entah kenapa sejak hari itu, arti 'hidup' di dalam k...