Gyuvin berhasil membawa Yujin turun tepat di depan gerbang sekolahnya saat jam pertama baru akan dimulai sepuluh menit lagi. Si kecil sudah lebih tenang, rasa hangat seolah melingkupinya ketika dia turun dari motor Gyuvin dan tetap diam selangkah di dekatnya, seolah masih belum mau segera masuk ke dalam kelas.
Gyuvin membuka suara, dia juga masih ingin dengan Yujin lebih lama. "Nanti sweaternya dipake aja, Han. Jangan disimpen di tas terus."
Yujin mengangguk, kedua tangannya mengeratkan pegangan pada tas bekal yang membuat isi dadanya kian meletup oleh rasa senang.
"Ini pertama kalinya aku bawa bekal dari rumah." Yujin menahan senyumnya agar tak merekah lebih lebar, dan Gyuvin akhirnya mengerti kenapa perasaan si kecil bisa membaik secepat ini. "Makasih, ya, buat Bundanya Kak Gyuvin. Aku seneng..."
Gyuvin yang masih duduk di atas motornya ikut tersenyum manis, dia merapikan poni Yujin dengan gerakan lembut. "Nanti disampein ke Bunda, dimakan, ya?"
"Hm!" Yujin mengangguk semangat. "Pasti aku makan."
"Eh, ini note-nya gue lupa." Gyuvin merogoh sakunya dan mengeluarkan secarik kertas kecil yang tadi dititipkan Bunda, menyodorkannya ke Yujin. "Kalo misalnya udah mau pulang, gue boleh minta kabar?"
Yujin yang hampir membuka lipatan kertas di tangannya terhenti dan mendongak, senyumnya mengembang lucu. "Boleh, Kak Gyuvin. Nanti aku kabarin."
Gyuvin ikut tersenyum. "Dah sana masuk."
"Iyaa," melangkah mundur, Yujin melambai. "Hati-hati, Kak Gyuvin. Makasih udah dianterin."
"Sama-sama, Han." Gyuvin melebarkan senyum, memakai helm dan menghidupkan motornya, menoleh lagi ke Yujin saat menginjak gigi. "See you."
"See you." Tas bekal didekap di depan dada, Yujin membiarkan motor Gyuvin mulai melaju dari sana. Ketika lelaki itu hilang dari pandangan, Yujin membuka kertas yang sedari tadi ada di tangannya sambil berbalik dan melangkah dari gerbang.
Halo anak manis, ini Bunda.
Yujin dengan refleks menghentikan langkah kaki, baris pertama dari surat yang dia baca membuat napasnya terasa tertahan di tenggorokan.
Mas Gyuvin bilang hari ini dia mau antar anak manis ke sekolah, jadi Bunda bawakan sedikit sarapan/makan siang (?) dimakan ya nak :) semangat sekolahnya ♡
P.s. terima kasih udah bikin mas Gyuvin ceria lately, kalau hari ini ada waktu, Bunda tunggu kamu main ke rumah *peluk*
Dengan cinta,
Bunda.Yujin merasakan seluruh tubuhnya lemas sampai ke tulang.
'Kak Gyuvin, how lucky you are...'
.
"Strawberry latte sat- eh..." Ricky menggaruk tengkuknya ketika sadar orang yang sedang berdiri di meja kasir saat ini bukan Hanbin ataupun salah satu temannya, melainkan Jeonghyeon. "Kak Jeonghyeon ambil shift pagi?"
Jeonghyeon yang masih membeku karena kaget Ricky tiba-tiba membuka pintu kafe dan datang kepadanya, langsung mengerjap menyadarkan diri. "Eh, iya, Ky. Tukeran shift sama Junhyeon, katanya dia agak sibuk pagi ini."
"O..." Ricky mengangguk-angguk, dia kemudian diam kikuk dan membuat Jeonghyeon di depannya juga ikut canggung.
"Selain kucing... lo juga suka stroberi banget ya, kayaknya?" Jeonghyeon membuka suara hati-hati. Tanpa diduga, Ricky langsung mendongak menatapnya dengan dua mata kucing yang cerah.
"I do!"
Senyum Jeonghyeon mengembang tipis tanpa sadar. 'He really looks like cats.' "Pantesan, setiap hari ke sini pasti pesennya minuman stroberi terus."
![](https://img.wattpad.com/cover/341801560-288-k669815.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
all you had to do was stay
Fanfiction[𝐆𝐲𝐮𝐯𝐢𝐧 & 𝐘𝐮𝐣𝐢𝐧] 'Hidup' dalam kamus Han Yujin adalah sepuluh jemari yang mencekik, beban tak kasat mata yang merenggut napas, dan sepasang tali yang mencengkeram kaki. Hingga kemudian, entah kenapa sejak hari itu, arti 'hidup' di dalam k...